foto oleh Purnomo Shiddiq |
Beberapa berita hari ini di kompas.com
juga menayangkan isu-isu seputar BBM. Mahasiswa di Solo dengan tegas menolak
kenaikan BBM ini. Aksi dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia
(KAMMI) Solo ini menarik karena sekaligus mempromosikan penghematan BBM. Mereka
mendorong sepeda motor sejauh satu kilometer menuju gedung DPRD Kota Solo. Aksi
ini boleh dibilang langka. Biasanya orang berunjuk rasa dengan pawai kendaraan
yang tentu juga memboroskan BBM.
Aksi mahasiswa ini pun bisa ditafsirkan
macam-macam. Sebab, sehari-harinya mereka juga menggunakan sepeda motor,
meskipun sebagian mungkin menggunakan sepeda. Apakah ini (mendorong sepeda
motor) hanya aksi sesaat untuk menarik simpati rakyat? Tetapi kiranya aksi ini
punya tujuan jelas, mengajak masyarakat melakukan protes atas rencana kenaikan
BBM yang diajukan pemerintah. Tampaknya tidak masuk akal jika aksi mendorong
sepeda motor ini ditujukan untuk mengajak masyarakat melakukan hal serupa.
Sebab, motor mesti berjalan dengan bahan bakar. Beda dengan sepeda yang tanpa
bahan bakar.
Di Semarang ceritanya lain lagi. Sekitar
100 elemen dan komponen masyarakat di kota ini mengadakan pertemuan di Markas
Polrestabes Semarang. Dari pertemuan ini dihasilkan beberapa himbauan yakni
mengajak masyarakat untuk tetap hidup damai, tanpa ricuh menanggapi rencana
kenaikan BBM ini. Mereka melihat penjual dan pembeli (BBM) sebagai saudara
sehingga tidak perlu ribut. Mereka juga mengajak siapa saja yang melakukan aksi
untuk beraksi secara damai, menjaga suasana kondusif di ibu kota Provinsi Jawa
Tengah ini.
Banjarmasin sudah lebih jauh lagi. Di sana
sudah terasa antrian besar-besaran. SPBU yang biasanya tidak menjadi tempoat
antrian kini malah mulai antri. Harga BBM (khususnya bensin) pun sudah dipatok
oleh pengecer. Harga bensin Rp 6.000 per botol dengan ukuran sekitar 1 liter,
biasanya harga di pengecer hanya Rp 5.500 per botol. Demikian diwartakan
kompas.com hari ini.
Tiga situasi ini menandai keresahan
masyarakat terhadap rencana pemerintah ini. Bagi saya yang orang awam terhadap
masalah BBM, rencana ini tampaknya memiliki agenda tersembunyi. Kondisi global
memang emmpengaruhi harga BBM kita. Namun, bukankah Indonesia termasuk negara
yang kaya BBM? Ke manakah orang elit negeri ini yang bisa mengelola kekayaan
alam ini dengan bijaksana?
Rencana pemerintah ini juga cenderung
dinilai aneh. Pemerintah berencana menaikan BBM lalu memberi subsidi BLT.
Mengapa dana BLT ini tidak digunakan untuk menstabilkan harga BBM? Apakah
pemerintah mau populer di mata masyarakat dengan kebijakan BLT ini? Padahal
semua orang juga tahu pemberian benatuan semacam ini tidak mendewasakan (mandiri)
rakyat. Beberapa hari yang lalu, seorang tokoh publik menilai kebijakan BLT
seperti ini bagai perumpamaan memberi ikan kepada pemancing dan bukan memberi
kail. Jadi, pemerintah kita mau memanjakan rakyatnya?? Kalau begitu kapan
rakyat mandiri dan Indonesia bangkit dari kemiskinan ini??
Sumber acuan: Elemen.Masyarakat.Bahas.Dampak.Kenaikan.Harga.BBM
CPR, 13/2/2012
Gordi Afri
*Dimuat di blog kompasiana pada 13/3/12
Post a Comment