Halloween party ideas 2015

foto oleh Fondapol
Jangan bilang aku kafir 
jangan
hentikan perkataan itu
kamu kafir kamu kafir kamu kafir
teriakanmu itu menggema selama ini
aku pun terkejut
kamu semangat melontarkan itu
kamu kafir, katamu berulang-ulang
apa dasar kamu katakan itu padaku?
pantaskah kamu katakan itu padaku?
apakah kamu mengatakan kalimat itu kepada orang lain selain aku?
apa reaksi mereka?
kalau aku balik tuding kamu, apa reaksimu?
kata itu pedas
kata itu haram
kata itu kotor
kata itu menyakitkan
banyak orang ebrtikai karena lontaran kata itu
api amarah berkobar cepat gara-gara disulut bensin kafir
kamu tidak sayang pada mereka yang jadi korban
kasihan, mereka hanya segelintir saja yang jadi biang kerok
tetapi banyak yang rugi
sekali lagi aku katakan hentikan
jangan bilang, kamu kafir lagi
betapa sakitnya kata itu
lebih baik diam-diam saja
lebih baik lihatlah dirimu di depan cermin
jangan-jangan dirimu dan bukan mereka yang kafir
kalau kamu merasa hidupmu jauh dari kesan kafir, bersyukurlah
jangan lagi menghasut atau menghina kami yang lain
kamu dan kami sudah tahu
kita bukan penilai, bukan pengukur
jadi entah kamu baik atau kami baik
entah kamu buruk atau kami buruk
entah kami jahat atau kamu jahat
entah kami berdosa atau kami berdosa
itu urusan kami dan kamu
tetapi jangan lagi menuding kami dengan kata-kata cercaan yang menyakitkan
lebih baik kita bertanya diri
itu lebih baik daripada berujar dan menghina yang lain
lebih baik KITA/AKU yang berubah dan BUKAN MEREKA
kalau pun mereka kafir
itu bukan urusanmu untuk menilai apalagi mengolok-olok mereka
mari saling damai, bangun kesatuan
kita sama-sama manusia, makhluk pencinta kedamaian
bergandengan tangan, MENCINTAI dan bukan MENCERCCA/MENGOLOK/MENGEJEK yang lain
salam damai…
_____________
*Sekadar ocehan yang tidak penting tetapi menarik
PA, 13/8/2012
Gordi Afri

foto oleh Akademi Berbagi
Tulisan ini adalah tulisan saya yang ke-100 di blog kompasiana ini. Kalau sebelumnya di profil saya, jumlah artikel hanya diberi 2 angka, kini di situ akan ditulis dengan 3 angka. Mulai hari ini 3 angka itu yakni 100 akan muncul. 

Bagi saya ini sebuah pencapaian. Dari Oktober sampai Agustus. 11 bulan. Kalau dirata-ratakan, tulisan saya setiap bulannya di bawah angka 10. Kalau saya menulis 10 artikel setiap bulan maka seharusnya saya sudah menghasilkan 110 artikel. Tetapi tidak apa-apa, toh jumlah tulisan saya sekarang, kalau dirata-ratakan, 9 artikel setiap bulannya. Angka 9 untuk waktu 30 hari belum apa-apa. Tetapi bagi saya yang sedang belajar menulis di blog kroyokan seperti ini, ini pencapaian yang memuaskan dan perlu dikembangkan.

Saya memang menulis tidak teratur. Tiga bulan pertama, tulisan saya menigkat. Mulai akhir Oktober 3 tulisan, lalu berikutnya, November 7, dan di bulan ketiga, Desember, ada 16 tulisan. Perkembangan ini ternyata tidak bisa dipertahankan. Di tengah kesibukan saya sebagai mahasiswa, waktu itu, dan juga menulis untuk 2 blog lainnya, saya masih bisa menulis, meski jumlahnya tidak meningkat. Sampai sekarang saya belum bisa melampaui rekor jumlah tulisan terbanyak di 3 bulan pertama yakni 16 tulisan di bulan Desember. Tiga bulan kedua, jumlah tulisan masih meningkat tetapi masih di bawah jumlah bulan Desember, yakni Januari 7, Februari 8, dan Maret 11.

Tulisan paling sedikit terjadi pada bulan pertama, 3 tulisan, kemudian April 5 tulisan serta November dan Mei masing-masing 7 tulisan. Untuk bulan Oktober bisa dimaklumi belum ada rencana untuk menulis banyak karena patokannya waktu itu adaalh menulis di blog saya sebelumnya yakni 1 tulisan untuk 1 pekan. Bulan November masih sedikit tetapi ada penigkatan dari bulan sebelumnya. Bulan April dan Mei, jumlah tulisan sedikit karena saya sibuk mengikuti Ujian Skripsi dan Ujian Komprehensif. Waktu tersita untuk mempersiapkan 2 ujian yang menjadi penentu kelulusan di kampus.

Tema Tulisan
Tulisan bertema Catatan Harian paling banyak. Ada 15 tulisan. Saya memang paling hobi menulis dari pengalaman. Pengalaman menjadi inspirasi menulis. Saya pun tidak segan-segan mengelompokkannya dalam kategori Catatan Harian.

Tema dominan yang kedua adalah Sosial Budaya, 13 tulisan. Tema ini cocok untuk pengalaman saya. Pengalaman saya banyak bersinggungan dengan realitas sosial. Kehidupan anak-anak jalanan misalnya menjadi bagian dari realitas sosial masyarakat Jakarta.

