MENEMUKAN TERANG DALAM KEGELAPAN HIDUP
MINGGU BIASA IV; Ul 18: 15-20; 1Kor 7: 32-35; Mrk 1: 21-28
Minggu lalu, kita membaca kisah panggilan para murid Yesus. Kita tahu, mereka dipanggil untuk berada bersama Yesus, tapi konkretnya seperti apa?
Minggu ini, Injil menunjukkan karya Yesus kepada para murid. Bersama mereka, Yesus berada di Kapernaum, di awal karya misi-Nya di dunia. Di sana, Ia menunjukkan kepada para murid-Nya tentang otoritas-Nya untuk mengajar. Ia tidak menafsir Kitab Suci dengan hukum Taurat, tapi dengan inspirasi kasih-Nya. Inilah yang juga membedakan pengajaran-Nya dengan pengajaran Ahli Taurat dan orang Farisi.
Dengan persitiwa penyembuhan ini, Yesus kiranya mengharapkan para murid memahami bahwa Yesus sedang menyuarakan suara kenabian. Musa adalah nabi perantara orang Israel dan Yahwe. Dan Yesus adalah Musa yang baru, perantara manusia dan Allah Bapa.
Sebagai pembawa suara Allah, Yesus kerapkali melawan Hukum Taurat. Maka, kehadiran Yesus tidak diinginkan oleh orang-orang tertentu termasuk oleh kekuatan jahat. Seperti disinggung Paus Fransiskus, Yesus tidak bermain-main dengan kekuatan jahat. Dengan tegas, Ia menyuruh setan itu diam dan keluar dari orang sakit itu. Kata-kata penuh otoritas dari Yesus sungguh kuat bagi setan itu. Setan pun akhirnya keluar.
Injil ini mengajak kita untuk berani menemukan jawaban atas persoalan-persoalan hidup kita. Kita kiranya boleh berpaling pada Yesus yang mempunyai otoritas, lebih-lebih saat kita kehilangan pegangan hidup, ketika tak berdaya karena kekuatan dan godaan jahat.
Semoga Tuhan Yesus, dengan otoritas-Nya membebaskan kita dari segala kekuatan jahat ini.
Selamat hari Minggu.
Post a Comment