Ada
dua makanan wajib orang Indonesia yang akhir-akhir ini ramai dibicarakan di
media massa. Penguasa pun kadang-kadang gerah ketika rakyat menyinggung soal
itu. Tudinggan lalai dari tanggung jawab begitu cepat keluar dari mulut warga
kecil. Bukan asal keluar. Itulah ungkapan kekecewaan mereka. Ungkapan
kekesalan. Karena itu menyangkut kehidupan harian mereka.
Bawang
dan cabai. Dua makanan yang hampir dikonsumsi setiap hari. Bahkan lebih dari
sekali sehari. Betapa terganggungya pola makan jika pasokan kedua makanan ini
terganggu. Ini perkara perut. Ketika perut terusik, muncul pula hujatan dari
dalamnya. Untung saja pertu tidak berontak. Tetapi dari kerongkongan ada
permintaan makanan berasa bawang dan cabai. Maka, mau tak mau manusia mesti
mencari kedua makanan itu.
Perut
telanjur tergantung dengan rasa dua makanan ini. Maka, ketika itu hilang, perut
tentu mencari. Apa lacur, manusia bukannya tidak mau memenuhi permintaan perut.
Manusia gerah, harga dua barang itu melambung tinggi. Tidak sampai di udara.
Tetapi, cukup membuat manusia susah memperolehnya di pasar.
Pertanyaannya
mengapa harga bawnag dan cabai naik? Kalau bawang mulai turun, cabai malah
naik. Mengapa ini terjadi? Rakyat menuding penguasa kurang becus menangani
pasokan barang ini. Ya penguasa yang berhak menentukan pengaturan, pengedaran,
dan keterjaminan barang-barang kebutuhan pokok seperti ini. Rakyat hanya tahu,
barang itu ada di pasar, dibeli, dan dikonsumsi. Betapa pusingnya
pemerintah/penguasa memenuhi kewajibannya mengatur barang ini.
Ya
itu tugas yang diembankan kepada mereka. Sebelum menjadi penguasa di bidangnya,
orangnya pasti tahu tugasnya. Nah, kalau sampai harga melambung seperti ini,
tentu rakyat seluruhnya merasa gerah. Bagaimana mungkin, harganya langsung naik
begitu saja. Perlu kajian mendalam akan kejadian ini. Kajian inilah yang
hendaknya terus diupayakan. Jangan sampai ada keluhan baru dikaji. Kalau
begini, apa saja kerjanya penguasa itu?
Rakyat
merindukan makanan wajibnya. Jika pemerintah berbaik hati, biarkan kami
menimati makanan kesukaan kami itu. Kami tahu mungkin sulit mengaturnya.
Tetapi, kalian punya kuasa untuk mengatur. Aturlah sedemikian rupa sehingga
kami bisa membeli makanan itu sesuai kemampuan ekonomi kami. Kami hanya
menikmati sebagian kecil dari kekayaan negeri ini. Tolonglah kami wahaia
penguasa.
PA,
21/3/13
Gordi
Post a Comment