Halloween party ideas 2015



Saya kira belum terlambat. Kita masih dalam bilangan oktaf Natal. Bertepatan dengan perayaan tahun baru. Tahun lama diganti dengan tahun baru menurut satu sistem perhitungan waktu. Sebab, masih ada sistem hitungan lainnya misalnya kalender Islam, kalender Cina, dll. Tahun baru yang dirayakan hari ini mengikuti satuan sistem hitungan kalender Gregorian.
Entah mengapa, saya masih terkesima dengan pemandangan gua/kandang natal di kapel. Tiga puluh menit sebelum misa malam Natal, saya sudah ada di kapel. Mata saya tertuju ke gua natal itu. Menatap lama, dan terkesima dengan perabot yang ada di dalamnya. Patung Maria, Yosef, para gembala, keledai (yang ditunggangi keluarga Yosef), domba, tiga orang Majus, dll. Semuanya membentuk pemandangan yang unik. Tentu saja semua ini hanyalah sarana yang membantu merefleksikan peristiwa kelahiran Yesus, sang Juru Selamat. Tanpa ini pun sebenarnya bisa, tetapi kalau ini bisa membantu juga lebih baik. Sehingga, sarana gua Natal ini bisa dipajang.
Ngomong-ngomong soal kelahiran Yesus. Katanya Yesus adalah Allah tetapi kok Dia lahir seperti manusia. Bahkan, kalau memerhatikan dengan baik bacaan-bacaan Injil dalam oktaf Natal, Yesus pun mengikuti adat istiadat Yahudi (dan juga Hukum Taurat). Yesus disunat dan diserahkan kepada Tuhan di Bait Allah. Dari sini bisa diklaim kalau Yesus itu benar-benar manusia. Tetapi perlu diingat bahwa Dia bukan sekadar manusia. Dia adalah manusia yang unik karena Dia adalah Utusan Allah satu-satunya. Kalau demikian dalam dirinya ada manusia dan Tuhan. Maka, tidak salah kalau dibilang Yesus itu sekaligus Allah dan Manusia. Allah karena Dia adalah Utusan Allah, dan Manusia karena Dia memang terlahir sebagai manusia, lahir dari Perawan Maria, dan hidup di tengah budaya orang Yahudi.
Membayangkan kehidupan Yesus bersama orang tuanya, saya jadi ingat sebuah kisah kehidupan saya bersama Bapak saya. Suatu ketika, kami pergi ke tempat pertandingan bola voli. Di situ sudah berkumpul banyak penonton. Mulai dari anak kecil seperti saya, orang muda-mudi, dan kaum tua. Suara mereka bergemuruh meneriaki tim favoritnya. Para pemain semakin percaya diri dan bertambah semangat ketika suporter meneriaki yel-yel untuk mereka. Di tengah suara sorak-sorai itu, saya tetap saja melongo karena tidak bisa melihat atraksi para pemain. Mata saya terhalang oleh penonton yang berdiri merapat. Saya merengek dan memukul-mukul ujung tangan bapak sambil meminta digendong. Akhirnya bapak saya, membungkuk dan mengangkat saya. Saya menjadi setingkat dengan bapak saya dan bisa melihat atraksi para pemain. Peristiwa ini bisa membantu saya merefleksikan bagaimana Allah mengasihi manusia.
Natal adalah kesempatan yang paling baik untuk merenungkan bagaimana Allah mencintai manusia. Dia tidak hanya mengutus (gerak turun) Putra-Nya menjadi manusia tetapi juga mengangkat (gerak naik) manusia menjadi Anak Allah. Manusia menjadi satu (melebur) dengan Allah. Manusia tidak lagi kelihatan sebagai manusia yang tidak berarti tetapi sebagai manusia yang dikuasai oleh Allah. Ibarat setetes air yang ditumpahkan ke dalam piala berisi anggur. Air itu tidak kelihatan sebagai air tetapi sebagai air yang terlihat seperti anggur. Air itu melebur, menjadi satu dengan anggur dan kelihatan sebagai anggur.
Lima menit sebelum jam 12.00 pada tanggal 31 Desember 2010, seorang teman memegang arloji dan mulai menghitung menit demi menit. “Lima menit lagi,” teriaknya sambil menujukkan arlojinya. Kami semua melihat ke arahnya. Begitu seterusnya dia berteriak tiap menit hingga sampai waktunya. “Selamat tahun baru……” kami semua melambaikan tangan, bersorak gembira, lalu berjabatan tangan satu sama lain. Begitulah malam pergantian tahun dilalui. Waktu itu sebenarnya waktu yang sama. Waktu yang bergerak dan berputar melalui siang dan malam. Sistem perhitungan waktu (yang dibuat manusia) yang membuat kita membagi waktu tahun demi tahun seperti ini. Sambil mengingat dan melupakan kemajuan dan kemuduran kita di tahun 2010, kita melangkah maju, menyambut tahun 2011. Semoga kita, Anda dan saya, tetap mengevaluasi diri, mengembangkan segala yang progress dari tahun lama di tahun baru ini, dan memperbaiki yang kurang baik dari tahun lama. Akhirnya selamat berpetualang di tahun 2011. Selamat tahun baru….
Cempaka Putih, 1 Januari 2011
Gordy Afri

