foto oleh iwid25 |
Aku juga warga
Jakarta. Memang tidak lahir di sini. Tetapi, aku punya KTP Jakarta. Berarti aku
terdaftar sebagai warga Jakarta. Dengan KTP ini aku bisa ikut pemilu yang
sebentar lagi akan diadakan. Aku bebas memilih pasangan Fauzi, Joko,
Alex, dan lain-lain. Pilihan itu adalah pilihan pribadi. Tak ada yang memaksa.
Ya, karena kau Jakarta bagai monster maka
aku menjauh sejenak darimu. Bukan karena aku membencimu, bukan. Aku
mencintaimu. Karena cinta ini juga maka aku menjauh darimu. Aku mau menikmati
suasana hening sejenak, sepekan, di kota pelajar.
Kota pelajar. Ada yang menyebutnya kota
budaya, kota pendidikan. Pelajar memang dituntut untuk belajar budaya, budaya
nusantara yang menjunjung tinggi harkat manusia. Bukan menginjak-nginjak hak
kaum lemah. Dengan itu mereka akan menjadi orang berpendidikan. Berpendidikan
tak mutlak dengan duduk di bangku kelas, kampus. Pendidikan di alam juga bisa. Begitulah
para mahaguru di India. Belajar di alam bebas.
Aku butuh suasana
hening, sepi. Di sana aku akan merasakan hirup napasku. Di sana aku bisa
merenungkan perjalanan hidupku setahun ini. Di sana aku bisa memutar film
kehidupanku. Di sana aku bias menikmati suasana yang jauh dari keramaian. Jauh
dari klakson mobil/sepeda motor/suara bajai di metropolitan ini. Jauh…jauh dari
bunyi itu. Aku muak dengan suara bising itu. Biar gak stress aku menyepi,
menjauh dari Jakarta.
Jakarta, aku akan kembali pecan depan. Aku
mau menjauh darimu. Aku ingin menarik diri sebentar dari keriuhan ini. Aku
ingin menimba inspirasi dari keheningan di kota pelajar. Selamat tinggal
Jakartaku…aku akan kembali untukmu.
————————-
*Sesaat menjelang
keberangkatan ke Yogya
CPR, 20/6/2012
Gordi Afri
*Dimuat di blog kompasiana pada 20/6/12
Post a Comment