Asap
terasa pedih di mata. Mata pun tak bisa berkedip dan terbuka. Siapa pun yang
matanya kena asap pasti tertutup. Asap sering dihindari agar mata tidak rusak.
Asap pun menjadi negatif.
Ada
api ada asap. Asap tak muncul dari dirinya. Dia muncul dari api. Api seperti
kita tahu bisa membakar, menghanguskan apa saja, kecuali air. Hasil bakarannya
adalah asap. Asap merupakan bagian akhir dari api bakaran itu. Bagian lain yang
tidak habis terbakar akan menjadi arang.
Asap
tidak selamanya memedihkan mata. Asap bisa menjadi hal yang positif. Dari asap
muncul aroma sedap. Asap bakaran sate mengundang nafsu makan yang tiada
terkira. Yang tidak lapar pun menjadi lapar. Yang lapar menjadi bernafsu untuk
makan.
Inilah
yang saya hirup ketika berkeliling tadi. Semula mau ikut pertemuan bersama
teman kompasianer di gang Timor-Timor tapi tidak jadi. Sudah sampai di gangnya
tetapi tidak sampai tempat pertemuan.
Daripada
pulang lagi, tak salah saya memutar di beberapa bagian jalan. Jalan Kaliurang,
kompleks UGM, Gejayan, Condong Catur. Di Gejayan dan Concat, ada aroma sate.
Ingin makan tetapi saya sudah makan. Saya kenyang tetapi seolah-olah dibuat
lapar lagi.
Ya
ini gara-gara asap bakaran sate. Asap yang memedihkan mata tukang sate tetapi
membuat nafsu makan pengunjung warung makin tinggi. Asap yang berefek ganda.
Dari asap inilah muncul perjuangan untuk melayani pengunjung. Sate yang enak
akan jadi laris-manis. Hasil jualan sate bisa untuk biaya sekolah, kuliah,
hidup sehari-hari, dan sebagainya.
Salam
asap-sate.
PA,
23/5/13
Gordi
Post a Comment