Kita tentu tak bisa memungkiri kehadiran sebuah benda unik dalam kisah kelahiran Yesus. Palungan, tempat Yesus dibaringkan. Semua orang Kristen (dan juga bukan Kristen) hampir pasti mendengar nama benda ini setiap kali merayakan Natal. Mungkin kita dengan saksama mencari makna di balik palungan ini namun mungkin juga tidak. Pertanyaannya bias saja demikian, Mengapa Yesus kok lahir di benda yang kotor ini? Tetapi bisa juga demikian, Mengapa kita harus memperhatikan palungan yang adalah benda tak bermanfaat itu, hanya untuk tempat makanan ternak saja. Apa pun pertanyaannya tentu tergantung situasi hati kita masing-masing. Tetapi ada baiknya kalau kita mengetahui lebih kurang makna di balik palungan itu.

Menurut hemat saya, palungan sangat berarti di balik kelahiran Yesus. Palungan merupakan simbolisasi maksud kedatangan Yesus. Biasanya, anak-anak ternak mengambil pakan dari palungan yang sama. Satu palungan untuk semua ternak. Saya kira tidak kurang kalau kita (manusia) diandaikan sebagai ternak-ternak itu. Meminjam kata-kata dari seorang bapak Pendeta dalam perayaan Natal bersama di sekolahan bulan Januari lalu, “Kita mau mengambil makanan dari palungan yang sama.” Maka dalam arti tertentu kita bersatu. Kita berasal dari sumber yang sama. Yesus justru hadir dalam palungan itu. Dan kita makan dari palungan itu. Di sini, saya melihat bahwa Yesus mau mengajak kita untuk mengambil bagian dalam karya-Nya, mengambil makanan dari palungan yang sama, dan sekaligus mau menyadarkan kita bahwa Dia adalah pemersatu. 

Saya meminjam kata-kata Komaruddin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatulah, Jakarta (KOMPAS 24 Desember 2010), “Yesus mengajarkan, jika kita ingin dicintai maka cintailah sesama.” Kehadiran Yesus tidak hanya menyatukan kita (manusia dengan manusia) tetapi juga menyatukan kita dengan lingkungan, dan tentu saja dengan Dia yang lahir di palungan. Dalam hal inilah kita ditantang untuk membuktikan kepada sesama bahwa kita sadar atau disadarkan akan pengaruh cinta Tuhan itu.

Kehadiran Yesus di dunia mau menegaskan bahwa Allah sungguh mencintai manusia. Yesus hadir dan turun menjadi manusia untuk mewujud-nyatakan cinta Bapa kepada semua manusia. Dengan menjadi manusia Yesus bisa mencintai, mendekatkan diri dengan manusia, dengan semua manusia. Maka, semoga perayaan natal ini membawa pembaruan bagi kita semua. Semoga kita tidak terjebak dalam kerangka berpikir bahwa Natal hanyalah sebuah festival agama saja (meminjam kata-kata Komaruddin Hidayat, KOMPAS 6 Desember 2010). Natal bukanlah sebuah festival tetapi sebuah perayaan berahmat, di mana Allah turun menjadi manusia karena mau mencintai manusia. Selamat Natal untuk kita semua.
Cempaka Putih, 25 Desember 2010
Gordi Afri

