Halloween party ideas 2015

gambar dari enmerit.net
Padre Corda adalah artis kapela di Wisma Xaverian Yogyakarta. Sebagai artis, dia tahu tugasnya. Dia menjaga agar kapela itu tetap indah. Keindahan ini pun dia ciptakan dengan menambahkan berbagai jenis bunga. Bunga-bunga tersebut dia datangkan dari taman komunitas atau dibeli di luar. Selain bunga hidup, di kapel memang sudah ada bunga abadi, bunga mati, bunga hias. Bunga jenis ini tidak akan diganggu gugat selain dibersihkan saja. Kami semua bertugas untuk membersihkan ini. 

Padre Corda memerhatikan keberadaan bunga hidup. Bunga yang setiap hari dia siram dengan air, yang dia buang bagian yang tidak hidup lagi. Padre Corda—seperti bunga-bunga hidup ini—ingin membuat suasana di kapel tetap hidup. Seperti bunga yang menampakkan keindahannya dan memberi keharumannya, kami pun menikmati keindahan kapel ini.

Bunga hidup ini juga mengingatkan kami akan relasi kehidupan dengan Dia, sang pemberi hidup. Bunga-bunga hidup itu adalah lambang kehadiran-Nya. Dia yang hidup di antara kami. Dan, Padre Corda justru memerhatikan kehidupan relasional antara kami yang hidup dengan Dia, sang sumber hidup.

Kehidupan manusia sebenarnya disimbolkan dengan bunga-bunga hidup di kapel itu. Kehidupan itu tidak saja dihidupi tetapi juga mesti menjadikannya sebagai seni. Seni hidup. Bagai bunga yang menciptakan keindahan, kehidupan kita juga mestinya menciptakan keindahan. Keseniaan tidak ada batasnya. Keseniaan menjadi ruang kreasi yang tak akan pernah habis. Demikianlah kehidupan yang diwarnai dengan seni, tidak akan pernah selesai. Maka, mesti Padre Corda pergi meninggalkan kami semua, kehidupan yang penuh seni itu, tetap dilanjutkan.

Padre Corda sudah meninggalkan keindahan itu di kapel. Tugas kami selanjutnya adalah melanjutkan merawat keindahan itu. Artis kapel itu boleh pergi tetapi tentu saja ada artis-artis baru yang muncul. Bagai bunga hidup yang pada suatu hari akan layu dan mati, artis pun demikian. Tetapi nilai keindahan yang diciptakan sang artis tidak akan pernah mati. Keindahan itu tetap muncul setiap saat, setiap kali kita menciptakan kreasi baru.

Selamat jalan Padre Corda. Kaulah artis kami di surga. Dari rumah Bapa, engkau membuat hidup kami menjadi indah. Hidup yang mesti kadang berhadapan dengan kesusahan, kau tetap mengirimkan kebahagiaan bagi kami. Dengan demikian, kau mengirimkan kekuatan kala kami lemah lesu. Kehidupan kami boleh saja pasang surut, tetapi keindahan yang kau wariskan tak akan ada batasnya. Keindahan itu tetap ada dan diperbarui setiap saat, seperti engkau memperbarui bunga-bunga yang layu di kapel setiap pagi dan sore.  (bersambung)

PRM, 20/2/15
Gordi



gambar dari stfrancislcc.bravehost.com
Salah satu kegemaran orang tua adalah berdoa. Padre Corda, 89 tahun, juga gemar berdoa. Boleh disebut pekerjaan utamanya adalah berdoa. Setelah sekian tahun menghabiskan waktunya dengan bekerja fisik, kini pekerjaan yang bisa dan sering dia lakukan adalah berdoa. Tak heran jika sebutan pendoa ini pun otomatis disematkan padanya. 

Berdoa bagi Padre Corda menjadi hal utama dalam hidup harian. Dari berdoalah dia menghidupi aktivitasnya. Berdoa bukan satu-satunya yang dia lakukan setiap hari. Setelah berdoa dia juga bekerja. Mengganti bunga di kapel, menyiram bunga, mengecek kebun belakang dan depan rumah, mencari cabang pohon yang mulai rusak. Setelah semuanya itu berakhir, dia juga berdoa. Jadi, berdoa baginya boleh dibilang awal dan akhir dari keseharian.

Pagi hari, sebelum merayakan misa harian, dia duduk di kapel dengan brevirnya. Atau, kalau misa sore hari, dia juga tetap berdoa brevir. Entah duduk di kapel atau jalan-jjalan di kroridor rumah. Demikian juga setelah makan siang, sore hari, dan malam setelah makan malam. Sebelum tidur, dia mendaraskan doa rosario sambil jalan-jalan keliling koridor. Melewati pintu kamar para anak didiknya.

Padre Corda yang adalah pendoa itu telah pergi, namun, kiranya dari sana dia mendoakan kami semua. Saya akan mengenang kehidupan doanya ini. Kiranya bisa tertular pada kami yang pernah hidup dengannya. Selamat jalan Padre Corda. (bersambung)

PRM, 20/2/15
Gordi


ilustrasi dari eqokren.blogspot.com
Salah satu kegemaran Padre Corda adalah menonton berita di TV. Dia sering mengikuti berita-berita dari Italia. Menonton misa dari Vatikan, menonton program TV Italia, dan sebagainya. Boleh dibilang, Padre Corda adalah orang yang selalu update soal berita. 

Satu kali, saya ingat persis, dia berteriak memanggil nama saya dari ruang TV. Saya yang sedang berada di ruang tamu bawah pun mendengarnya. Dia memberitahukan bahwa Paus Benediktus XVI mengundurkan diri dari tugasnya sebagai paus. Saya kaget mendengar berita itu lalu naik ke ruang TV dan ikut menonton dengannya. Kebetulan, hanya ada saya dan dia serta anak-anak didik kami.

Sebagaimana informasi baru, cepat diberitakan, Padre Corda juga sering kali menyebarkan informasi baru pada kami. Dia kadang-kadang mengajak kami ikut menonton misa bersama Paus Benediktus atau Paus Fransiskus. Dia lalu menjelaskan kepada kami homili atau komentar dalam misa. Maklum, kami belum bisa berbahasa Italia.

Informasi bisa didapatkan di mana saja. Tidak saja di TV, di koran, buku, dan majalah. Padre Corda juga gemar mencari berita di koran, majalah, dan buku. Setiap kali ada berita yang menggembiarakan, dia dengan cepat menceritakannya kepada saya. Dia selalu mendapat kiriman majalah dan koran serta buku dari Italia. Satu kali, kami menghabiskan lebih dari sejam, untuk berbincang-bincang soal isi buku menarik yang baru saja selesai dia baca. Perlu kesabaran untuk mendengar ceritanya. Dan, Padre Corda juga dengan sabar mendengar jika ada orang yang mau bercerita dengannya.

Kini Padre Corda telah pergi. Saya tetap ingat suaranya kala memanggil saya untuk menonton acara festival terkenal di Monako. Juga, acara lain yang selalu dia tawarkan pada kami. Selamat jalan Padre Corda. Engkau gemar mencari informasi aktual namun engkau juga gemar mencari infromasi dari Dia yang di atas. Tentang topik ini akan dibahasa dalam artikel selanjutnya. (bersambung)

PRM, 20/2/15
Gordi
Powered by Blogger.