foto ilustrasi oleh Bambang Subaktyo |
Bagaimana nasib trotoar
di ibu kota? Hampir pasti trotoar hanyalah sebutan
kosong. Trotoar tak berwujud lagi. Hanya di beberapa jalan ibu kota masih
terlihat trotoar. Di Sudirman ada beberapa ruas jalan dilengkapi trotoar. Di
lain tempat tak ada lagi torotoar itu. Kalaupun ada, itu hanya bekasnya saja. Bentuknya bukan lagi
trotoar seperti semula.
Lihat saja di pinggiran
beberapa jalan. Trotoar dijadikan tempat parkir. Trotoar
dijadikan taman. Trotoar dijadikan pasar. Trotoar dijadikan ujung warung makan.
Di lain tempat trotoar bahkan tak berbekas karena digusur badan jalan.
Entah mengapa semua ini
terjadi. Kalau dilihat lebih jauh, manusia begitu
serakah. Manusia merampas ruang publik. Manusia tidak puas dengan apa yang ada.
Keadaan ini
berbanding terbalik dengan keadaan negara-negara Eropa. Saya belum pernah ke
sana. Namun, kalau dibaca di media atau melihat di internet, peranan trotoar
amat penting. Pejalan kaki amat dihargai. Pemerintah menyediakan trotoar yang
bersih, rapi, dan bebas dari kendaraan.
Trotoar-trotoar nasibmu
kini…….wahai penguasa ruang publik kembalikan trotoar kami….
Rawatlah trotoar kami jika kalian masih membutuhkan kami. Kami membutuhkan trotoar itu….
Rawatlah trotoar kami jika kalian masih membutuhkan kami. Kami membutuhkan trotoar itu….
CPR, 6/12/2011
Gordi Afri
Gordi Afri
*Dimuat di blog kompasiana pada 7/12/11
Post a Comment