www.orchidsplus.com
Saya sering mendengar pendapat banyak orang bahwa tanaman bunga itu indah. “Bunga-bunga itu indah”, “Bunga di tamanmu ada berapa jenis?” “Bunga itu begitu cantik dan wangi”, “Ada bunga bru di taman ini”, “Kita ke taman bunga yuk..”, “Kita cari tempat yang nyaman misalnya di taman gitu…” dll. Kalimat-kalimat semacam ini kiranya mewakili pendapat sekelompok orang yang begitu terkesima dengan tanaman bunga. Saya kurang begitu ingat kapan dan saat-saat mana saya mulai tertarik dengan bunga. Saya pernah menanam bunga, merawat tanaman di halaman, di dalam ruangan, di dinding rumah, dan sebagainya tetapi saya tidak merasa begitu tertarik. Ada ketertarikan terghadap bunga tertentu dan pada saat tertentu misalnya bunga mawar yang sedang mekar. Namun, saya tidak pernah merasa seolah-olah bunga menjadi sesuatu yang sublime sehingga harus didewa-dewakan, dibesar-besarkan ceritanya. Meski demikian saya menghargai pendapat teman-teman yang begitu terkagum dengan bunga. Hanya saja saya heran, mengapa banyak orang khususnya orang-orang tertentu begitu tergila-tergila dengan bunga? Apa daya pikat sehingga dia begitu terpesona dengan bunga? Adakah hal lain yang membuat dia/mereka terpikat dengan tanaman yang namanya bunga? Adakah pesan khusus dari bunga sehingga mereka harus memiliki taman bunga atau sekurang-kurangnya di samping mereka ada bunga?




Di samping saya ada tanaman bunga, ada taman bunga, ada pot bunga. Di rumah dan di rumah tetangga ada bunga bahkan ada ada taman bunga yang ukurannya besar. Di kampus saya ada bunga, di gereja, di tempat-tempat umum yang saya kunjungi. Singkatnya ada banyak tempat yang disediakan untuk bunga. Bunga di sini maksudnya bunga hidup, bukan bunga hiasan yang tidak bernapas. Dari fenomena ini muncul asumsi bahwa bunga begitu disukai banyak orang. Dalam gereja ada bunga. Letaknya juga strategis yakni di altar dan sekitarnya. Umat yang mengikuti perayaan ekaristi pasti melihat bunga ini. Dan kalau coba dihitung, kira-kira berapa banyak yang suka akan bunga itu? Cara menata dan merangkai bunga itu bagus sehingga banyak orang melihatnya dan bahkan banyak orang tertarik untuk melihatnya. Untuk mengukur suka-tidaknya orang pada bunga di altar itu gampang saja. Coba saja pada satu hari Minggu altar dibiarkan tanpa bunga. Saya pernah mendengar bisikan beberapa orang di samping saya, “Kok agak lain ya. Altarnya kurang begitu bagus. Coba kalau dihiasi bunga….” Ini menunjukkan bahwa ada orang yang masih mengharapkan adanya bunga di altar. Ini hanya sekadar contoh untuk menggambarkan bagaimana orang tertarik melihat bunga. Di tempat-tempat umum lainnya bisa saja ada komentar seperti ini. Pertanyaannya, mengapa orang begitu tertarik dan bisa kagum pada bunga?


Pengalaman tertarik dengan bunga merupakan pengalaman personal. Pengalaman personal yang bisa diceritakan kepada orang lain. saya kira ini soal perasaan. Dan perasaan merupakan sesuatu yang abstrak. Kadar ketertarikan orang pada bunga tidak bisa diukur dengan pasti dan tentu saja berbeda untuk tiap orang. Ketertarikan itu muncul dari hati dan tidak bisa ditipu. Saya hanya bisa mengatakan saya tertarik dengan bunga yang berwarna merah itu sementara teman di samping saya tertarik dengan bunga yang berwarna kuning. Kami tidak bisa menjelaskan kadar ketertarikan saya sekian. Yang bisa dijelaskan mungkin hal-hal lahiriah misalnya warnanya, wanginya, bentuknya, dll. Tetapi hal esensial yang membuat saya tertarik tidak bisa dijelaskan. Dan memang hal-hal lahiriah inilah yang bisa membuat orang tertarik pada bunga. Orang buta tidak bisa merasa tertarik dengan bunga karena warnanya. Ia mungkin bisa tertarik karena wanginya.

