Halloween party ideas 2015

Gesù libera il sordomuto
Mc 7, 31-37


Che bello leggere il vangelo di oggi. Gesù ci da un esempio come liberatore. Lui libera il sordomuto. Essere sordomuto è essere una persona limitata. Non può ascoltare gli altri, non può chiedere qualcosa a qualcuno, non può esprimere la sua esperienza. È proprio limitato.

Con questa limitazione sicuramente gli altri l’hanno messo a parte. Non volevano vivere con una persona limitata. Possiamo immaginare che com’è difficile la vita di quest’uomo. Possiamo anche immaginare, se fossimo noi in posto suo, saremmo anche noi affrontare questa difficoltà. Se fossimo noi della parte degli altri cioè noi che viviamo con una persona limitata com’è il nostro atteggiamento?

Gesù è venuto per liberare quest’uomo. Gesù sicuramente sa che quest’uomo vuole essere liberare. È Gesù lo fa con una parola, Effatta, apriti! La parola di Gesù è potente. La parola che muove e chiede un cambiamento. È questo cambiamento che ha vissuto quest’uomo dopo aver ricevuto la liberazione da Gesù.

Leggendo questo brano m’immagino me stesso. Ho la bocca e gli orecchi. Non sono un uomo sordomuto. A volte, però, non ho usato i miei orecchi ad ascoltare Dio che mi parla. Non ho ascoltato gli altri che mi stanno parlando di una cosa. Anche con la mia bocca, non l’ho usato per parlare bene degli altri. L’ho usato per parlare male degli altri.

Tutto questo viene fuori da dentro cioè dal mio cuore che pieno delle cose cattive. Le cose che mi mettono in difficoltà. Anch’io voglio essere liberare da queste cose.

Chiediamo al Signore di liberarci dalla nostra abitudine cattiva. Spero che Gesù venga a noi a liberarci affinché possiamo ascoltarlo e seguirlo nella sua strada.

Buona domenica

gambar/kompas.com Sabrina Asril

Pemimpin yang baik adalah dia yang tahu kebutuhan rakyatnya. Dia dipilih karena rakyat yakin, dia bisa memerhatikan mereka. Rakyat senang jika dia bisa menyanggupi harapan ini.

Ini hanya salah satu kriteria pemimpin yang baik. Banyak kriteria lainnya. Kriteria ini kiranya penting karena menyangkut kehidupan bersama terutama kehidupan rakyat sebagai pemilih. Pemilih cerdas akan menunggu sapaan dari pemimpin yang dia pilih. Sedangkan pemilih yang mendasarkan pilihannya akan uang tidak peduli dengan sapaan pemimpin. Baginya uang tetap uang. Maka, jika pemimpin memberinya uang lagi seperti saat kampanye, dia akan bangun dari tidur malasnya.

Jokowi dan Ahok dalam kunjungan mereka ke bilangan Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara kemarin memberikan bantuan yang betul-betul dibutuhkan oleh masyarakat. Jokowi juga Ahok kiranya tahu kebutuhan anak-anak sekolah saat ini. Mereka membagikan buku tulis untuk anak-anak sekolah. Hadiah ini kiranya menjadi tanda bahwa Jokowi dan Ahok memerhatikan masa depan anak-anak kota Jakarta. Salah satu cara meraih masa depan yang sukses adalah dengan pendidikan. Dan, buku tulis itu kiranya menjadi bentuk dukungan Presiden dan Gubernur DKI akan masa depan anak-anak ini.

Pemimpin seperti kiranya patut diacungi jempol. Bantuan yang mereka berikan memang bukan saja untuk anak-anak. Orang tua juga mendapat jatah yang berbeda. Menarik di sini melihat cara kedua tokoh ini memberi bantuan. Semuanya dapat. Orang tua dan anak-anak. Anak-anak adalah masa depan. Kedua tokoh kiranya tahu, masa depan itu mesti disiapkan. Maka, anak-anak itu mesti disiapkan. Masa depan memang masih jauh maka perlu juga memerhatikan masa sekarang. Dan kedua tokoh ini cermat melihat hal itu. Bantuan untuk orang tua adalah untuk memenuhi kebutuhan masa sekarang. Sedangkan bantuan untuk anak-anak adalah untuk memenuhi kebutuhan masa depan.

Cilincing adalah salah satu kawasan terbelakang di Jakarta. Penulis pernah menyaksikan sendiri bagaimana situasi warga di sana. Anak-anak sekolah di sini tentu beda dengan anak-anak lain di bilangan Kelapa Gading, Bintaro Jaya, Senen, dan kawasan lainnya yang lebih maju. Karena keterbelakangannya ini, Cilincing banyak dikunjungi orang yang peduli. Tak cukup kiranya berkunjung sekali. Jika hanya sekali, Anda belum dikatakan orang peduli. Situasi di sana—4-5 tahun lalu—cocok untuk menguji tingkat kepedulian seseorang. Kiranya Jokowi dan Ahok datang ke sana bukan saja mengukur kepedulian mereka tetapi yang paling utama adalah menyapa warga mereka. Sapaan kepedulian tentunya.