Tema yang paling sedikit adalah Bola. Itu tulisan saya yang ke-99. saya memang hobi sepak bola tetapi tidak terlalu sering mengikuti perkembangan dunia sepak bola. Saya sadar tema ini sebenarnya paling diminati. Saya sekarang sedang giat membaca koran-koran berbau bola dan olahraga lainnya. Saya mengikuti juga ulasan kompasioner yang konsen dalam tema Bola.

Tema Fiksiana juga sebenarnya bukan hobi saya. Malahan saya bisa mengatakan saya tidak bisa menulis puisi atau cerpen apalagi naskah drama dan dongeng. Tetapi syukurlah saya ternyata bisa juga mencoba menulis sehingga ada 3 puisi, dan 1 cerpen. Drama dan Dongeng juga Cermin belum ada.

Penghargaan Tulisan
Saya bukan siapa-siapa dibanding penulis hebat di kompasiana ini. Tetapi sebagai kompasioner ternyata saya masih bisa dibilang mempunyai sesuatu untuk dibagikan. Paling tidak pihak admin menghargai tulisan saya. Ada banyak yang masuk HL, high light. Sedikit yang masuk HL, headline, dan Terekomendasi. Tulisan yang masuk headline adalah Ada Apa dengan Staf berpakaian Seksi di DPRBeginilah Cara Anak-anak Warakas Mencari Pelajaran Tambahan, dan Belajar Tidak Korupsi dari Tukang Parkir. Sedangkan tulisan yang masuk Terekomendasi adalah Orang Jogya (Paling) sabar di Jalanan danKehidupan Para Sopir Bis Malam.

Ada kepuasan tersendiri bagi saya dengan tulisan yang mendapat penghargaan ini. Meskipun belum pernah masuk Freez, penghargaan yang menurut saya patut dikejar, saya puas dengan penghargaan masuk headline dan terekomendasi. Ini berarti tulisan saya berguna bagi pembaca lainnya di kompasiana. Sampai sekarang belum ada tulisan saya yang dihapus oleh pihak admin. Berarti saya menulis sesuai ketentuan dan tidak emnyinggung pihak yang dirugikan seperti soal SARA misalnya. Hanya beberapa kali admin memindahkan kategori tulisan. Ini pelajaran berharga dan pertanda bahwa admin memang bekerja dengan jeli.

Demikian laporan evaluasi perkembangan tulisan di kompasiana ini.terima kasih untuk pembaca tulisan ini dan terima kasih untuk teman-teman kompasioner yang bersedia membagi pengalaman menulis di kompasiana ini.

PA, 13/8/2012
Gordi Afri

foto oleh PNPM Support
Musim lebaran setiap tahun selalu ramai. Ada yang menarik perhatian saya. Bukan hal baru kalau semua penduduk di kota besar akan mudik, kembali ke desa, ke kampung halaman. Rumah mewah ditinggalkan begitu saja. kadang-kadang dipercayakan kepada petugas satuan pengamanan perumahan. Kadang-kadang ditinggal tanpa penghuni. 

Di Yogyakarta diberitakan bahwa pengunjung dari luar kota membludak. Beberapa tempat wisata di area Yogyakarta seperti Parang Tritis, Museum Merapi, Ambarukmo Plaza, Malioboro, Keraton, Merapi, Ganjuran, dan beberapa tempat menarik lainnya menjadi favorit pengunjung. Banyak orang luar kota masuk kota Yogyakarta. Pada saat yang sama, tak sedikit jumlah warga Yogyakarta yang mudik ke luar kota.

Yang paling jelas adalah penghuni kos yang adalah warga luar kota. Mereka mudik ke rumah masing-masing atau ikut teman ke desa. Ada juga penghuni perumahan yang mudik ke desa. Rumah baik kosan maupun rumah pribadi ditinggal begitu saja. Ada beberapa yang dikontrol penjaga tetapi ada yang sama sekali tidak.

Saya beberapa hari ini sering keliling kompleks sekadar jalan-jalan dengan sepeda motor. Di beberapa rumah saya melihat lampu teras dan lampu taman menyala pada siang dan sore hari. Otomatis malam menyala. LAmpu-lampu ini sengaja dibiarkan menyala dengan maksud pada malam harinya tampak terang. Siapa pun boleh tahu bahwa pemilik rumahnya sedang mudik dan rumah itu kosong. Tetapi untuk orang baru boleh jadi tidak tahu kalau rumah itu kosong. Dikira ada orang karena pada malam hari lampunya menyala.

Beruntunglah ada lampu-lampu ini yang menyinari gelapnya kompleks perumahan. LAmpu-lampu ini juga menjadi penjaga rumah selama penghuninya mudik. Bayangkan kalau tidak ada lampu, boleh jadi pencuri meraja lela. Termasuk aksi para tikus yang mengais rejeki dari sisa makanan yang ada di lemari. Lampu-lamnpu itu dibiarkan menyala lebih dari 24 jam, sepanjang perjalanan penghuninya.

Apakah ini sebuah pemborosan? Jika dihitung boleh jadi YA. Ini pemborosan. Tetapi kalau dihitung-hitung lagi mungkin TIDAK. Pemakaian listrik selama penghuninya mudik berkurang sehingga tidak terjadi pemborosan yang besar. Tetapi tidak apa-apa. Lebih baik ada terang dan rumah aman daripada dibiarkan gelap dan peluang pencuri besar. Tidak rugi bayar biaya listrik daripada bayar kerugian akibat kemasukan maling.

Selamat lebaran dan bermudik ria. Semoga selamat sampai tujuan dan tiba kembali dengan semangat baru.

PA, 20/8/2012
Gordi Afri



Powered by Blogger.