Halloween party ideas 2015


Sumber gambar sini

Mula-mula saya heran dengan banyaknya denominasi Gereja Kristen di Indonesia. Keheranan ini bukan datang tiba-tba. Saya dibesarkan di lingkungan mayoritas Gereja Katolik. Saya tahu di samping Gereja Katolik ada Gereja Protestan yang sangat dekat dengan Gereja Katolik dalam hal sejarah. Saya pun tak asing dengan nama Gereja Protestan.

Namun, ketika saya keluar dari lingkungan saya, rasa heran mulai muncul. Ternyata Gereja Protestan itu banyak. Denominasinya banyak, ada Gereja Kristen Indonesia, Gereja Kristen Jawa, Gereja Masehi Injili, Gereja Metodhis, Gereja Protestan Indonesia Barat, dan sebagainya. Gereja-gereja ini bernanung di bawah bendera Gereja Kristen Protestan atau resminya Agama Kristen Protestan. Tentu ini amat berbeda dengan Gereja Katolik yang berasal dari agama Katolik sendiri. Agama Kristen Protestan ternyata memiliki banyak Gereja.

Tak heran jika jemaat Kristen Protestan di Indonesia lebih banyak daripada umat Katolik. Data pastinya memang sulit ditentukan. Ada banyak sensus yang dibuat, bahkan kadang-kadang mungkin tidak ada kesepakatan tentang angka pastinya. Namun, hampir pasti yang saya dengar bahwa jemaat Gereja Kristen lebih banyak ketimbang umat Katolik. Saya tak heran sebab dalam agama Kristen sendiri terdapat banyak Gereja sedangkan dalam agama Katolik hanya ada satu Gereja yakni Gereja Katolik. Banyak Gereja banyak pengikut, begitu kira-kira latar belakang angka tersebut.

Menurut Pendeta Yohanes dari Gereja Methodis Johar Baru, Gereja itu ibarat taman. Ketika kita masuk ke taman, kita melihat bunga yang indah. Bunga mawar yang kita lihat pertama sangat indah. Masuk lebih dalam lagi, ada bunga matahari. Kita pun melihat bunga itu sangat indah. Begitu seterusnya. Ada banyak bunga yang kita lihat di taman itu. Semuanya memiliki ciri khas tersendiri. Kekhasannya itulah yang membuatnya indah. Begitu kira-kira ringkasan kata-kata pendeta itu dalam khotbah ibadat oikumene pada Sabtu, 28/1/2012 di Gereja Methodis Johar Baru.

Lebih lanjut pendeta asal Sumatera Utara ini mengatakan, kita tidak perlu merasa gereja kita paling benar dari yang lainnya. Sebab, tiap gereja mempunyai kekhasannya tersendiri. Ada yang kontemplatif, ada yang berjingkrak sebagai tanda hadirnya Roh Kudus, ada yang harus menyanyi keras-keras untuk memuji Tuhan. Semuanya mempunyai kekhasannya. Gereja-gereja ini kiranya seperti bunga-bunga yang ada di taman. Kalau semua orang melihat Gereja seperti taman, di dalamnya ada variasi, maka tak ada lagi fanatisme antara gereja.

Sumber gambar sini
Ketika gereja hadir dengan berbagai wajahnya, di situlah wajah Yesus ditampilkan. Namun, pandangan semacam ini menunai kritik juga. Ada komentar orang yang tidak setuju dengan berkembangnya atau bermunculannya gereja-gereja baru saat ini. Mereka mengatakan, kalau kita dipanggil untuk bersatu, mengapa kita hanya terkurung dalam kelompok gereja kita sendiri? Banyak gereja baru membuat kita tidak bersatu lagi. Namun, kesatuan seperti apakah yang didambakan? Toh, dalam satu taman bunga-bunga indah menjadi satu yakni menciptakan keindahan dalam taman itu. Kalau begitu, apakah hadirnya gereja-gereja baru menghalangi kita untuk bersatu?

Salah satu persoalannya di sini adalah soal keterbukaan antara jemaat gereja. Kalau jemaatnya saling terbuka dan mau bekerja sama dengan jemaat gereja lainnya maka kesatuan itu bisa tercapai. Memang kalau semuanya terkurung sesuai kelompok gerejanya maka tidak ada kesatuan itu. Yang ada adalah perpecahan sebab kita tidak satu lagi. Dalam Injil tertulis kita dipanggil menjadi satu. Menjadi satu seperti apa? Toh gereja secara fisik ada bermacam-macam. Ataukah gereja dalam artian kita disatukan dalam nama Yesus?  Kalau gereja yang dimaskud adalah yang terakhir ini, kita sudah mencapai kesatuan itu. Agak sulit menjadikan jemaat Kristen dan umat Katolik menjadi satu institusi gereja. Gereja-gereja dengan berbagai denominasinya tetap dipertahankan. Kita hanya mengharapkan bahwa denominasi itu hendaknya menjadi seperti satu jenis bunga yang menyumbangkan keindahan bagi taman bunga orang Kristen itu sendiri. Dengan demikian orang Kristen tetap bersatu dalam nama Tuhan Yesus.

