Halloween party ideas 2015

foto oleh Dahlan Iskan Picture
Dua nama di atas saya sebut bukan karena mereka berseteru. Tetapi keduanya adalah tokoh favorit saya. Keduanya adalah wartawan di harian yang berbeda. Dahlan Iskan dulunya di TEMPO lalu menjadi bos di Jawa Pos. Abun Sanda tetap menjadi wartawan di harian KOMPAS. Saya tidak tahu mungkin Abun sebelum di KOMPAS bergabung dengan koran kecil-kecilan. Mungkin saja, hanya dia yang tahu. Dahlan Iskan kini menjadi menteri BUMN dan sebelumnya menjadi orang nomor satu di PLN. 

Keduanya menjadi ‘sahabat’ saya pada setiap Senin pagi. Kami berkomunikasi bukan dalam dunia nyata tetapi melalui media. Tulisan Abun Sanda selalu muncul di KOMPAS bagian ekonomi. Saya biasanya membaca tulisan dia sebelum tulisan lain. Saya hafal betul sejak beberapa bulan lalu, tulisannya muncul dan tetap di hari Senin pagi. Saya tidak terlalu akrab dengan namanya waktu itu. Tetapi begitu saya perhatikan 2 minggu berturut-turut namanya muncul di halaman pertama KOMPAS-ekonomi, saya pun tertarik membaca ulasannya. Ulasannya menarik bagi saya.

Dia mengangkat hal kecil yang berguna bagi orang besar di negeri ini. Tak jemu-jemunya dia mendorong pengusaha-pengusaha di Indonesia untuk berbisnis yang baik. Bukan berarti pengusaha itu selama ini berbisnis buruk. Tetapi, lebih dari sekadar untung, bisnis itu hendaknya mempunyai manfaat bagi rakyat banyak. Dia mengajak pengusaha properti untuk membangun sarana publik yang bisa dinikmati semua warga dan memudahkan akses bagi masyarakat luas. Ini salah satu model ulasannya.

Model ulasan lainnya misalnya membandingkan pengusaha Indonesia dengan pengusaha di negara-negara maju. Menurut saya, ulasan seperti ini menarik dan bagus. Paling tidak demi perkembangan pengusaha Indonesia ke arah yang lebih baik. Hal itu ditunjukkan misalnya mengajak pengusaha-pengusaha kita untuk membangun properti yang berbasis lingkungan. Bangunan megah, tinggi menjulang, tetapi tidak merusak lingkungan.

Selain tulisan Abun Sanda, saya juga akrab dengan tulisan Dahlan Iskan. Dari sinilah saya mengikuti perkembangan karya Dahlan Iskan. Tulisannya muncul di koran Jawa Pos setiap hari Senin. Saya hanya sekali membeli koran Jawa Pos. saya lebih sering membaca tulisannya melalui website yang khusus mengumpulkan tulisannya. Sesekali saya mengunjungi langsung tulisannya di koran Jawa Pos online.

Tulisannya menarik untuk dibaca. Dia menceritakan pengalaman perjalanan juga pengalamannya selama menjabat di PLN dan BUMN. Dia juga tak segan-segan menulis pengalamannya berkaitan dengan kesehatannya, berobat ke luar negeri, dan sebagainya. Tulisannya seperti cerita. Dan memang dia pernah mengatakan bahwa tulisan yang bagus adalah tulisan yang muncul dari cerita. Maksudnya, kalau orang bisa bercerita maka dia bisa menulis. Dia mestinya menulis sesuai tuturannya. Di sinilajh letak kekuatan tulisan Dahlan Iskan.

Tulisan kedua tokoh ini menjadi menu bacaan pada Senin pagi. Sampai sekarang saya masih mengikuti perjalanan tulisan keduanya. Dari mereka saya belajar bagaimana menulis yang baik dan bermanfaat. Belajar dari orang-orang yang sudah mahir dalam hal tulis menulis. Akhirnya semoga sharing saya ini menjadi inspirasi bagi warga kompasiana agar menulis lebih baik dan lebih menarik lagi bagi banyak orang terutama pembacanya.
Selamat malam

PA, 6/8/2012
Gordi Afri


Post a Comment

Powered by Blogger.