Halloween party ideas 2015

The Triangle Love

photo by Ferdous Firoz Amin
We know that the love more really is the love between two persons. Yes, this is the love between a girl and boyfriend or between wife and husband. Nevertheless, the love not only for two persons but also for more. The love between the parents and the children, the teachers and the students, etc. thus, the love is the something widely.  

I get this love through my experiences in this week. There are three. The first, my experiences when we (the students of Italian Language and the teachers) went to the Florence/Firenze city on Tuesday ago (10 June), second, the exam of the Italian Language on Saturday (yesterday), third, the dinner at the house of our teachers at Saturday. For me, these experiences are the proof of love between us. My teachers and my friends love me through these experiences. The triangle love between my teachers, my friends, and me.

The triangle love exists between the Father, the Son, and the Holy Spirit (see the gospel of The Solemnity of the Most Holy Trinity, JN 3:16-18). Most people often ask, “Why the Catholic God is three?” Moreover, the Catholic people make the same asking, “Why our God is three?” The others Catholic know that the Catholics trust in one God and three persons (the Father, the Son, and the Holy Spirit) but they have the difficult to explain it to others.

Yes, this the one of the complicated topics in the Catholic Theology. The theologians have written many books about this topic. Nevertheless, these books are more difficult to understand. In the other words, finally, this topic is the mystery. The trinity is the mystery.

In the Catholic Theology does not exist three Gods. The Catholic religion is the monotheistic religion. There is only ONE GOD. One God in the three persons (the Father, the Son, and the Holy Spirit). They are the distinct persons, but, they are also the fully God.

The God does not divide in three persons. The Trinity is the one God. They are unity and they are united by love. Therefore, there is the triangle love between them. Nevertheless, if you do not understand with this explanation, let this topic as a mystery. The great mystery of the Trinity. The great love exists in the Trinity.

Happy Sunday

Gordi

foto oleh Zam Lope
Teman-teman tak asing lagi dengan keberadaan sebuah tempat parkir di mana saja. Di tempat umum yang ramai kerapkali disediakan tempat parkir yang luas. Keberadaan tempat ini mendukung kenyamanan pengunjung. Kenyamanan ini yang kadang-kadang menjadi incaran pencopet. Ada-ada saja benda yang hilang, mulai dari helm, sepeda motor, bahkan mobil. Atau juga ban motor dan mobil kempes. 

Ini perilaku bukan main jahatnya. Pelakunya tentu punya maksud di baliknya. Maksud yang membahayakan pengunjung. Kita berharap kejadian semacam ini berkurang. Keamanan ditingkatkan seiring dengan banyaknya pengunjung. Kita juga mesti hati-hati dan waspada dengan kendaraan kita. Pilihlan tempat yang aman.

Setelah memarkir sepeda motor di parkiran Gramedia Matraman, mata saya tertuju pada beberapa pohon yang tumbuh di situ. Karena terbiasa, saya pun tidak memerhatikan dengan serius. Saya mengajak teman saya untuk melanjutkan ke toko buku. Tak ada lagi bayangan tentang pohon-pohon itu. Yang jelas, saya memarkir sepeda motor tepat di bawah sebuah pohon sehingga terhindar dari panas matahari.

Ketika keluar, saya melihat pohon-pohon itu lagi. Satu pohon yang agak berbeda, membuat mata saya menatap lebih lama lagi. Ada pohon dan buahnya. Beberapa di antara buahnya berwarna merah. Sebagian lagi masih hijau seperti warna daun pohon itu. Pohon itu tak ada duanya di tempat parkir itu. Ternyata itu buah rambutan. “Ah…rambutan yang memikat hati.” Beda dengan pohon lainnya yang berjenis sama.

Woao….andai buahnya boleh dipetik, saya akan memetiknya. Saya tidak tahu enak apa nggak buah rambutan itu. Warnanya tidak semerah rambutan yang dijual di pasar buah, segar dan bersih. Beda juga dengan rambut yang disemir sehiangga kelihatan merah sedikit. Beda juga dengan bibir gadis cantik yang diples gincu merah. Rambutan ini berwarna merah samar-samar dan kelihatan kotor, tidak segar. Rambutan ini tumbuh di antara celah-celah konblok di tempat parkiran itu. Di bawahnya selalu ada manusia dan sepeda motornya, yag mengelilinginya. Pohon ini kurang sehat, karena menghirup udara kotor yang dibuang dari kendaraan di sekitarnya.

