TENTANG MANUSIA YANG SUPER SIBUK
gambar dari paling-seru.blogspot.com |
Kesibukan menjadi
rutinitas warga modern. Gara-gara sibuk, tak ada lagi waktu untuk bersama yang
lain. Anak bukan lagi teman
permainan. Suami dan istri bukan lagi teman curhat. Bayangkan jika hanya sekali
seminggu berkumpul bersama. Hari-harinya dilalui dengan kesibukan.
Manusia modern
dikepung irama sibuk. Apakah dengan kesibukan kita menjadi manusia yang
sebnarnya? Belum tentu. Menjadi orang sibuk
belum tentu menyejahterakan kehidupan keluarga.
Kesibukan yang
berlebihan justru memiskinkan aktualisasi diri. Kita bekerja untuk menghidupi diri dan keluarga. Kita bekerja bukan untuk
menyengsarakan diri, membuat diri kita begitu menderita. Bekerja menuntut
penderitaan itu wajar. Tetapi jangan bekerja sampai menderita selamanya.
Cukuplah bekerja
untuk menghidupi diri dan keluarga. Di luar itu kita dibudak oleh pekerjaan.
Untuk apa cari lebih kalau kita sebanrnya sudah dapat menghidupi diri dan
keluarga?
Kesibukan
kadang-kadang menjadi bentuk pelarian dari sebuah persoalan. Padahal persoalan
tetap ada meski kita sibuk sana-sini. Wah…ini jadi pengamat kessibukan. Bukan.
Saya hanya mengobrol tentang kesibukan saja.
Kasihan dengan
orang sibuk yang sampai-sampai bertemu kelaurga besarnya saja susahnya minta
ampun. Saya yakin membatalkan kesibukan untuk bertemu keluarga besar tidak
mengurangi aktualisasi kita sebagai manusia.
Manusia bukanlah
kesibukan. Kesibukan hanyalah sebagian dari kepribadian manusia. Manusia juga
butuh rekreasi, olahraga, olahpikir, olahbatin, perlu sosialisasi, dan
sebagainya. Jadi, untuk apa kita menghabiskan sebagian besar dari waktu kita
untuk sibuk?
Pangkas kesibukan
yang tidak perlu. Sibuklah hanya untuk keperluan yang relevan dan berguna.
———————
Obrolan pagi
PA, 12/10/2012
Gordi Afri
*Dimuat di blog kompasiana pada12/10/2012
Post a Comment