Halloween party ideas 2015

foto oleh Caroline_1
Kali ini, Minggu, 13/5/2012, untuk kedua kalinya saya masuk di Rumah Sakit Carolus, Jakarta Pusat. Pertama kali pada 2 tahun lalu. Waktu masuknya sama yakni hari Minggu. Yang beda adalah jenis penyakitnya.

Kala itu, setelah diperiksa selama beberapa hari, saya dinyatakan tidak menderita penyakit apa pun. Saya heran, tetapi itulah yang dikatakan dokter pada waktu itu.

Lalu??? “Kamu hanya kelelahan,” katanya.

Oke-lah kalau begitu, saya berusaha untuk tidak boleh berlelah-lelah lagi. Apakah kali ini juga akan seperti itu? Kita lihat nanti.

Kami masuk di ruang klinik. Ruang UGD RS ditutup pada hari besar dan hari libur. Kami diterima oleh seorang perawat dan seorang dokter. Mulailah kami berbincang-bincang dan menanyakan masalah seputar kesehatan.

Dalam suhu ruangan yang amat dingin itu, kulit saya yang bersuhu tinggi terasa menggigil. Tubuh bereaksi spontan ketika suhunya lebih tinggi dari suhu udara di sekitarnya.

Dokter mengukur suhu tubuh saya sementara teman saya menyelesaikan urusan administrasi. Kemudian saya dipersilakan mengukur berat badan. Sesaat kemudian, saya disuruh duduk/tertidur lalu diperiksa bagian tubuh yang terkait seperti badan, lidah, dan tekanan darah.

Setelah itu, kami berbincang-bincang lagi. Banyak pertanyaan yang diajukan dokter kepada saya. Mulai dari sejak kapan menderita sakit, apa saja yang dirasakan dan dialami, makanan yang dikonsumsi, kebersihan lingkungan, pekerjaan (apakah terlalu lelah?), dan sebagainya.
Pertanyaan yang diajukan dokter itu menyangkut kehidupan harian saya. Apakah tangan saya bersih ketika mengambil makanan? Apakah baju yang saya pakai ke kampus dalam keadaan bersih? Apakah saya sudah menyediakan waktu yang cukup untuk bersitirahat?

Soal kesehatan itu tidak terlalu jauh dari kehidupan harian. Maka, tidak salah kalau dibilang berbicara tentang hidup sehat itu adalah berbicara soal kejujuran. Kejujuran terhadap lingkungan sekitar. Sudah bersihkah lingkungan di sekitar kita? Jujur terhadap diri sendiri. Sudahkah saya bersih baik dalam maupun luar? Jujur dengan makanan yang dinikmati setiap hari.

Kalau hal kecil ini tidak dikontrol dengan baik, lama-lama akan menimbulkan bibit penyakit dalam tubuh. Itulah yang sering dikeluhkan oleh para pasien di rumah sakit. Selidik punya selidik ternyata biang keladinya hanya hal kecil seperti lupa mencuci tangan, lupa menjemur pakaian, lupa membersihkan kamar tidur, kamar yang pengap dan jarang masuk sinar matahari, dan sebagainya.

Belajar dari pengalaman kecil ini, saya mengajak kita semua untuk mulai memerhatikan kebersihan diri dan lingkungan kita. Terima kasih untuk mereka yang sudah membudayakan hal ini. Untuk mereka saya harapkan untuk terus meningkatkan kegiatannya. Untuk yang sedang belajar menjaga kebersihan, saya mengajak kita untuk tak jemu-jemunya selalu memelihara kebersihan diri dan lingkungan. Ada godaan untuk melalaikan hal kecil ini tetapi kita berusaha untuk terus menerus saling mengingatkan.

Kalau KEJUJURAN itu mahal maka KESEHATAN itu juga mahal. Kita sendiri yang membelinya akan murah. Jangan menunggu rumah sakit menyumbang obat untuk Anda. Belilah makanan yang bersih dan bergizi dan jagalah kesehatan Anda. Itulah resep hidup sehat.

CPR, 19/5/2012
Gordi Afri

foto dari sini
Kalau waktu kecil kita mengenal jarum suntik yang menakutkan, waktu besar kita akan mengenal jarum infus yang juga (bisa) menakutkan. Saya termasuk orang yang dalam 2 tahun ditusuk jarum ini.

Minggu, 13/5/2012, saya ditusuk jarum infus ini. Ada yang unik kali ini. Perawat yang mengurus soal infus saya kebetulan seorang lelaki. Dia berusaha melayani saya dengan baik. Dari gaya bicaranya tampaknya orang ini amat baik. Harapannya dia akan menusuk dengan baik sehinga tidak sakit.

Yang terjadi justru yang tidak diharapkan. Dia menusuk untuk pertama kali dan salah jalur. Sakitnya bukan main di tangan saya. Dia mengoles air dengan kapas untuk memastikan jalur pembuluh darah. Dia lalu menusuk untuk kedua kalinya. Kali ini dia berhasil namun sakit sekali. Saya melihat ujung jarumnya amat besar dari jarum suntik biasa.

Melalui jarum inilah nantinya makanan dan obat-obatan bisa disalurkan ke seluruh tubuh saya. Obat-obat itu tentu saja dalam bentuk cair. Untuk sementara jarum infus ini dialiri cairan infus yang menyuplai makanan ke dalam tubuh saya.

Pada hari yang sama, tangan sebelah kanan saya ditusuk juga. Perlu pengambilan darah untuk dicek kadar hemoglobin dan trombositnya. Wah dalam 1 hari ini tubuh saya ditusuk selama 2 kali. Ada 2 lubang dalam tubuh saya padahal baru sehari di rumah sakit.

