Minum
kopi sudah menjadi kegemaran rakyat negeri ini. Dari Sabang sampai Merauke ada
gerai kopi. Kopi juga menjadi salah satu komoditas andalan negeri ini.
Kopi
tidak saja menjadi kegemaran masyarakat kalangan atas, kaum elit, kaum berada.
Kaum bawah, akar rumput, juga gemar minum kopi. Tak heran jika di rumah mereka
tersediakopi untuk diminum.
Istilah
cangkir kopi pun tidak asing di telinga masyarakat. Cangkir kopi dalam judul
tulisan ini tidak berkaitan langsung dengan tulisan yang ada di dalam buku Cangkir Kopi Jon Pakir.
Cangkir
kopi memang dimaksud sebagai cangkir kopi benaran. Istilah ini masuk dalam
tulisan ini karena latar belakang tulisan yang ada dalam buku ini. Buku ini
berisi kumpulan tulisan yang tersebar di berbagai media masa. Sewaktu tersebar
dalam media, tulisan itu bisa dibaca sambil menikmati kopi hangat pagi hari.
Atau juga sambil menikmati kopi di kafe bersama teman.
Sementara,
nama Jon Pakir adalah nama diri Emha Ainun Nadjib, novelis dan budayawan dari Yogyakarta. Ia menggunakan nama ini
untuk menyebut dirinya. Nama ini dipilih begitu saja tanpa ada latar sejarah
atau keterkaitan lainnya.
Buku
ini menarik untuk dibaca. Cocok dibaca oleh siapa saja yang suka membaca dan
sedang belajar menulis. Idenya mengalir. Maklum, kumpulan tulisan ini sudah
tersebar di berbagai media masa. Jangan heran jika gaya bahasanya adalah gaya
bahasa koran dan media masa populer. Silakan membaca buku ini dan nikmatilah
gaya bahasanya.
Judul Buku: Cangkir
Kopi Jon Pakir
Penulis: Emha Ainun Nadjib, budayawan dan penulis,
novelis dan penyair
Penerbit : MIZAN
Tahun terbit: 1992
Kota Terbit: Bandung
Jumlah halaman: 395
Isi: kumpulan tulisan ringan yang tersebar di media
massa.
PA,
Maret 2013
Gordi
Afri
Post a Comment