Salam untuk saudari/a ku di Semper, Cilincing, DKI Jakarta.

PRM, 4/9/2015


di kaki gunung inilah orang Trento menanam apel dan anggur


Hidup mesti kreatif. Kalau tidak kreatif, boleh jadi jatuh dalam kebosanan. Demikianlah hidup menjadi sebuah kebosanan jika tidak sanggup membuatnya dengan kreatif.

Orang kreatif tidak pernah membuang kesempatan yang ada. Dia akan mencari cara agar waktu yang ada diisi dengan hal yang berguna. Entah bagi kehidupannya, sesama, sosial, juga lingkungan hidup. Ahli komputer yang kreatif tidak akan pernah merasa dirinya hebat. Dia akan terus memperbarui ilmunya. Mencari cara baru mengatasi persoalan komputer.

Demikian dengan seorang sarjana teknik mesin yang selalu mencari cara termudah dan murah untuk menciptakan sebuah mesin baru. Cara baru seperti ini hanya bisa ditemukan jika dia kreatif mencarinya. Mencari dengan mencoba, gagal, lalu coba lagi, tanya sana-sini, dan sebagainya.

Kekreatifan itulah yang dimiliki petani apel dan anggur di daerah Trento, Italia bagian Utara. Trento rupanya dikenal sebagai penghasil apel yang terbaik dan terbanyak di Italia. Juga penghasil anggur yang bagus. Keberhasilan ini tentu saja tidak mudah. Bayangkan saja, sebagian besar wilayah Trento berada di antara beberapa gunung dan lembah. Gunung itu bukan gunung yang penuh dengan pohon. Gunung-gunung tersebut berupa bongkahan batu. Batulah yang jadi dasar gunung itu. Ada lelucon teman saya, kalau ada orang Trento jangan kaget jika kepribadiannya seperti orang Jerman. Tepat waktu, tegas, dan teguh pada pendiriannya. Ya seperti batu yang tidak mudah dipecahkan.

buah apel di trento
Mungkin keteguhan ini kurang bagus karena akan membuat yang lain sulit bekerja sama. Jika setiap orang berpegang kuat pada pendiriannya dan tidak mau menerima pendapat orang lain, kehidupan bersama akan retak. Keteguhan di satu sisi justru menjadi pintu menuju keberhasilan. Keteguhan seperti inilah yang dimiliki masyarakat Trento. Dengan keteguhan itu, mereka mencari cara agar mereka bisa bertahan di tanah yang kelihatannya tidak mudah menghasilkan sesuatu.

Pencarian mereka berbuah. Mereka menemukan bahwa di lahan mereka, bisa tumbuh apel dan anggur. Mereka menanam apel dan merawatnya sampai menghasilkan apel yang terbaik di seluruh Italia dan Eropa. Demikian juga dengan anggur. Rupanya di sini ada lumbung anggur yang besar sekali. Di lumbung inilah mereka menampung hasil anggur mereka sebelum disebarkan ke seluruh Italia dan Eropa.

Orang biasa akan melihat posisi Trento sebagai tanah tanpa harapan. Tetapi bagi orang Trento, tanah mereka justru menjadi harapan besar. Mereka yakin sekali akan hal ini. Tak jarang jika sejak kecil mereka selalu berharap. Mungkin karena ini orang Trento terkenal dengan keperibadian mereka yang tegas, teguh pada pendirian. Tidak ada kata gagal dan tidak bisa untuk orang Trento. Bagi mereka, semuanya bisa saja terjadi sesuai kehendak kita. Asal saja kita mau mencobanya. Teman saya dari Trento pernah menasihati saya dengan kata-kata harapan seperti ini. saya kenal dia sebagai orang yang tegas dan mau mencoba segala sesuatu. Jika gagal dia akan mencoba lagi sampai menemukan dirinya gagal total. Jika gagal total dia akan bilang, ini di luar kemampuan saya. Saya sudah mencobanya sekuat tenaga dan saya tidak bisa.
selalu ada jalan di antara 2 gunung

Mencoba sampai menemukan keterbatasan rupanya menjadi sikap yang arif menghadapi sebuah kemungkinan. Jika tidak mencoba memang akan mustahil menemukan keterbatasan itu. Orang Trento kiranya sudah banyak mencoba menanam apel, melewati masa gagal panen, sampai akhirnya menemukan cara terbaik untuk menghasilkan apel dan anggur terbaik di Italia.

Selamat mencoba.

Sekadar berbagi dari seberang.

PRM, 3/9/2015
Powered by Blogger.