Halloween party ideas 2015

foto oleh gandeng_tangan
Beberapa hari belakangan media massa memberitakan kasus-kasus yang menimpa anak kecil di kota Jakarta. Ada anak yang dibuang begitu saja oleh ibunya. Untuk kasus ini bukan hanya anak tetapi yang paling banyak adalah bayi. Ada juga yang diculik orang tak dikenal dengan dalih-dalih yang menarik. Kita boleh setuju dengan kesimpulan para pakar bahwa akar permasalahannya adalah pendidikan dalam keluarga. 

Keluarga memainkan peran penting dalam membina dan mendidik anak-anak. Hanya keluarga yangs serius yang mampu membentuk kepribadian anak sehingga ia mandiri. Ini membutuhkan perhatian dan komitmen orang tua. Tak jarang permasalahannya terletak pada peran orang tua. Untuk zaman sekarang, hal ini sangat penting. Namun, hal itu tidak mudah diwujudkan. Orang tua terlalu sibuk, misalnya, lupa memberi pendidikan dan perhatian kepada anak-anaknya. Anak-anak mencari perhatian dan kasih sayang dari pengasuh anak. Kadang-kadang anak-anak tertarik dengan bujukan dan rayuan dari orang tak dikenal. Hal ini tidak disadari oleh orang tua yang terlalu sibuk dengan dunianya.

Saya memberi apresiasi kepada anak-anak dampingan kami di Warakas-Jakarta Utara. Kami berkumpul sekali seminggu, setiap hari Sabtu. Saya dan beberapa teman memberi pelajaran kepada mereka. Ini bukan sekolah privat yang dibayar. Kegiatan ini hanya kegiatan sosial. Pelajaran yang kami berikan pun berupa pelajaran yang dibahas di sekolah. Tak jarang kami hanya mengerjakan tugas dari sekolah. Kadang-kadang kami juga hanya bermain atau mendengarkan cerita. Tetapi bukan permainan kosong. Lewat permainan itu kami menanamkan nilai-nilai yang baik kepada anak-anak misalnya kejujuran, kesabaran, dan kerja keras. Permainan menebak angka atau huruf misalnya. Anak-anak dilatih untuk sabar menemukan jawaban. Anak-anak juga dilatih untuk dengan jujur menyebut angka yang dipilihnya. Saya merasa ini merupakan bagian dari pendidikan yang dibutuhkan oelah anak-anak seusia SD, dari kelas 1 sampai 6.

Ada juga anak-anak yang butuh didengarkan. Beberapa anak mengajak saya untuk bercerita. Mereka serius mendengarkan. Sesekali kami menyuruh mereka untuk bercerita tentang apa saja. Mereka bisa bercerita dan butuh didengarkan. Dari latar belakang orang tua mereka, akan ketahuan bahwa mereka kurang diperhatikan. Orang tua terlalu sibuk bekerja. Ada yang bertemu bapaknya hanya sekali sebulan. Ada yang hanya pada malam hari, kalau bapaknya pulang sebelum dia tidur. Ada yang hanya pagi hari. Macam-macam. Peran ayah dalam pendidikan anak tidak bisa sepenuhnya digantikan oleh peran ibu. Sebab ibu pada umumnya menanamkan nilai-nilai yang berkaitan dengan peran seorang ibu. Sedangkan bapak akan mewariskan nilai-nilai yang berkaitan dengan peran seorang bapak.
Kami belajar di bawah kolong tol Tanjung Priok. Beralaskan terpal yang digealr di atas tanah datar berlantai semen seluas 6×20-an meter. Kami menggunakan sebagian kecilnya saja, seukuran terpal, 5×6 meter. Halaman yang luas itu dijadikan tempat permainan bagi anak-anak di sekitar tol. Rumah mereka berdempetan sehingga tidak ada tempat untuk bermain. Lantas, kolong tol yang kosong itu dijadikan tempat bermain. Ada orang yang berbaik hati, memberi sumbangan untuk merapikan tempat itu. Kolong ini pun menjadi tempat yang nyaman untuk bermain, berjualan, parkir mobil, bahkan sebagai lapangan futsal.

Sebelum pelajaran kami biasanya membiasakan anak-anak untuk membaca buku. Anak-anak kelas 4 ke atas kami beri buku bacaan anak-anak. Buku cerita tentunya. Ada cerita nusantara. Ada juga buku cerita terjemahan dari  bahasa asing. Untuk anak-anak kelas 3 ke bawah, kami memberi buku-buku bergambar yang menarik. Ini kesempatan untuk memperkenalkan mereka pada dunia buku, dunia membaca, dunia mengembangkan wawasan.

Satu hal lagi yang mengagumkan saya yakni kebiasaan menabung. Ketika pertama kali bergabung dalam kegiatan ini, saya kaget. Anak-anak membawa uang Rp. 5.000,00, kadang juga Rp 10.000,00. Dan, ada beberapa orang yang hanya Rp.3.000,00. Rupanya mereka mempunyai buku tabungan. Saya pernah dipercayakan untuk mengisi buku itu sesuai dengan jumlah uang dan nama anak. Uang-uang ini nantinya akan dikembalikan kepada anak-anak pada akhir tahun. Buku tabungan dan uang disimpan oleh koordinator kegiatan ini yakni seorang suster/biarawati Katolik.

Ini kebiasaan yang baik. Anak-anak dibiasakan untuk menabung sejak kecil. Bukan tidak mungkin kebiasaan menabung ini akan mengakar dalam diri anak sampai dia dewasa nanti. Jika ini menjadi kebiasaan maka dia mempunyai satu modal hidup di masa depan. Ada anak yang menabung sampai Rp. 20.000, 00 dalam sekali setoran. Biasanya dia hanya menabung Rp. 5.000,00 dalam satu kali setoran. Ketika saya tanya asal-usul uang sebesar itu, dia mengatakan uang itu berasal dari pamannya. Dia baru saja menerima uang dari sang paman. Dia pun menabung uang itu tanpa tergoda untuk memberi jajan.

Saya yakin apa yang kami tanamkan dalam diri anak-anak dampingan kami akan menjadi modal besar bagi masa depan mereka. Kembali kepada peran keluarga dalam pendidikaan anak. Kami sedikit membantu peran keluarga dalam membina dan mendidik anak. Jumlah mereka kecil tetapi mereka bisa bersahabat, menghormati, dan berbagi kasih satu dengan yang lainnya. Meski kami belajar di bawah tol yang di sampingnya terdapat kali yang baunya menyengat di hidung, kami merasa senang berkumpul di tempat itu setiap hari Sabtu. Kami belajar di antara kerumunan banyak orang yang lalu lalang di sekitar kami tetapi kami tetap betah belajar dan bermain di tempat itu. Tempat itu sudah menjadi bagian dari kehidupan masa kecil kami. Di atas kepala kami ada mobil berlalu-lalang. Semoga suatu saat kami bisa menikmati hidup yang layak. Terima kasih untuk semua orang yang membantu kami dengan tenaga, dengan materi, dengan dukungan, dan dengan bantuan lainnya.

CPR, 8/5/2012



Post a Comment

Powered by Blogger.