|
gambar dari jakarta.bisnis.com |
Hujan ini
tiada henti. Minggu ketiga bulan September yang lalu, turun hujan pertama di Parma,
Italia. Saya mulai merasakan dinginnya Italia saat itu. Padahal hujannya hanya
sebentar saja. Rupanya hujan itu belum seberapa. Kini, saya merasakan dingin
yang lebih dingin dari itu.
Sejak kemarin,
Parma dilanda hujan. Pagi, siang, dan malam. Kapan berhentinya? Saya pikir,
sebentar lagi. Ternyata tidak. Hujan turun terus. Wah….. Ya, hujan di sini memang
tiada henti. Bisa sampai beberapa hari atau bahkan berminggu. Hujan tiada
henti. Tentu hujannya tidak seperti hujan di Indonesia.
Di sini,
hujannya tidak deras. Seperti hujan gerimis di Indonesia. Tetapi hujannya lama.
Lihat
saja, sudah 2 hari ini hujan turun terus. Tiada henti. Di dalam ruangan mungkin
tidak terasa. Kalau buka kaca jendela baru kelihatan hujannya. Kalau tidak,
rasanya seperti tidak ada hujan. Padahal di luar hujan.
Lalu suhunya? Nah inilah
yang saya rasakan. Suhu di sini dingin sekali. Padahal masih musim
gugur. Katanya, pada musim dingin suhunya lebih dingin lagi. Tadi, saja, saat
bekerja dalam ruangan, saya melihat suhu di situ 14°C. di luar pasti lebih
rendah lagi. Soalnya kalau keluar rumah, terasa dingin sekali. Begitu pintu
dibuka, suhu dingin sudah masuk dalam tubuh.
Kata teman
saya, hujan di sini memang seperti itu. Jangan kaget nanti kalau hujan tiada
henti selama berminggu-minggu. Demikian juga dengan rasa dingin yang menusuk
tubuh. Seolah-olah rasa dingin itu ingin menguasai tubuh ini. Manusia memang
kadang-kadang harus berjuang dengan situasi sekitarnya.
Saya salut
dengan orang di sini. Hujan begini dan suhu serendah ini masih beraktivitas. Jalanan
masih lalu lalang dengan mobil, sepeda motor, juga pejalan kaki dan sepeda
ontel. Saya juga mau seperti mereka. Tanah ini sekarang jadi tempat hidup saya.
Saya ingin menyesuaikan diri dengan mereka.
Saya ingat
guru bahasa Italia saya yang datang setiap pagi mengajar kami. Menembus hujan
gerimis dan suhu dingin. Sementara saya menikmati suhu yang masih lebih hangat
dari yang mereka rasakan. Itulah sebabnya saya mencoba berjuang mengatasi rasa
dingin ini saat mengikuti pertemuan dengan teman-teman di paroki pada malam
atau sore hari. Saya juga harus menembus hujan dan suhu dingin. Belum lancar
berbahasa Italia tetapi saya ingin mendengar dan menyimak pembicaraan mereka. Siapa
tahu sambil mengatasi rasa dingin dan hujan ini, saya pelan-pelan (pian-piano, dalam bahasa Italia)
mengerti bahasa ini. (bersambung)
Salam
Parma, 7 September 2013