Halloween party ideas 2015

Banyak jalan ke Roma. Demikian kata pepatah. Tetapi, saya tidak menduga kalau saya akan dikirim ke Roma. Betul-betul kaget ketika ada berita saya akan ke Roma. Tetapi saya senang juga karena akan melihat kota Roma. Memang Roma bukan tujuan utama. Tetapi, saya harus melewati kota Roma kemudian ke satu kota lagi di daerah Utara Italia.

Saya senang melihat kota Roma. Dan memang setelah tiba di Roma pada 28 Agustus lalu, saya kagum dengan kota ini. Banyak hal yang bisa dibicarakan. Tetapi kalau mau dirangkum ada beberapa. Budaya, seni, ketertiban, keindahan, kekaguman, kebersihan, dan keteraturan. Ini bisa dilihat di jalan, berbagai hasil karya arsitekstur, dan sebagainya. Saya melihat beberapa hal ini di Roma. Untuk pengalaman perjalanan dari Indonesia dan kunjungan ke beberapa tempat di Roma bisa dilihat di blog saya yang satu ini, gordyafri2011.blogspot.com.


Selain senang, saya juga bangga. Saya menjadi orang yang masuk dalam kelompok yang bisa melihat kota Roma. Tidak semua orang bisa melihat kota ini tetapi banyak orang membicarakan kota ini. Saya bangga karena ini. Meski setelah ke Roma saya menuju Parma dan akan bergulat dengan bahasa dan budaya serta kebiasaan baru. Saya tidak gentar menghadapi semuanya. Saya yakin Tuhan membimbing saya.

Setelah melihat kota Roma saya menyadari kalau memang banyak jalan ke Roma. Tetapi, jalan-jalannya tidak mudah. Tidak gampang keluar dari negeri sendiri. Di bandara diintergogasi, demikian bahasa kasarnya. dan kalau dokumen tidak lengkap, tidak akan diizinkan keluar dari negeri sendiri. Jauh sebelumnya, harus mengurus pasport, tiket, dan visa. Dan untuk visa harus ada surat keterangan sebelumnya yang menyatakan bahwa saya punya tujuan yang jelas ke luar negeri. Kalau tidak, visa tidak keluar.

Ini membuktikkan bahwa tidak mudah keluar negeri. Melewati beberapa pintu yang tidak lebar. Tetapi kalau dokumen lengkap, jalan itu mudah dilalui. Juga, modal sedikit bahasa Inggris agar bisa komunikasi jika tersesat. Sebab, banyak pintu terbuka tetapi hanya satu pintu yang boleh dilewati. *Foto, koleksi pribadi

Senangnya melihat kota Roma. Dan saya tinggal 5 hari di sana. Melihat kota indah ini membuat saya setuju jika banyak orang ingin mengunjungi kota ini. Kota ini menjadi daya tarik untuk melihat tempat lainnya di Italia seperti Milano, Asisi, Venesia, dan sebagainya. Dan jangan lupa, daya tarik ke kota Roma adalah juga negara Vatikan. Di mana Paus, sebagai pemimpin tertinggi umat Katolik tinggal.

Roma dan Vatikan tidak terpisahkan. Datang ke Vatikan berarti datang ke Roma. Sedangkan datang ke Roma belum tentu datang ke Vatikan. Tetapi alangkah tidak beruntungnya jika datang ke Roma dan tidak melihat Vatikan. Sungguh, kesempatan langka datang ke Roma sekaligus melihat Vatikan. Dan saya sudah melihat keduanya. Terima kasih Tuhan untuk kesempatan ini.
Setelah 5 hari di Roma, saya berangkat ke Utara, tepatnya di Parma. Jarak keduanya diperkirakan 500 kilo meter. Jadi, 5 jam perjalanan dengan bis atau mobil pribadi. Dan, saya naik mobil pribadi, milik sahabat kami. Lima jam. Seratus kilo meter per jam. Dan, saya menulis pengalaman ini dari kota Parma. Selamat membaca.

Parma, 18 September 2013

Begitu katamu pada kami
Dan kami menatapmu dari dekat
Lalu seorang dari kami menjawab
No thanks 

Kata-katamu menggoda
Dan memang mungkin kamu sedang menggoda kami
Ataukah kamu sedang tergoda?

