Halloween party ideas 2015

Ini sekadar sebuah tulisan yang mungkin tidak banyak bermanfaat. Tapi, saya yakin masih ada manfaatnya. Saya tulis ini sekadar untuk berbagi kepada pembaca. Maaf kalau yang saya tulis bukanlah hal yang luar biasa mengagumkan. Saya menulis yang sangat sederhana saja.

Sudahkah Anda bijaksana memakai barang elektronik khususnya telepon genggam? Saya yakin di negeri kita ini, soal barang ini, banyak yang tidak bijak. Lihat saja macam bentuk ketidakbijakan ini. Anak sekolah pakai hp untuk mengambil video porno dari internet. Ada juga keluarga yang retak gara-gara pesan singkat di hp. Dan sebagainya. Dari ini disimpulkan bahwa kita, sebagian dari kita rakyat di negeri ini, belum bijak memakai hp.

Saya bagikan pengalaman teman saya di Italia, bagaimana dia dan orang-orang di sana BIJAK memakai hp.

"Saya pakai hp hanya untuk pekerjaan saya," katanya. Dia menghubungi klien di tempat kerjanya dengan hp. Atau ada kesulitan dari rekan kerjanya, maka mereka menghubunginya lewat hp. "Saya tidak membeli hp ini tetapi memakai hp ini", sambungnya.

TIDAK MEMBELI, benar. Dia tidak membeli tetapai MEMAKAI. Tentu dengan membayar. Membeli hp berarti membayar sejumlah uang kepada pemilik hp dan kemudian hp akan menjadi milik pembeli. MEMAKAI yang ia jelaskan di sini maksudnya demikian. Ia memakai hp dan setiap bulan membayar sejumlah uang. Hp tetatp menjadi milik pemilik hp dan bukan miliknya.

Dia membayar dengan uang hasil kerjanya. Katanya lagi, "Jika saya tidak bekerja lagi, saya kembalikan hp ini." Woao.....bagus ya.. Andai di Indonesia ada penjual hp seperti ini, saya mau gabung. Membayar tiap bulan tanpa membeli.
Saya kira ini bentuk BIJAK dalam memakai hp. Hp dipakai sebagai sarana untuk menunjang pekerjaan. Bukan untuk yang lain seperti yang dibuat oleh sebagian dari pelajar di negeri kita ini. Memang beda. Pelajar di Italia tidak diijinkan memakai hp. Itu yang saya dengar dari cerita beberapa siswa di beberapa sekolah. Kalau mau menghubungi mereka, silakan lewat nomor telepon rumah. Atau nomor hp orang tua.

Bagaimana dengan kita di Indonesia? Di sini, anak kecil pun sudah bebas memegang hp. Ada yang menyindir KOLOT kalau belum pegang hp. Bahkan hp jadul pun juga dianggap kolot. Maunya hp mutakhir, serba baru, yang lengkap dengan elemen pemutar video. Ah semua ini hanya memperbudak pemakai hp saja.

Salam BIJAK.

Prm, 16/1/2014
Gordi


Kucoba berpuisi lagi
Bukan karena sebelumnya tidak berpuisi
Tapi karena berpuisi kurang menarik
Terutama beberapa minggu belakangan

Aku kembali ingin berpuisi
Berpuisi menjelang hari Valentin
Yang katanya harinya kaum remaja
Harinya kaum berpacaran

Berbagai pengorbanan kata mereka dibuktikan
Di hari kaum remaja ini
Yang sebenarnya juga bukanlah pembuktian
Melainkan pemaksaan

Pemaksaan karena bertindak semauku
Dari semauku menjadi semau kamu
Lalu semau kita
Dan akhirnya berdalih sama-sama suka

Padahal sebenarnya bermula dari semau seorang
Berdalih di hari kita
Hari kaum kita
Hari valentin

Semuanya diserahkan
Semuanya dikorbankan
Demi merayakan hari ini
Hari yang memperbudak kaum yang dipaksa berkorban

Aku ingin berpuisi di hari ini
Atau menjelang perayaan hari ini
Berpuisi juga menjadi ungkapan romantis
Maka merayakan hari valentin
Tak mesti dengan pengorbanan fisik

Aku hanya ingin berpuisi
Karena ingin membagikan kasih-sayang pada kalian semua
Melalui puisi
Yang muncul semata-mata menjelang hari valentin ini

Prm, 13/2/2014
Gordi


Setelah minum air biasanya saya menuju kamar mandi. Di sana saya menggunakan air untuk gosok gigi dan cuci muka dan melanjutkan dengan mandi.

Saya gosok gigi pakai air bersih. Ada pengaturan dingin, hangat, dan panas. Saya selalu memilih yang hangat. Sesuai keadaan suhu. Kalau dingin ya pilih panas. Kalau panas ya pilih dingin, dan sebagainya.

Demikian juga dengan air untuk mandi. Saat musim dingin sekali, saya memilih untuk mandi pakai air hangat. Saat capek sekali, saya mandi pakai air yang agak panas dari biasanya. Kata teman saya, kalau capek mandilah air panas biar bias tidur pulas setelahnya dan hilanglah capeknya. Saya selalu menggunakan cara ini setelah pulang bepergian yang membuat tubuh saya capek.

Air juga saya pakai sehabis buang air besar dan kecil. Untuk membersihkan perabot yang terkait. Betapa malu juga saya jika selalu mengingat perbuatan ini. Saya buang air kecil, misalnya, kemudian harus menghabiskan air lagi untuk membersihkan toilet. Tetapi memang begitulah hukumnya. Jika tidak, kamar mandi pasti mengeluarkan bau yang tak sedap di hidung.

Hitung-hitung dalam sehari saya menghabiskan banyak air. Pagi hari saja setelah bangun saya menghabiskan sekian liter air. Padahal untuk mengadakan air seperti yang ada di kamar mandi saya butuh biaya besar. Untuk membayar listrik yang mengangkat air menuju kamar saya, untuk membayar listrik yang membuat air bias panas-dingin-hangat, dan sebagainya.

Suatu malam, saya dan dua teman saya, berkunjung ke seorang sahabat. Di sana kami ngobrol sebentar. Saya baru pertama kali ke sini. Tampak luar rumah mereka bagus dan sepintas seperti orang kaya. Mereka tinggal di apartemen mewah. Saya tak tahu berapa bayarnya setiap bulan.

Rupanya tampak luar dan kesan pertama tidak seindah yang dirasakan penghuninya. Di dalam suasananya lain. Saat kami ngobrol saya mulai merasa dingin. Kedua teman saya tahu penyebabnya. Dan, sahabat kami ini langsung saja menyebut penyebabnya. “Maaf ya rumah ini tanpa pemanas ruangan.” Astaga, kataku dalam hati. Pantas saja dingin sekali. Sebab, di kamar saya yang ada penghangatnya tidak merasakan seperti ini.

Di rumah ini setidaknya ada 2 anak kecil. Inilah yang saya sayangkan. Anak kecil ini mandi pakai air dingin. Dan, bayangkan, betapa dinginnya mereka mandi pakai air dingin. Pagi hari misalnya saat suhu masih berkisar 0-5 derajat Celcius mereka mandi. Tidak ada air hangat seperti yang saya pakai di kamar mandi.

Ah betapa ironisnya hidup ini. Saya berterima kasih pada Sang Pemberi yang memungkinkan saya untuk menggunakan air hangat. Saya tidak mau melalaikan penggunaan air ini. Rupanya banyak orang yang membutuhkan air seperti ini tetapi taks anggup mendapatkannya. Terima kasih.

Prm, 10/3/2014
Gordi

Powered by Blogger.