Sekarang
zaman modern. Apa saja serba ada. Tak ada uang pun bisa masuk mol elit. Sebab,
ke mol bukan untuk beli-beli tetapi sekadar lihat-lihat.
Saya
dan 3 teman siang tadi masuk mol elit. Elit maksudnya demikian. Gedungnya
mewah. Bertingkat. Bersih. Wangi. Pelayannya ramah dan cakep. Tangganya pakai
eskalator. Hanya saja harga jualannya mahal.
Di
pintu masuk saja sudah ada jualan pakaian. Setiap meja ada tulisan besar,
diskon 5o%, diskon 20%. Pengunjung kadang tergoda atau terjebak dengan besarnya
diskon. Padahal harga barangnya juga tinggi.
Masuk
lebih dalam lagi. Banyak jualan pakaian. Bagus-bagus. Tetapi harganya melangit.
Di samping meja juga terpampang tulisan diskon besar-besaran. Inilah cara
mereka yang menjual menarik pelanggan.
Untung
saja kami tidak terjebak. Ada juga pengunjung yang terjebak. Mereka memang
punya duit banyak. Bisa beli pakaian seharga itu. Kalau pun kami tergoda untuk
membeli, kami pikirkan masak-masak. Di dompet hanya di bawah ratusan rupiah.
Jadi, tak cukup membeli satu potong celana yang bagus.
Tetapi,
kami yang dompet tipis dan orang berduit tadi sama-sama masuk mol bagus itu.
Sama-sama naik turun di eskalator. Bedanya, mereka menenteng kantong dan kami
tidak menenteng apa-apa.
Kami
memang masuk untuk melihat-lihat. Cuci mata. Sekadar jalan-jalan. Tak ada duit
pun kami masuk mol. Lumayan buat tahu kisaran harga barang.
Kaum
berpendidikan bilang ini globalisasi. Barang dari negara mana pun bisa dijual
di Indonesia. Dan, kami ingin melihat barang jualan itu. Meski hanya melihat,
kami sudah merasakan ini globalisasi. Sebab, kami tahu barang ini impor.
Ya...globalisasi
dirasakan orang kecil dan kaum berduit. Demikian pengalaman kami siang ini.
Jalan-jalan memang tak sedar buang-buang waktu. Ada hal menarik yang bisa
dipelajari dari perjalanan itu.
PA,
6/3/13
Gordi
Post a Comment