Ciri-ciri lahiriah dari bunga inilah yang membuat orang melihat bunga mempunyai daya pikat tersendiri. Orang-orang tertentu berjuang mati-matian mendapatkan bibit dari sebuah bunga karena ia merasa bahwa bunga itu mempunyai arti baginya. Entahkah pengalaman masa kecilnya atau pengalaman jatuh cinta atau pengalaman lain. Bunga itu bisa membuatnya menghayal dan mengingat pengalaman bersama orangtua, bersama sang kekasih, dll. Bunga menjadi tempat untuk curhat mengenai peristiwa tertentu, masa tertentu. Saya senang ketika pada suatu kesempatan disuruh untuk mencari bunga kembang sepatu. Waktu kecil bunga ini mendominasi pagar taman kami. Tentu saja unik bagi saya pada saat itu. Tiap beberapa hari dia mengeluarkan pucuk bunga berwarna merah dan merah muda (tergantung jenis kembang sepatu). Pucuk ini menjadi rebutan antara dua kelompok makhluk hidup. Manusia (saya dan kakak saya) dan beberapa kelompok burung. Saya dan kakak saya berebut untuk memetik pucuk ini. Di dalamnya ada cairan manis yang bisa dinikmati. Begitu pula dengan beberapa jenis burung pipit yang mencurinya dari taman kami. Mereka mau menikmati manisnya pucuk itu. Warnanya juga menarik perhatian saya. Warna merah/merah muda bisa dilihat dengan jelas dari jauh. Ketertarikan akan warna dan wangi pucuk kembang sepatu ini berlaku juga bagi para tamu wisata di hotel tempat saya pernah tinggal. Mereka—yang umumnya dari Eropa—senang kalau ada bunga di kamar. Ini menandakan bahwa ada alasan yang memikat hati banyak orang untuk tetarik dengan bunga. Alasan ini bukan berkadar rasional tetapi cenderung berkadar perasaan (feeling) meskipun yang perasaan itu bisa dirasionalkan.
www.happyvalentinesday14february.com

Di samping itu, saya kira hal lain yang menarik banyak orang untuk memiliki, merawat, menikmati tanaman bunga adalah zat kimia yang dikeluarkan oleh bunga. Seperti tanaman-tetumbuhan umumnya, bunga mengeluarkan oksigen (O2) yang dibutuhkan oleh manusia. Dia menghasilkan banyak oksigen. Tak jarang banyak orang di kota besar memelihara banyak bunga di rumah, di kantor, di taman umum, di mal, dan tempat umum lainnya. Dari sini terpancar kehijauan yang merupakan reduksi dari warna alam asli. Warna-warni juga akan tampak dari beberapa jenis bunga yang memiliki warna tertentu. Keindahan akan tampak. Selain itu, banyaknya bunga akan mengurangi proses pemanasan global (global warming) yang sekarang ini sedang menjadi perhatian dan keprihatinan banyak orang. Makanya, ada alasan bagi orang tertentu untuk terkesima dan kagum ketika melihat bunga, melihat taman bunga yang hijau dan indah. Di tengah hiruk-pikuk dan kacau balaunya polusi udara Jakarta, saya kagum dan merasakan indahnya taman bunga dan pemandangan alam di puncak. Bersih dan segarnya udara di puncak membuat saya betah dan ingin duduk berlama-lama di taman bunga di salah satu rumah peristirahatan. Tak heran kalau orang mengatakan surganya dunia adalah taman bunga.

Terakhir. Bunga bisa menjadi pembawa pesan khusus. Pesan yang tampak sekaligus tidak tampak. Saya pernah memberi sepucuk bunga kepada teman saya. Bunga itu dititipkan pada teman saya yang lain, dan pernah juga saya sendiri sengaja menaruh di atas meja belajarnya. Dia senang, kagum, dan tertarik dengan bunga itu. Bunga itu mempunyai banyak pesan yang tidak tampak, tergantung dia menafsirkannya. Saya memberinya hanya mau mengatakan bahwa kamu secantik bunga ini, penampilanmu secantik bunga ini, dan sebagainya. Bagi dia mungkin ada yang lebih dari situ. Bunga dari sang kekasih menimbulkan multi-tafsir. Namun, pada intinya bunga menjadi ungkapan cinta antara dua remaja, dua kekasih yang sedang dibakar oleh kobaran cinta. Bunga dari sang kekasih menjadi kandungan memori yang begitu kuat dalam jangka waktu tertentu. Bunga itu bisa menjadi ungkapan cinta terdalam antara dua kekasih. Singkatnya bunga menjadi jembatan cinta yang keliahatan sekaligus transenden (baca= melampaui yang kelihatan). transenden karena makna di balik hadirnya bunga itu—bagi orang tertentu—begitu dalam, kadang tak terbayangkan. Maka, saya senang karena di samping rumah, di halaman kami ada banyak bunga. Begitu juga di rumah tetangga. Bunga-bunga itu menjadi obyek untuk menghilangkan kepenatan dan kejenuhan di tengah banyaknya materi kuliah juga menjadi obyek mata untuk bernostalgia. Maka, mari kita memelihara bunga………
Jakarta, 6 Desember 2010
Gordy Afri



Powered by Blogger.