Lebih dari caramu menggoda
Kamu sebenarnya yang tergoda
Dengan lunturnya budaya kesopanan
Tergoda dengan gaya hidup modern

Di tanganmu ada gelas beranggur
Dan kamu dikuasai oleh cairan itu
Itu racun yang menggodamu
Yang membuatmu lupa akan norma hidup

Bukankah seks itu biasa?
Ya tentu saja
Tetapi bukan untuk menjadi hal biasa
Bukan untuk ditawar di jalanan

Di negerimu seks itu dijual-belikan
Tetapi di negeri Timur nun jauh di sana
Seks di jalan itu tabu
Dan tawaranmu itu sungguh mengusik pikiran orang timur

Jika kata-katamu itu dilontarkan di negeri Timur
Orang akan menjawabnya Yes
Siapa yang tidak mau jika ditawar demikian?
Tetapi tawaran itu keterlaluan

Bukankah sebaiknya ditawar dengan sopan pula?
Masuk saja di rumah khusus
Dan di situ akan banyak jual-beli seks
Kamu mungkin bergabung di situ saja

Aku tahu negerimu kaya
Tetapi kaya bukan jaminan untuk kenyamanan hidup
Buktinya kamu tidak nyaman

Ada uang ada anggur ada bir
Tetapi kamu belum puas juga
Masih kurang afdol
Masih minta seks juga

Aku tahu kelompok sepertimu
Sedang terbuai dengan tawaran kaum muda di negeri Barat umumnya
Kurang lengkap jika tanpa seks

Dan kamu masuk godaan itu?
Tentu saja!
Kamu sebenarnya belum layak untuk itu
Usiamu terlalu muda

Tetapi……..
Godaan tak mengenal usia
Godaan melampaui semuanya
Apalagi godaan karena gengsi

Pertanyaan-tawaranmu, do you want to sex
Bukanlah hal luar biasa
Itu biasa
Dan itu sudah merasuk kaum sepertimu

Sayang, kamu tak bias melampaui godaan itu
Andai kau bisa kau akan menjadi pembaru
Dan kau seharusnya melampaui tawaran itu

Prm, 18 Sept 2013
Gordi

Dingin. Inilah kesan saya saat ini. Italy sedang dalam peralihan musim. Waktu saya datang akhir Agustus lalu, suhunya panas. Di Roma saja, baru jam 10 pagi sudah panas. Dan rupanya paling panas pada jam 2-4 sore. Matahari terbenam pada pukul 8 malam. Jadi, jam 9 malam, terang masih ada.

Dan kini setelah di Parma, saya mulai merasa dingin. Sejak minggu lalu (8 September) sudah terasa dingin. Kebetulan kami buat pertemuan di luar kota. Dan saya merasa dingin di situ. Rupanya, sedang beralih ke musim dingin. Teman-teman saya yang sudah lama tinggal di Italy, sudah biasa dengan suhu ini. Saya memakai jaket sedang mereka belum. Padahal sebelumnya panas sekali. Dan, tanggal 15 September yang lalu, hujan turun di Parma. Apakah ini pertanda suhu makin dingin?

Kata teman-teman saya, YA. Mereka bilang, musim dingin berlangsung hingga April. Sekarang masih musim panas. Alias dinginnya belum terasa. Tetapi bagi saya, ini sudah dingin. Boleh jadi karena saya datang dari daerah panas.

Dingin itu memang terasa sekali. Masuk kamar, dingin. Padahal di luar masih siang, ada matahari. Apalagi kalau malam. Dinginnya minta ampun. Boleh jadi karena kamar saya di tempat tinggi. Ya, rumah kami bermodel apartemen. Bertingkat. Saya tinggal di tingkat paling atas, tingkat 5. Di atas itu ada atap. Tinggi sekali. Dan dingin sekali. Teman-teman bilang, tingkat 5 itu paling dingin nanti. Kalau pun ada pemanas ruangan, suhunya tidak terlalu hangat. Alias tetap dingin.

Wala-wala tambah parah. Saya sudah menyiapkan pakaian ala kadarnya untuk musim dingin. Memang jendela dan pintu kamar tertutup rapat saat malam hari. Dan selimut tebal berlapis cukup membantu saya untuk menghangatkan badan. Dan memang saya merasa hangat pada malam hari. Tetapi, begitu bangun pagi, suhunya dinsin sekali. Ingin sekali tetap tinggal dalam selimut. Tetapi, saya harus beraktivitas. Bangun dan rapikan tempat tidur. Lalu, mandi. Dan airnya hangat. Tetapi menunggu air hangat, badan terasa dingin kembali.

Memang ruang ini dingin sekali tetapi hati saya panas untuk belajar bahasa Italy dan budayanya. Kelak, jika sudah mengerti, saya akan menulis dalam bahasa Italy. Dingin boleh saja asal saya tetap bisa menghangatkan badan dan ruang saya. Biarkan Tuhan menghangatkan jiwa dan raga saya.

Parma, 17 September 2013
Gordi 
Powered by Blogger.