Soal tusuk menusuk bukan lagi hal baru bagi para pasien. Saya bersama teman-teman ternayata mengalami hal yang sama. Pada hari kedua dan seterusnya, tubuh saya ditusuk juga. Tusukan yang rutin adalah untuk pengambilan darah. Dalam sehari, sudah ada jatah ditusuk sekali. Kalau ada keperluan lain, maka siap ditambah tusukannya.

Teman pasien saya mengalami hal ini. Pernah, dalam sehari, dia ditusuk dua kali untuk pengambilan darah. Padahal tusukan ini bukan main sakitnya. Apalagi darah kita disedot untuk diteliti di laboratorium.

Saya hitung, hingga hari terakhir di rumah sakit, Kamis, 17/5/2012, ada 7 bekas tusukan. Woaoa…geli membayangkannya. Jarum itu masuk pelan-pelan lalu mengisap darah. Darah merah keluar dalam satu botol kecil.

Untunglah bekas tusukan itu sudah menghilang. Kadang-kadang tubuh ini perlu ditusuk, dilubang, lalu dimasukan cairan atau diambil cairannya sehingga tubuh ini bisa sembuh. Sebenarnya tidak ada yang lebih besar dari soal tusuk menusuk ini selalin rasa sakit. Kalau rasa itu bisa diatasi/ditahan maka kita lolos dalam penderitaan itu.

Tusukan untuk mengambil darah atau memasukan infus tidak akan meninggalkan bekas luka yang besar. Beginilah cara kerja orang-orang kesehatan, menyayat tubuh lalu merapikannya kemudian jadilah tubuh itu baik lagi. Demikian juga dengan tubuh saya yang ditusuk berkali-kali pada akhirnya akan baik dan tidak meninggalkan bekas luka yang besar.

Terima kasih untuk para perawat dan dokter yang merawat saya dengan sabar. Maafkan kalau saya melukai perasaan kalian.

CPR, 19/5/2012

Foto dari sini
Kemauan untuk segera meninggalkan rumah sakit semakin tinggi. Setiap bangun pagi hari, harapan itu muncul. Hari ini hari ke sekian saya berada di sini, kapan ya…saya pulang?

Saya sebenarnya bisa pulang karena keadaan fisik saya semakin baik. Pusing sudah tidak ada. Lemas badan tentu saja ada sebab saya terbiasa tidur banyak selama di rumah sakit.
Nafsu makan bagaimana? Wah…belum tahu. Tetapi kalau di rumah sakit ini, saya makan banyak dan selalu habis. Wong…makanannya bubur dan lauk pauk serta buah-buahan lainnya. Kalau bubur tak perlu repot menguyah, langsung telan bisa.

Suhu panas masih terasa. Beruntunglah pagi hari terakhir, suhu normal kembali. Rasa panas dan menggigil sudah tidak ada. Namun, mengapa saya belum diizinkan pulang?

Ternyata trombosit saya harus mmenuhi standar. Kalau kena Demam Berdarah (DB) kadar trombosit inilah yang selalu dipantau. Saya mengecek di kertas hasil cek darah hari pertama, saat masuk, trombosit saya hanya 115 ribu. Kadar normalnya adalah 150 rb ke atas.

Ada 2 zat lagi yang sering muncul dalam kertas hasil cek darah di laboratorium rumah sakit setiap hari yakni kadar hemoglobin dan leukosit. Ini bagian dari darah. Saya tidak mengalami masalah dengan kedua zat ini sehingga saya mengabaikannya. Saya fokus pada perkembangan kadar trombosit saya. 

Seorang pasien di sebelah saya mengatakan, kalau kena DB, trombosit biasanya turun lalu naik dan normal kembali. Mungkin virus DB itu menyerang trombosit ini.

Hari kedua, trombosit saya turun jadi 100 ribu. Wah payah ini kalau turun terus kapan naiknya. Hari ketiga kadar trombosit saya mulai naik. Naiknya tidak banyak hanya 4 saja sehingga trombosit saya pada hari ketiga menjadi 104 ribu.

Mukjizat besar terjadi pada hari keempat. Pada hari ini, kadar trombosit saya naik menjadi 143 ribu. Woao…naiknya luar biasa. Saya tidak tahu angka dari mana ini. Saya hanya mengonsumsi makanan yang disediakan rumah sakit.

Saya menghubungi teman saya yang mengambil jurusan kesehatan, minta pendapat, bagaimana cara mempercepat kadar trombosit. Beberapa dari mereka menjawab sama, minum jus jambu. Saya langsung menyuruh teman saya untuk membeli jus itu. Malam hari kelima saya menghabiskan segelas jus itu.

Hari kelima, ketika dicek darah saya, kadar trombositnya naik menjadi 175 ribu. Ini sudah melebihi batas minimal. Saya pun berharap bisa langsung pulang. Dokter menelepon bahwa saya bisa pulang hari ini juga.

Wah penantian panjang menunggu trombosit akhirnya berakhir sudah. Masa penantian inilah yang lumayan lama. Kalau saja trombosit saya tidak terlalu turun pasti saya tidak terlalu lama tinggal di rumah saikit ini.

Tetapi saya senang dengan keadaan ini. Teman pasien di sebelah saya, masuk sama-sama dengan saya, masih berbaring ketika saya pulang. Trombositnya masih turun ketika trombosit saya sudah naik. Kasihan dia…teman semoga kau cepat sembuh ya…

CPR, 19/5/2012
Gordi Afri
Powered by Blogger.