Halloween party ideas 2015

Gerakan karismatik tersebar di mana-mana di Gereja Katolik. Hampir setiap paroki di Keuskupan Agung Jakarta mempunyai gerakan karismatik. Bahkan di tiap paroki ada gerakan Karismatik dewasan dan remaja. Namun, sampai kini banyak yang mencibir kalau gerakan itu bertentangan dengan ajaran gereja Katolik. Bahkan ada yang menilai gerakan itu bukan asli dari gereja Katolik.

Bagaimana kita mengatasi persoalan ini?
Tidak mudah memang. Tetapi kita jangan berkecil hati. Percayalah bahwa setiap persoalan ada jalan keluarnya. Kita tidak bisa menghindar dari tuduhan bahwa gerakan karismatik itu bukan asli dari gereja Katolik tetapi dari gereja Protestan khususnya lagi pentakosta. Jangan heran jika gaya doanya berbeda dengan gaya doa dalam gereja katolik.

Lalu, mengapa gerakan karismatik masih masih bertahan di kalangan umat gereja Katolik padahal dituduh bukan dari gereja Katolik? Banyak orang Katolik sekarang tertarik dengan gerakan ini. Masih relevankah tuduhan itu? bagaimana gereja menyikapi hal ini?

Untuk menjawab pertanyaan seputar gerakan karismatik ini kita bisa membaca sebuah buku yang mengulas tentang sejarah karismatik. Buku Mungkinkah Karismatik Sungguh Katolik? Sebuah Pencarian  yang ditulis oleh Deshi Ramadhani SJ. Buku terbitan Kanisius tahun 2008 ini berisi sejarah dan perkembangan gerakan karismatik.

Dengan membaca buku ini kita diajak untuk menelusuri gerakan yang dianggap kontroversial ini. Romo Deshi mengajak pembaca untuk tidak mudah menuduh sebuah gerakan sebagai asli Katolik atau berasal dari Protestan. Sebelum kita menilai alangkah baiknya kita mengetahui asal-usulnya. Boleh dibilang para penuduh ini tidak mengenal seluk beluk gerakan karismatik sehingga dengan pembicaraan atau kabar angin yang ada mereka menuduh. Padahal tuduhan itu tidak berdasarkan pengetahuan yang memadai tentang gerakan karismatik.

Romo Deshi tidak menunjukkan dengan jelas bagian mana yang menjelaskan permasalahan apakah karismatik itu sungguh Katolik atau bukan. Dengan ini pembaca diajak untuk membaca secara keseluruhan isi buku ini. Pembaca akan mendapatkan jawabannya dari uraian yang ada. Dengan membaca secara keseluruhan pembaca akan mampu mengambil sikap terhadap tuduhan yang ada.

Saya yakin setelah membaca buku ini, kita tidak asal menuduh atau sembarang menuduh atau mencibir anggota gerakan karismatik. Jadi, kalau anggota gerakan ini adalah umat Katolik dan bertahan dalam jangka waktu yang lama, apakah gerakan itu tidak diterima dalam gereja Katolik? Bagaimana dengan kesaksian anggota gerakan ini yang justru merasa makin dekat dengan Yesus?

Maka, jangan menilai sebelum membaca buku ini.

CPR, 2/6/2012
Gordi Afri


foto ilustrasi dari internet
Saya tak jemu-jemunya mengatakan sejarah itu penting. Bukan karena tanpa sejarah sebuah bangsa akan mati. Sejarah bisa menjadi sebuah ranting kehidupan sebuah bangsa. Jika ranting itu patah tak ada lagi pohonnya. Saya tahu banyak anak-anak SD dan SMP bahkan SMA yang tidak suka sejarah. Saya tetap akan mengatakan cintailah sejarah bangsa.

Seperti postingan saya sebelumnya di blogspot menyinggung soal sejarah. Kali ini juga akan saya singgung hari bersejarah lainnya. Konteksnya masih sama yakni menjelang akhir masa kuliah di STF Driyarkara. Saya langsung saja menyebut tanggalnya yakni 25 Mei 2012 (hari Jumat).

Pada hari ini saya kembali diuji oleh 3 dosen dalam ujian penentu. Ujian itu setara dengan skripsi yang juga diuji oleh lebih dari satu dosen. Memang ada perbedaan bobotnya. Ujian skripsi berbobot 6 SKS (Satuan Kredit Semester) sedangkan ujian yang ini hanya 3 SKS.

