foto oleh comac70 |
Begitu pertanyaan
teman saya tadi pagi. Saya tak menyangka dia melontarkan
pertanyaan setajam itu. Kami pun duduk di ruang kosong di sudut kampus. Teman
saya ini tampaknya hobi mengumbar pertanyaan. Entah untuk apa dia bertanya,
mungkin mencari tahu saja, mungkin mau mendapat jawaban, mungkin mau melihat
reaksi kami, atau apa saja. Katanya, dia gerah melihat kondisi Indonesia
sekarang ini. Saya salut dia memikirkan kondisi bangsa. Ini baru namanya
nasionalisme. Nasionalisme tak harus bertumpah darah sampai mati. Nasionalisme
juga mulai dari memikirkan nasib bangsa seperti ini.
Lima menit kemudian
beberapa teman akrab mulai bermunculan. Rupanya mereka heran, ada apa kok
pagi-pagi lampu ruang diskusi sudah menyala. Pasti ada orang di dalamnya.
Beruntunglah, sesama hobi berdiskusi, mudah sekali tertarik membahas apa saja.
Kami memang bukan para ahli atau pengamat. Kami hanya “pengamat kecil-kecilan”
yang masih terkurung dalam tempurung akademik. Semoga suatu saat, suara kami
bergema hingga luar sana. Bersama rakyat kecil yang menyuarakan kesejahteraan
bersama. Kiranya ini impian rakyat Indonesia sekarang ini.
Kami mencoba
mendiskusikan pertanyaan tadi. Ada apa sebenarnya dengan Indonesia? Pencurian
marak di mana-mana, perampasan, perampokan, pembakaran kantor, demo,
pemerkosaan, pencurian, dan pe-pe lainnya yang bersifat kriminal. Indonesia
dengan pemandangan seperti ini serasa hutan belantara, tempat para binatang
mencari mangsa seenaknya. Memang Indonesia masih ‘harum’ dengan predikatnya
misalnya negara dengan pertumbuhan ekonomi yang lumayan. Betapa tidak, banyak
negara terancam dari segi ekonomi sekarang. Beruntunglah Indonesia masih bisa
bertahan.
Kami mencoba mulai
dengan melihat hukum di Indonesia. Yang kami tahu, hukum itu berfungsi untuk
mengatur kehidupan bersama. Hukum menjadi pilar yang membangun keutuhan negara
Indonesia. Kalau begitu, mengapa bangsa ini terus saja terpuruk padahal sudah
lama hukum ada di negeri ini? Ada banyak hukum di negeri ini. Tentunya sesuai
kehadirannya, hukum dibuat untuk mengatur kehidupan bersama. Ini tugasnya teman-teman yang belajar hukum, benarkah demikian asal-usul
munculnya hukum.
Diskusi berjalan
lebih kurang 45 menit. Saatnya kami siap-siap masuk ruang kuliah. Kami mencoba
merangkum diskusi kecil-kecilan kami. Kami sepakat bahwa negara ini tampak
seperti ‘hutan rimba’. Hukum yang ada tidak ditegakkan. Bangsa ini seperti
dikepung oleh pelaku-pelaku yang kuat, yang siap menerkam mangsa yang lemah.
Siapa saja yang tidak kuat, dia akan dikuasai oleh kaum penguasa. Rasanya tidak
berlebihan jika belajar dari kasus pemerkosaan dan pencurian yang merebak
akhir-akhir ini. Hampir tiap pekan muncul kasus serupa. Bagaimana
menguranginya?
Kami sepakat hukum
ditegakkan. Kalau pemerkosa diganjar hukuman seberat-beratnya, ada kemungkinan
pelaku berikutnya merasa was-was sebelum berbuat. Kalau gerombolan pencuri yang
beraksi di dekat mesin ATM atau di minimarket diganjar hukuman berat, boleh
jadi pelaku berikutnya mulai takut. Paling tidak, pelaku tindak kriminal
seperti ini diberi hukuman seberat-beratnya dan jangan bertele-tele dalam
penyelidikan. Sayangnya, negeri ini berjalan lamban. Menyelidiki satu kasus
saja bisa bertahun-tahun. Kasus bank century bahkan belum ada
ujungnya. Padahal bertahun-tahun berlalu.
Kami tetap yakin, kalaiu pelaku diganjar
hukuman berat bila perlu hukuman mati, tindakan kriminal berkurang. Berlebihan
kiranya kalau menerapkan hukuman mati. Masa pencuri sendal dihukum mati?
Intinya bahwa, kami mau supaya pelaku kejahatan diganjar dengan hukuman yang
membuatnya jera. Kami tahu latar belakng tindakan itu beragam sehingga hukumannya
tidak bisa disamakan. Namun, kami yakin kalau penyelidikannya bertele-tele,
kasus kriminal di negeri ini semakin bertambah. Akhirnya, tinggal menunggu
waktu negeri ini benar-benar hutan rimba raya. Rakyat semakin beringas
memangsa sesamanya. Rakyat Indonesia tentunya tidak ingin hal itu terjadi. Maka,
mari kita mulai memulihkan negeri ini. Pemerintah dan DPR juga bekerja keras.
Diskusi selesai dan selamat memulai kuliah lagi….
CPR, 7/2/2012
Gordi Afri
Gordi Afri
*Dimuat di blogkompasiana pada 7/2/12
Post a Comment