CPR, 29/1/2012
Gordi Afri


Beberapa waktu lalu, saya dan seorang teman pergi ke ITC untuk memperbaiki mp3nya teman saya. Mp3 adalah salah satu jenis alat untuk memutar musik dan video. Di dalamnya ada memori untuk menyimpan lagu dan video sekaligus bisa memutar lagu-lagu dan video tersebut. Selain itu, alat ini bisa juga memotret gambar, menyimpan file berupa tulisan elektronik, dan beberapa fungsinya. Tergantung jenis atau tipenya. Ada yang lengkap ada pula yang hanya bisa memutar musik dan video saja. 

Sedikit tentang asal-usul mp3. Mp3 memiliki nama lain yakni MPEG layar 3. MPEG  merupakan singkatan dari Moving Pictures Experts Group yakni sebuah organisasi yang mengembangkan standar untuk kode program audio dan video. Sebuah file mp3 mempunyai bit rates mulai dari yang rendah yaitu 32kbits/detik hingga 320kbits/detik. Format file MP3 merupakan yang paling terkenal di kalangan umum karena ukuran filenya kecil tetapi kualitas suaranya baik. (Sumber  http://www.tasikisme.com )

Setelah naik ke lantai 5, kami mencari tempat untuk memperbaiki alat ini. Di kiri-kanan lorong ada banyak penjual alat elektronik. Didominasi oleh penjual hp. Jangan heran kalau di kaca-kaca terpampang hp baru dan bekas dengan segala merek. Ada juga perabot-perabotnya. Ada beberapa penjual yang sekaligus bisa memperbaiki hp dan beberapa alat elektronik lainnya. Ada yang menerima penjualan hp. Kalau pelanggan mempunyai hp rusak dan bermaksud menjualnya, datanglah ke sini, pelanggan bisa menjualnya.

Ada banyak penjual yang bisa memperbaiki hp bekas. Di stand mereka ada tulsian “Terima repasrasi hp bekas dan baru”. Namun, tak satu pun yang menulis terima repasrasi alat elektronik seperti mp3, mp4, atau mp5. Wah..jangan-jangan tidak ada di sini. Saya meyakinkan teamn saya yang mulai cemas. Dia memang sudah mencari di 2 pusat elektronik sebelumnya namun tidak ada yang bisa memperbaikinya. Saya memberanikan diri bertanya kepada seorang bapak. Alhamdulilah ternyata dia bisa mencoba memperbaikinya.

Dia mempersilakan kami duduk dan meminta mp3 yang mau diperbaiki. Dia coba melihat-lihat sebelum memperbaikinya. Tanda-tanda bisa memperbaikinya mulai muncul ketika dia berkomentar, “Ini mirip dengan punya saya di rumah. Hanya saja ini ada layarnya.” Lalu dia mengambil 2 gelas aqua, mempersilakan kami minum. Wah….baik sekali bapak ini, “Terima kasih pak…”

Dia membuka mp3 itu dan menemukan kerusakannya. Baterainya sudah drop. Tidak bisa menyimpan daya lagi. Pantas saja ketika dicas, seolah-olah arus tidak masuk sehingga tidak penuh dayanya. Tanpa daya, mp3 ini tidak bisa memutar lagu. Dia menawarkan mengganti baterainya. Ternyata baterainya menggunakan batrei hp merek Cina. Dia mengambil baterai hp lalu mencocokannya. Ukurannya sama. Dia memoles dengan sedikit perekat dari timah sehingga bisa dipasangkan di mp3 itu. Selesailah pekerjaannya. Mp3 itu bagus lagi. Teman saya….tersenyum melihat mp3 kesayangannya bisa digunakan kembali.

Setelahnya, ada tawar-menawar mengenai harganya. Setelah disepakati harga turun sedikit menjadi Rp. 60.000,00. Katanya, ini harga pelaris. “Nggak apa-apalah untuk kalian, buat pelaris saja,” komentar bapak itu. Harga pelaris maksudnya harga yang diberikan supaya pelanggan tertarik untuk datang ke tempatnya dan kalau harga cocok bisa membeli jualannya. Konon, istilah harga pelaris tenar di antara para penjual. Beberapa kali saja ditawari harga pelaris di beberapa toko elektronik.

Saya bertanya-tanya benarkah harga pelaris yang diberikan kepada pelanggan baru itu lebih rendah ketimbang harga normal sebuah barang? Bukankah dia rugi kalau setiap pelanggan baru diberikan harga pelaris yang besarnya di bawah harga normal? Di mana-mana pedagang itu tidak mau rugi, kecuali kalau dirugikan. Pedagang selalu mencari keuntungan. Kalau tidak, dagangannya tidak berkembang.

