JAGUNG BAKAR DI AWAL TAHUN 2012
sumber gambar, google |
Ada apa ne??? Kok ada
jagung bakar? Orang kota dan orang desa sudah mencicipi enaknya jagung bakar.
Benar bukan? Orang desa merasakannya ketika memanen jagung muda nan manis.
Hasil pertanian sendiri. Di kota pun selalu tersedia jagung bakar muda nan
manis. Meski harus merogok kocek untuk memperolehnya, semuanya bisa menikmati
manisnya jagung bakar muda.
Beberapa teman sudah menyediakan sekarung jagung muda. Anggota regu bakar jangung sigap membuka kulit jagung lalu ditusuk dengan tusukan mirip tusuk sate dan memasukkan ke alat panggang jagung. Alat bakar jagung yang dibuat malam ini mirip dengan tempat membakar sate. Ada bagian bawah seperti tungku api, tempat bara api memerah. Bagian atas ada kawat melintang tempat memanggang jagung muda itu.
Sambil menunggu jagung itu, kami yang lain menghibur dengan bergoyang. Iringan musik disko, dangdut, poco-poco diputar seperlunya saja. Kami semua bergoyang mengungkapkan kegembiraan di tahun yang baru. Di awal tahun sebaiknya kami mempunyai harapan yang menjadi pegangan di tahun baru. Ada harapan untuk berhasil dalam studi, harapan untuk mahir dalam satu keahlian khusus, dan sebagainya. Nah…harapan itu hendaknya dijalankan dengan suasana ceria. Makanya, kami bergoyang. Goyang penuh ceria.
Sepuluh menit kemudian, kami mulai mencicipi racikan tangan para regu bakar jagung. Kelompok pertama memberi komentar…woao… uuenaknya jagung ini. Ah..teriakan itu membuat air liur kami yang lain menetes pelan.. Namun kami tetap menunggu dengan sabar. Semuanya mendapat bagian nanti. Kelompok kedua hingga terakhir merasakan muanisnya jagung bakar muda ini. Lembut di gigi, manis di tenggorokan, puas di mulut. Itu kira-kira deskripsi rasa jagung muda bakar. Maaf, saya tak pandai mendeskripsikan rasa.
@@@@@@
Keceriaan ini membuat saya melihat kembali awal keceriaan ini tadi. Sebelum pergantian tahun, kami berkumpul di kapel. Pastor yang membawakan renungan akhir tahun mengangkat tema tentang Waktu. Dalam waktu, ada Tuhan. Begitu kira-kira inti pembicaraannya. Dalam waktu setahun, kita banyak melakukan kegiatan. Dari hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, dan akhirnya setahun. Apakah kita sibuk dengan kegiatan itu? Apakah kita senang dan bahagia dengan kegiatan itu?
Kembali ke masing-masing pribadi. Ada beragam tanggapan tentunya. Kami mencoba merekam kegiatan kami dalam kronik komunitas. Kronik itulah yang dibacakan menjelang detik-detik pergantian tahun. Pikiran dan ingatan kami seolah-olah diputar kembali ke belakang, sejak 1 januari tahun 2011. Ya…sebentar lagi kami akan merayakan setahunnya peristiwa awal tahun itu.
Kronik itu tercipta dalam waktu. Berapa orang yang merasakan kehadiran sang empunya waktu dalam setahun itu? Tak ada yang tahu. Yang jelas, Dia-lah sang empunya itu, Tuhan. Dalam renungan malam ini, pastor mengatakan Tuhan hadir dalam setiap waktu baik disadari atau tidak. Nah…. Di siniilah letak persoalannya. Ada yang mengingat Tuhan, sang empunya waktu ketika sadar akan kehadiran-Nya. Ada yang yakin TUHAN hadir setiap waktu termasuk ketika ia tidak menyadari kehadiran-Nya. Ada pula yang sama sekali tak pernah peka akan kehadiran-Nya.
Semuanya terjadi dlam waktu. Mereka yang merasakan kehadiran Tuhan sama seperti menikmati jagung bakar muda nan manis malam ini. Ada rasa di mulut, tenggorokan, dan gigi ketika menguyahnya. Mereka yang tidak adalah mereka yang makan jagung bakar ini dengan dorongan nafsu, kelaparan. Makan sepuasnya demi memuaskan nafsu makan. Mereka yang kurang peka adalah mereka yang makan jagung bakar muda nan manis seperti menikmati makanan lainnya. Tak ada kekhasannya. Padahal tidak setiap saat jagung ini dimakan.
Ini bukan renungan atau khobah. Saya bukan pengkhotbah di akhir dan awal tahun. Saya hanya penikmat jagung bakar muda nan manis di awal tahun. Saya ingat momen ini amat istimewa. Momen mesra antara kami dan waktu. Makanya, kami menyanyi lagu KEMESRAAN INI sambil bergandengan tangan menjelang detik-detik pergantian tahun.
Sepuluh, sembilan, delapan, dan seterusnya hingga teriakan SELAMAT TAHUN BARU muncul. Kami berhasil melewatkan tahun 2011 dan kini memasuki wilayah (tahun) 2012. Tak ada kata lain selain kata terindah…Selamat Tahun Baru sambil berjabatan tangan kepada teman-teman di awal tahun ini.
CPR, 3/1/2012
Gordi Afri