foto oleh @Doug88888 |
Mencintai
musuh. Bisakah? Tentu bisa tetapi agak sulit. Kalau sudah jadi musuh maka ia
pasti dibenci. Dibenci oleh siapa pun. Manusia membenci sesamanya. Manusia
memusuhi sesamanya. Manusia di mana pun tahu musuh mesti dibenci. Manusia juga
sadar dan suka membenci musuh. Meskipun musuh itu tak jarang adalah manusia,
sesama makhluknya. Salahkah membenci musuh? Yesus kok
malah mengajak mencintai musuh?
Menurut Yesus, musuh harus
dikasihi. Mengasihi musuh bukan perkara
mudah. Mampukah manusia melakukan itu? Kalau sesama manusia pasti bisa saling
mencintai. Maka, kalau musuhnya itu adalah sesama manusia boleh jadi manusia
bisa mencintainya. Mencintai orang yang baik kepada kita tentu amat mudah. Yang
sulit adalah mencintai orang yang berbuat jahat kepada kita. Dan, justru inilah
yang mesti dilakukan oleh manusia. Kalau musuh dibenci boleh jadi dia tetap
akan menjadi musuh untuk selamanya. Siapa bertahan hidup dalam suasana
bermusuhan sepanjang masa? Siapa pun boleh jadi tidak emnginginkannya. Manusia
mendambakan perdamaian.
Benci
adalah sikap yang mesti dijauhkan. Sulit. Benci itu melekat dalam diri manusia.
Untuk menghilangkannya perlu kerja keras. Kalau pun sikap benci sudah hilang,
dia bisa muncul lagi ketika ada yang berbuat jahat kepada kita. Api
kebencian cepat menyala ketika ada orang yang berbuat jahat. Maka, ajakan untuk
berbuat baik kepadanya boleh jadi agak sulit.
Lagi-lagi Yesus kok
menyuruh untuk baik-baiklah dengan orang yang membenci kamu. Yang biasa
membenci saya biasanya orang-orang di sekitar saya. Kalau mereka saja bisa
membenci saya apalagi mereka yang jauh. Bagaimana saya berbuat baik kepada
mereka?
Ajakan yang baik tetapi
perlu kerja keras. Inilah yang mesti diperjuangkan. Memperjuangkan hal itu
seperti berjuang mendapatkan sekotak nasi untuk makan siang. Memperjuangkan itu
seperti berjuang mengumpulkan recehan ratusan rupiah yang dijatuhkan dari
setiap kaca mobil di lampu merah.
*Dimuat di blog kompasiana pada 13/9/12
Post a Comment