Saat ini
ramai-ramainya orang membicarakan Moge alias motor gede, Harley Davidson. Tak
terhindarkan tabrakan antara moge dan ambulans RSI Hidayatullah. Motor dan ambulans rusak.
Pengendara moge luka parah. Ada apa dengan motor gede?
Moge memang
penguasa jalan. Dalam artian, dia memakai sebagian besar badan jalan. Badan
moge kan besar otomatis membutuhkan ruang jalan yang lebih besar dari motor
jenis lainnya. Di sini dia seperti “penguasa jalan”.
Lalu, suara moge
juga menakutkan. Raungannya besar, mengalahkan bunyi motor lainnya. Apalagi
kalau konvoi, diiringi kendaraan polisi. Dalam hal ini, mobil dan motor lain
pun, disingkirkan untuk sementara waktu. Biarkan moge ini lewat baru yang lain
menyusul.
Mereka tentu
menaati lalu lintas dengan meminta pengawalan polisi. Hanya saja, sebenarnya
untuk apa mereka berkonvoi? Apakah hanya sebagai pertunjukkan atau penyalur
hobi saja? Sebab, tentu motor lain juga mau pakai jalan, mengapa mereka mesti
dikawal khusus? Bukankah kalau pakai motor ukuran biasa, semua pengguna jalan
bisa memakai jalan dengan adil?
Dalam berita
tabrakan kemarin sore (27/4), moge melanggar rambu jalan. Menerobos lampu
merah. Moge ini tidak sedang berkonvoi. Dia melenggang sendiri. Ini tentu
kesalahan fatal, karena dia menerobos lampu merah.
Apakah tidak lebih
baik juga, jika moge ini melenggang di jalur khusus sehingga tidak mengganggu
lalu lintas umum? Dua hal di atas tadi yang menurut saya kurang begitu bagus
dari melenggangnya motor gede ini di jalan raya.
Bunyinya yang
mengganggu pengguna jalan lain dan juga penduduk di sekitar jalan raya. Saya
beberapa kali merasa kesal dengan konvoi moge di sekitar ring road bagian utara
Yogyakarta. Ada yang raungannya besar sekali sampai merasa terganggu sekali.
Ini tentu kurang bagus apalagi terjadi pada sore dan malam hari. Ini risiko
tinggal di pinggir jalan ramai. Tetapi, kalau hal ini bisa dicegah, tentu akan
lebih baik.
Selain bunyi, moge
juga justru mengganggu pengguna jalan lain, karena badannya gede. Otomatis pengguna
jalan lain, harus bersabar, mendahulukan dia. Beberapa teman memutuskan untuk
berhenti ketika di sampignya ada moge. Biarkan dia lewat baru menyusul. Cara
ini amat bijak. Hanya saja, tentu kalau seperti ini terus, perjalanan menjadi
tidak nyaman lagi.
Ini sedikit
pandangan saya tentang moge yang menerobos lampu merah.
PA, 28/4/13
Gordi
Post a Comment