Ujian ini dikenal dengan sebutan Ujian Komprehensif. Komprehensif berarti secara keseluruhan. Ujian ini mencakup bahan kuliah dari semester 1 sampai 8. Bukan berarti semua mata kuliah. Lebih kurang ada 9 mata kuliah. Bahan-bahannya diringkas dalam 36 tesis.

Tesis di sini jangan dicampuradukkan dengan tesis sebagai tugas akhir mahasiswa S2 atau master. Tesis merupakan sebuah pernyataan yang mesti dijelaskan penjabarannya. Dalam ilmu filsafat dikenal istilah tesis-antitesis-sintesis. Nah, sintesis itulah yang merupakan pernyataan yang sudah dijelaskan penjabarannya secara detail. Tesis merupakan sebuah pernyataan yang masih perlu dijelaskan isinya.

Tesis-tesis inilah yang akan diuji saat ujian komprehensif. Mahasiswa akan menjawab 3 tesis yang dipilih secara acak oleh 3 dosen penguji. Seorang dosen akan bertanya setelah mahasiswa menjelaskan tesis yang dipilih. Dalam kesempatan inilah dosen akan menguji kemampuan berpikir mahasiswa. Biasanya mahasiswa berpikir logis setelah mengikuti kuliah 4 tahun. Untuk mengujinya, salah satunya, dengan ujian ini. Tiap dosen menggunakan metode ini. Jadi, seorang mahasiswa itu betul-betul diuji kemampuannya dalam menjelaskan sesuatu.

Ujian ini biasanya menuntut keseriusan dalam mempersiapkan bahan. Juga kesiapan mental. Ada beberapa teman yang karena rasa gugup menguasainya, dia tidak bisa menjawab satu kata pun dalam ujian. Sadis bukan? Maka, persiapkanlah mental dengan baik. Beberapa teman lagi gagal karena belum mampu menjelaskan dengan baik dan detail tesis yang diuji.

Peristiwa ini menjadi sejarah dalam hidup saya. Dengan persiapan yang belum terlalu matang, saya memberanikan diri menghadap ketiga dosen penguji. Saya baru saja keluar dari rumah sakit sehingga persiapannya juga agak kurang. Tiap hari hanya ada waktu sekitar 1-2 jam untuk persiapan tesis. Selebihnya saya istirahat karena masih lemas.

Tetapi saya berterima kasih kepada pihak sekretariat kampus karena memberi saya waktu belajar secukupnya. Jadwal ujian saya ditunda dari jadwal semula yakni Senin, 21/5/2012. Penundaan ini karena kondisi kesehatan saya tidak memungkinkan untuk ujian hari itu. Hari Kamis minggu sebelumnya saya baru keluar dari rumah sakit.

Saya tetap berusaha  mempersiapkan diri dengan baik juga disesuaikan dengan trik-trik menghadapi dosen penguji. Tesis-tesis diuraikan dengan bahasa sendiri. Trik menghadapi dosen penguji juga sudah disiapkan. Betapa kagetnya saya ketika semua ini sia-sia. Dosen penguji diganti pada hari ujian. Untungnya pagi hari saya ke kampus melihat ulang jadwal. Terkejut sekaligus kecewa karena dua dosen diganti. Mulai saat itu saya meyakinkan diri saya bahwa ujian ini tidak tergantung pada dosen penguji tetapi tergantung pada persiapan diri. Usaha meyakinkan diri ini berhasil. Saya tidak gugup berhadapan dengan dua dosen yang diganti. Saya bersyukur karena saya bisa menjelaskan tesis yang diuji dengan baik.

Inilah bagian dari sejarah hidup saya. Sejarah ini menjadi tonggak bagi saya untuk melangkah ke dunia selanjutnya yang sama sekali lain. Dunia yang tidak lagi antara menjelaskan dan mendengar. Tetapi, dunia yang kadang-kadang membutuhkan pertanggungjawaban yang rasional dan logis. Dunia yang hanya bekerja saja tanpa berdiskusi. Terima kasih untuk Sang Empunya yang membolehkan saya mengalami masa sejarah ini.

*Dimuat juga di kompasiana.com dengan judul SATU LAWAN TIGA DI MEJA PENTU
CPR 3/6/2012
Gordi Afri

foto ilustrasi dari internet
Jangan melupakan hari bersejarah dalam hidup Anda. Hari bersejarah menjadi tanda adanya perubahan dalam perjalanan hidup. Soekarno pernah mengatakan, bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak lupa akan sejarahnya.

