Halloween party ideas 2015


Saya ingin memperkenalkan diri kepada para pembaca. Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih atas kesempatan kalian membaca atau menengok blog saya ini. Blog ini saya rancang untuk menampung tulisan saya di blog lainnya. Juga sebagai media untuk mengasah kemampuan saya dalam menulis.

Saya membuat blog ini sejak 2010. Sejak itu pula saya rancang sana-sini sehingga terbentuklah yang sekarang ini. Boleh jadi esok-lusa atau masa dating saya akan mengubahnya lagi. Tetapi paling tidak saat ini saya sudah mengubah beberapa kali hingga menjadi seperti yang Anda lihat.

Nama saya Gordi Afri. Di blog kompasiana saya memasang dua nama karena ada dua akun kompasiana. Gordi dan Gordi Afri. Yang pertama Gordi Afri. Yang lainnya Gordi. Ini bukan untuk mengelabui pembaca atau membuat akun palsu. Tapi, karena akun lama tidak bisa dibuka lagi sehingga saya buat akun baru dengan nama Gordi. Di blogspot ini saya pakai nama Gordi dan Gordi Afri. Di dalam tulisan saya muncul dua nama ini. dan, pembaca jangan heran dan tak perlu ragu, yang menulis di sini adalah saya sendiri, Gordi.

Saya menghabiskan masa kecil saya di Flores, NTT, tepatnya di Kotok, Kolang-Kuwus, Manggarai Barat. Saya menyelesaikan SMP di kecamatan tetangga SMPN 1 Macang Pacar dan menghuni di asrama dekat sekolah. Saat SMA saya melalangbuana ke kota Labuan Bajo tepatnya di SMAK St Ignatius Loyola. Kemudian saya melanjutkan petualangan saya ke kota pelajar, Yogyakarta, pulau Jawa dari 2005-6 tepatnya di Wisma Xaverian dan sempat mengikuti kursus di kampus V, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Selanjutnya ke Jakarta, ibu kota negara Indonesia dari tahun 2006-12, dan belajar di STF Driyarkara selama 2008-12. Lalu, saya kembali ke kota Yogyakarta bekerja dan tinggal di Wisma Xaverian Yogyakarta selama 2012-13.

Pada akhir Agustus 2013, saya hijrah ke luar negeri melewati Singapura, Turki hingga tiba di kota Roma, ibu kota Italy. Sempat jalan-jalan, melihat beberapa tempat sejarah di kota Roma dan Vatikan selama 1 minggu dan tinggal di rumah jenderalat Serikat Xaverian di luar tembok Vatikan. Kemudian, saya pergi ke kota Parma, 5 jam perjalanan dari kota Roma. Di sini saya tinggal saat ini dan sudah dan akan mengunjungi beberapa kota lain di Italia seperti Ravenna, Bologna, Brescia, Mantova, Firenze/Florence.

Terima kasih sudah membaca blog saya ini. Jangan lupa baca juga blog lain yang saya buat yang ada di link yang saya buat. Kritik dan saran bisa disampaikan lewat email ini, gordy_afri@ymail.com atau gordy.afri2011@gmail.com atau juga di facebook: Gordi Afri

Parma-Italia, 3/5/2014
Gordi


My name is Gordi Afri. I am Indonesian. I am studying in Parma, Italy since 2013. In Indonesia, I live on Flores, Java, Sulawesi, and Sumatera island. I born in Kotok-Kolang-Kuwus, West Manggarai, West Flores, East Nusa Tenggara-Indonesia. I lived on Flores until I finished the Senior High School at Labuan Bajo-Flores. At 2005-06, I lived in Yogyakarta on Java Island and studied at Sanata Dharma University. Then, I lived in Jakarta for 2006-12 and studied at the Driyarkara School of Philosophy from 2008-2012. At 2012-13, I worked in Yogyakarta. 

Since August 2013, I had lived in Italy, in Parma. In Italy I visited some cities like Roma, Parma, Bologna, Brescia, Mantova, Ravenna, and I will visit the other cities in Italy. 

Give me message at gordy_afri@ymail.com or gordy.afri2011@gmail.com or at my facebookGordi Afri

****


foto oleh  PCPM172 Temu Kangen
Baru saja kembali dari Yogyakarta. Tujuh tahun lalu, mengenal kota ini. Sebagai orang yang dating dari kampong, dari daerah, ada rasa kagum melihat kota ini. Kagum karena kemegahannya dibandingkan dengan suasana di kampong/daerah saya. 

Kini, kota ini tampil beda. Dalam tempo 7 tahun, ada perubahan. Masih ada bayangan tentang situasi kota ini ketika masih dalam perjalanan menuju ke sana beberapa hari lalu. Namun, tiba di sana, situasinya mulai berbeda.

