foto oleh Dahlan Iskan Picture |
Keduanya menjadi ‘sahabat’ saya
pada setiap Senin pagi. Kami berkomunikasi bukan dalam dunia nyata tetapi
melalui media. Tulisan Abun Sanda selalu muncul di KOMPAS bagian ekonomi. Saya
biasanya membaca tulisan dia sebelum tulisan lain. Saya hafal betul sejak
beberapa bulan lalu, tulisannya muncul dan tetap di hari Senin pagi. Saya tidak
terlalu akrab dengan namanya waktu itu. Tetapi begitu saya perhatikan 2 minggu
berturut-turut namanya muncul di halaman pertama KOMPAS-ekonomi, saya pun
tertarik membaca ulasannya. Ulasannya menarik bagi saya.
Dia mengangkat hal kecil yang
berguna bagi orang besar di negeri ini. Tak jemu-jemunya dia mendorong
pengusaha-pengusaha di Indonesia untuk berbisnis yang baik. Bukan berarti
pengusaha itu selama ini berbisnis buruk. Tetapi, lebih dari sekadar untung,
bisnis itu hendaknya mempunyai manfaat bagi rakyat banyak. Dia mengajak
pengusaha properti untuk membangun sarana publik yang bisa dinikmati semua
warga dan memudahkan akses bagi masyarakat luas. Ini salah satu model
ulasannya.
Model ulasan lainnya misalnya
membandingkan pengusaha Indonesia dengan pengusaha di negara-negara maju.
Menurut saya, ulasan seperti ini menarik dan bagus. Paling tidak demi perkembangan
pengusaha Indonesia ke arah yang lebih baik. Hal itu ditunjukkan misalnya
mengajak pengusaha-pengusaha kita untuk membangun properti yang berbasis
lingkungan. Bangunan megah, tinggi menjulang, tetapi tidak merusak lingkungan.
Selain tulisan Abun Sanda, saya
juga akrab dengan tulisan Dahlan Iskan. Dari sinilah saya mengikuti
perkembangan karya Dahlan Iskan. Tulisannya muncul di koran Jawa Pos setiap
hari Senin. Saya hanya sekali membeli koran Jawa Pos. saya lebih sering membaca
tulisannya melalui website yang khusus mengumpulkan tulisannya. Sesekali saya
mengunjungi langsung tulisannya di koran Jawa Pos online.
Tulisannya menarik untuk dibaca.
Dia menceritakan pengalaman perjalanan juga pengalamannya selama menjabat di
PLN dan BUMN. Dia juga tak segan-segan menulis pengalamannya berkaitan dengan
kesehatannya, berobat ke luar negeri, dan sebagainya. Tulisannya seperti
cerita. Dan memang dia pernah mengatakan bahwa tulisan yang bagus adalah
tulisan yang muncul dari cerita. Maksudnya, kalau orang bisa bercerita maka dia
bisa menulis. Dia mestinya menulis sesuai tuturannya. Di sinilajh letak
kekuatan tulisan Dahlan Iskan.
Tulisan kedua tokoh ini menjadi
menu bacaan pada Senin pagi. Sampai sekarang saya masih mengikuti perjalanan
tulisan keduanya. Dari mereka saya belajar bagaimana menulis yang baik dan
bermanfaat. Belajar dari orang-orang yang sudah mahir dalam hal tulis menulis.
Akhirnya semoga sharing saya ini menjadi inspirasi bagi warga
kompasiana agar menulis lebih baik dan lebih menarik lagi bagi banyak orang
terutama pembacanya.
Selamat malam
PA, 6/8/2012
Gordi Afri
*Dimuat di blog kompasiana pada 6/8/12
Post a Comment