Saya menduga harga pelaris ini hanya istilah saja. Besarnya sudah diperhitungkan sehingga dia tidak rugi. Kalau pun dia berdalih harga pelaris ini diberikan dengan jumlah kecil. Harga pelaris buat pelanggan baru tentu saja menarik. Bayangkan saja kalau banyak pelannggan datang ke tempatnya dan selalu mengimpikan harga pelaris itu, boleh jadi barang-barangnya cepat terjual. Harga pelaris dimaksudkan supaya tempat jualan itu terkenal sehingga jaringan pelanggannya luas. Semakin banyak pelanggan mengenal tempat itu semakin banyak daya tarik tempat itu. Inilah salah satu cara menarik pelanggan. Bisnis-dagang berkembang karena pemberian harga pelaris ini.

Setelah semuanya beres, kami kembali ke rumah. Teman saya merasa puas dengan kualitas mp3-nya. Alat itu bisa berfungsi normal kembali. Pelanggan puas….penjual juga puas….

CPR, 27/1/2012
Gordi Afri


Foto-foto dokumen pribadi
Akhir-akhir ini gerakan menghijaukan lingkungan gencar digemakan. Salah satunya adalah menamam pohon. Bagi orang kota yang lahan kosongnya sedikit dianjurkan menanam bunga entah di pot atau di taman. Bagi orang desa yang lahannya masih luas dianjurkan menanam pohon. Kenyataannya memang banyak warga desa menanam pohon di lahan mereka atau juga menghijaukan kembali hutan-hutan di dekat mereka. Sayangnya, masih ada juga pihak yang merusak hijaunya hutan itu. Ada perusahaan tambang yang merusak berhektar-hektar pohon. Ada juga perusahaan kertas yang menebang pohon sebanyak mungkin. Ada juga perusahaan yang khusus mengambil kayu di hutan untuk komoditas perdagangan. Tidak sedikit dari mereka yang enggan menanam kembali pohon yang sudah diambil.



Dalam perjalanan awal tahun ini, saya mendapati dua buah kampanye berupa ajakan untuk menanam pohon. Kampanye itu tertera di spanduk besar di jalan tol Jagorawi. Ada dua spanduk yang saya lihat, bunyinya demikian, AYO TANAM POHON! BANYAK POHON, UDARA SEGAR. Satunya lagi seperti ini, MARILAH TANAM POHON UNTUK MENYELAMATKAN LINGKUNGAN. Tidak banyak, hanya dua spanduk. Jauh berbeda dengan jumlah kampanye tokoh partai politik. Namun, kalau dua spanduk ini ‘berbicara lantang’, akan ada perubahan besar dalam lingkungan kita. Bayangkan kalau semua pengguna jalan tol memerhatikan tulisan ini lalu mempraktikkannya. Saya yakin lingkungan kita akan hijau kembali.



Bunyi iklan pertama mengandung pesan yang cukup bagus. Banyak pohon, udara segar. Memang di tol udara segar itu mudah didapat. Lihat saja di kiri-kanan jalan tol, tumbuh banyak pohon yang dipelihara dengan baik dan teratur. Sayangnya tidak banyak orang yang mau menikmati segarnya udara di sini. Lihat saja kaca mobil yang tertutup ketika melewati jalan tol. Ada argumen, kalau kaca dibuka suasana dalam mobil jadi tidak enak. Angin kencang yang masuk membuat penumpang bisa masuk angin. Ini tentu saja benar dan amat logis. Dengan melaju kencang di tol, memudahkan kita cepat sampai tujuan. Namun, kita tidak bisa menghirup udara segar di tol. Meski demikian, keberadaan pohon-pohon itu tetap menciptakan pemandangan hijau nan indah di sekitar jalan tol.



Bunyi iklan kedua—menurut hemat saya—mengaitkan peran pohon dalam lingkungan. Pohon erat kaitanya dengan keadaan lingkungan. Hampir pasti pohon memainkan peran terbesar dalam lingkungan. Makhluk hidup lainnya sangat tergantung pada pohon. Meskipun diakui pula bahwa relasi antar-makhluk dalam sebuah lingkungan menjamin keseimbangan alam dalam lingkungan itu. Itulah sebabnya, ajakan menanam pohon dikaitkan dengan situasi lingkungan kita. Apa jadinya kalau lingkungan alam kita tidak ditumbuhio pohon lagi? Boleh jadi bukan hanya lingkungan yang rusak, penghuni lainnya seperti manusia dan binatang akan rusak.



Dua spanduk ini kiranya mengajak kitasemua untuk peduli pada isu lingkungan. Sekecil apa pun sumbangan kita amat berharga bagi keseimbangan lingkungan. Mari menanam pohon. Banyak pohon, hidup kita akan sehat.


CPR, 24/1/2011


Gordi Afri
Powered by Blogger.