Dari dalam bis tampak ada perubahan sana-sini. Suasana jalan juga berbeda. Ini perubahan. Perubahan yang idealnya membawa kemajuan kepada warganya. Yogya memang tampil beda.

Entah mungkin karena sudah terbiasa dengan Jakarta, begitu berjalan kaki di beberapa kawasan Yogya, jalanan tampak semakin sempit. Padahal tidak ada jualan di pinggir jalan. Meski jalan tampak sempit pengguna jalan tetap tertib. Yogya memang tampil beda.
Dulu sering lewat di sekitar kampus unversitas negeri terkenal di sana. Kemarin sempat melewati kawasan yang sama. Di sana juga ada perubahan. Kawasannya semakin rapi, bersih, dan asri.

Ada juga perubahan yang membawa pada kemunduran. Gedung perpustakaannya mengalami perubahan. Tampak tidak terawat. Warna cat di tembok dindingnya semakin pudar. Bintik-bintik hitam mulai kelihatan. Yah….ini salah satu perubahan yang kalau dibenahi akan menambah perubahan yang mengarah pada kebaikan penghuninya dan  pengagumnya.

Boleh jadi penghuninya diam-diam menikmati suasana nyaman di dalam gedung. Namun, pengagum yang hanya mampu melihat dari seberang jalan akan menghindar dari pemandangan itu.

Yogya memang tampil beda.

CPR, 29/6/2012
Gordi Afri


foto oleh Palgunadi
Pria itu keluar dari kursi pengemudi. Dia turun dan berdiri di pembatas jalan. Lalu dia menyalakan rokoknya sambil menikmati suasana malam itu. 

Dia itu sopir bis malam yang kami tumpangi dari Yogyakarta kemarin malam. Saya menengok ke samping, ternyata hanya saya saja yang bangun. Penumpang lainnya masih terlelap dalam balutan selimut. Jarum jam menunjukkan pukul 3 dini hari. Waktu yang baik untuk istirahat. Sayangnya masih dalam perjalanan jadi istirahatnya terganggu.

Beginilah kehidupan para sopir bis malam. Siang jadi malam, malam jadi siang. Kebetulan saja saya bangun waktu itu. Saya jadi tahu beginilah perjuangan mereka untuk melayani para penumpang.

Malam itu, jalur pantura (pantai utara) sedang macet. Kemungkinan di beberapa bagian jalan terjadi kecelakaan atau sedang ada perbaikan. Sistem buka-tutup pun berlaku.

Setelah waktunya untuk menggerakkan mobil, sopir itu membuang punting rokoknya. Dia masuk ke bis lalu melanjutkan perjalanan. Beberapa bis termasuk bis kami mengambil jalur alternatif atau ‘jalur tikus’, begitu beberapa istilah padanannya. Kami melewati pasar yang belum banyak pembelinya. Hiruk pikuk para penjual untuk menata jualannya mulai kelihatan.

Di tengah ramainya jalur itu, si sopir dengan hati-hati mengarahkan mobilnya. Di depan kami ada 3 bis dengan ukuran sama, juga ada 2 di belakang. Perjalanan ini menjadi ramai. Seolah-olah antara mereka, para sopir, sudah saling sepakat untuk berjalan beriringan. Boleh jadi memang demikian meski dengan mobil dari kelompok usaha lain.

Betapa besar perjuangan para sopir ini. Kehidupan mereka boleh dibilang terbalik dengan kehidupan manusia lain pada umumnya. Beda waktu tetapi perjuangannya tetap sama. Mereka melayani dengan segenap tenaga. Tidak gampang melaju dalam suasana gelap, malam hari, di tengah kemacetan, dan sebagainya.

Tentunya mereka sudah memilih profesi ini setelah menimbang segala risikonya. Berani memilih berani juga bertanggung jawab. Dan inilah yang sedang dibuat oleh sopir bis kami malam itu. Dia tak gubris mengemudi dalam keadaan sunyi. Tidak ada penumpang yang berbicara dengannya. Tidak ada teman sopir yang menemani. Tidak ada suara yang berbunyi selain deru mesin mobil.

Dalam kesunyian ada kosentrasi. Pak sopir menikmati keheningan ini. Kehidupan mereka seperti dunia terbalik tetapi mereka tidak membuat mobil terbalik (*kecuali kalau tidak disengaja dalam kecelakaan misalnya). Terima kasih pak, engkau telah melayani kami dalam perjalanan ini.

CPR, 30/6/2012
Gordi Afri


Powered by Blogger.