Saya ingin mengabadikan salah satu hari bersejarah dalam hidup saya. Bukan mau pamer diri tetapi mau melihat unsur perubahan di dalamnya. Perubahan seberapapun kecil, tak mesti yang luar biasa, tetap memberi sumbangan dalam sejarah hidup kita.

Pada Selasa, 24 apil 2012 yang lalu, saya mengalami peristiwa bersejarah dalam hidup saya. Hari ini menjadi salah satu puncak perjuangan intelektual saya. Dua dosen menguji saya mengenai tugas akhir yang saya buat yakni skripsi. Saya menyusun skripsi itu dalam tahun terakhir kuliah, dalam 2 semester. Saya ingin menjadikan waktu 2 semester ini sebagai bagian dari sejarah hidup saya. Saya menyusun skripsi sampai pada pertanggungjawabannya nanti termasuk perbaikan setelah diuji.

Masa-masa ini saya maknai sebagai momen intelektual. Maksudnya segala daya intelektual dikerahkan untuk menyelesaikan tugas ini. Ada tantangan yang berarti namun tetap dilampaui. Jatuh bangun dalam semangat mengerjakan bab per bab. Godaan untuk mengabaiakan membaca buku sumber dalam sehari. Godaan untuk mendahulukan tugas lain yang sesuai minat saya ketimbang skripsi. Ini semua adalah momen perjuangan intelektual.

Ini menjadi sejarah karena dengan melewati ini kemampuan saya diasah. Kemampuan mengelola waktu. Kemampuan mengasah pikiran agar tetap fokus dalam satu permasalahan yang belum terselesaikan. Kemampuan untuk mengadakan upaya diplomatis melalui dialog dengan nara sumber sekunder seperti teman/dosen yang ahli dalam bidang yang saya geluti. Dari upaya ini kemampuan saya dalam berelasi (dengan rendah hati) dengan sesama semakin teruji.

Selain itu ada juga kepekaan yang amat sensitif. Kepekaan akan tugas yang diprioritaskan. Kepekaan akan permohonan bantuan teman. Dalam menyelesaikan tugas ini, saya melibatkan teman-teman. Ini perjuangan bersama-pribadi. Maksudnya, perjuangan ini dilaksanakan bersama teman-teman dan juga para dosen pembimbing. Meski yang bertanggung jawab penuh adalah saya sendiri. Ibarat menahkodai kapal laut. Teman-teman adalah kru ABK (anak buah kapal) dan sang kapten adalah saya sendiri. Kapal berjalan dalam kerja sama kru dan sang kapten.

Hari ini juga menjadi hari sejarah karena berhadapan dengan dua dosen dalam satu pertemuan. Biasanya satu lawan satu, bukan untuk bertanding tetapi untuk berbincang-bincang. Sejak semester satu kami sudah dibiasakan berhadapan muka dengan dosen dalam ujian semester. Ini modal untuk berani tampil bicara empat mata dengan dosen. Kali ini agak lain. Ada dosen yang mesti dihadapi. Meski kami saling kenal dan sering berjumpa dalam pertemuan kuliah, saya masih merasa agak canggung berhadapan dengan mereka dalam pertemuan ini.

Tetapi saya berprinsip, mereka juga manusia mengapa mesti ditakuti. Mereka tidak membunuh saya. mereka juga membahas tugas yang saya buat, yang saya susun, jadi saya yang lebih tahu tentang topik yang dibahas. Dengan modal ini saya berani berhadapan dengan mereka. Dengan modal ini saya berani mempresentasikan selama 15 menit di hadapan mereka. Setelah itu, saya siap menjawab pertanyaan mereka. Tentu tidak semuanya bisa dijawab dengan benar. Tetapi yang lebih penting adalah saya menjawab dan mempertanggungjawabkan tugas akhir saya ini.

Ini bagian dari sejarah hidup saya. bagian yang tidak saya lupakan. Entahlah mungkin saya tidak mengalami lagi keadaan seperti ini. Kalau saya belajar lagi ke tingkat selanjutnya pasti mengalami juga. Tetapi kalau tidak, tidak apa-apa, toh dalam sejarah hidup saya, bagian ini sudah saya alami. Saya tidak akan melupakan bagian sejarah ini.

Jangan melupakan sejarah hidup Anda. Dengan mengenal sejarah, Anda menjadi tahu perkembangan hidup Anda. Dengan tahu perkembanga,n Anda bisa membuat evaluasi atas hidup Anda.***

CPR, 31/5/2012
Gordi Afri



Powered by Blogger.