Ah…saya tak mau menatap lebih lama lagi. Toh, buahnya tidak akan dimakan. Saya hanya bisa kagum akan keberadaannya. Rambutnya pun kurang menarik karena kurang bersih. Lebih menarik memandang pohon lain yang menyejukkan pengunjung di bawahnya. Namun, rambut(an) ini memberi warna tersendiri di lahan parkir ini.

Saya menarik kopling lalu menekan injakan gigi sepeda motor dan melaju pelan menuju pos tukang parkir. Selamat jalan dan hati-hati……

CPR, 20/12/2011
Gordi Afri

foto oleh ppinantes2
Pada sebuah pertemuan akbar, seorang penyapu jalan bertemu seorang pegawai kantor. Mereka berbagi pengalaman pada pesta akbar yang dihadiri ratusan orang ini. Pertemuan ini digagas untuk mempertemukan para penyapu jalan dan atasan mereka, dinas kebersihan. Pegawai kantor ini adalah seorang yang ramah dan baik hati. Ia suka bergaul dengan rekan-rekannya di kantor. Ia selalu hadir lebih dulu ketimbang teman-teman pegawainya. Dia memang bukan pemimpin di kantor itu. Dia hanya seorang pegawai biasa. Di atasnya masih ada beberapa pemimpin. Mulailah mereka berbincang.

“Pekerjaan kamu apa?” tanya sang pegawai.

Pegawai ini kelihatan aneh. Masa dia tidak bisa membedakan pegawai kebersihan dan penyapu jalan. Semestinya dia tahu mana yang pegawai dan mana yang bukan. Namun, agak sulit membedakannya. Peserta pesta amat banyak. Lagi pula, semuanya mengenakan seragam batik.

“Saya tidak punya pekerjaan. Saya hanya petugas penyapu jalan,” jawab sang penyapu jalan.

Dia menjawab apa adanya, tanpa malu, dengan pegawai kantor yang ramah ini. Dia tahu, yang berhadapan dengannya sekarang adalah pegawai kantor. Dari wangi parfumnya, dia tahu, ini pegawai.

“Bapak pegawai kantor, bukan?” sambungnya lagi.

“Ya, saya pegawai kantor. Pekerjaan kita berbeda, namun kita semua mendapat gaji.”

“Betul pak, saya senang mendapat gaji. Angkanya kecil, namun saya bahagia. Dengan gaji itu, saya bisa menghidupi istri dan anak-anak saya.”

“Saya mendapat banyak gaji, tetapi saya tidak terlalu bangga dengan gaji itu. Saya kesal karena teman-teman datang kemudian dari saya. Saya mengimpikan agar kami datang lebih awal, sebelum jam kantor mulai.”

“Saya bahagia, bisa bangun pagi dan membersihkan jalanan. Sebelum anak sekolah dan orang tua yang mengantar mereka menggunakan jalan, kami sudah membersihkannya. Sebelum tengah hari, kami sudah kembali ke rumah. Alhamdulilaah, kami selalu mendapat rezeki secukupnya selama puluhan tahun pekerjaanku sebagai penyapu jalan.”

Kisah ini hanyalah fiktif. Kalau ada yang tersinggung mohon maaf, saya tidak bermaksud menyinggung perasaan pembaca. Dari kisah sederhana ini, kiranya kita tahu. Kebahagiaan seorang tidak ditentukan oleh banyaknya uang yang diperoleh. Kebahagiaan seseorang tidak pula ditentukan oleh status/kedudukan sosial. Kebahagiaan sesorang ditentukan oleh kesuksesannya dalam bekerja. Bagimana dia menjalankan pekerjaannya, itulah yang menentukan kebahagiaannya. Singkatnya kebahagiaan itu muncul dari dalam. Bukan dari luar. Semoga terinspirasi.

CPR, 21/12/2011
Gordi Afri

Powered by Blogger.