Halloween party ideas 2015


Ada dua makanan wajib orang Indonesia yang akhir-akhir ini ramai dibicarakan di media massa. Penguasa pun kadang-kadang gerah ketika rakyat menyinggung soal itu. Tudinggan lalai dari tanggung jawab begitu cepat keluar dari mulut warga kecil. Bukan asal keluar. Itulah ungkapan kekecewaan mereka. Ungkapan kekesalan. Karena itu menyangkut kehidupan harian mereka.

Bawang dan cabai. Dua makanan yang hampir dikonsumsi setiap hari. Bahkan lebih dari sekali sehari. Betapa terganggungya pola makan jika pasokan kedua makanan ini terganggu. Ini perkara perut. Ketika perut terusik, muncul pula hujatan dari dalamnya. Untung saja pertu tidak berontak. Tetapi dari kerongkongan ada permintaan makanan berasa bawang dan cabai. Maka, mau tak mau manusia mesti mencari kedua makanan itu.

Perut telanjur tergantung dengan rasa dua makanan ini. Maka, ketika itu hilang, perut tentu mencari. Apa lacur, manusia bukannya tidak mau memenuhi permintaan perut. Manusia gerah, harga dua barang itu melambung tinggi. Tidak sampai di udara. Tetapi, cukup membuat manusia susah memperolehnya di pasar.

Pertanyaannya mengapa harga bawnag dan cabai naik? Kalau bawang mulai turun, cabai malah naik. Mengapa ini terjadi? Rakyat menuding penguasa kurang becus menangani pasokan barang ini. Ya penguasa yang berhak menentukan pengaturan, pengedaran, dan keterjaminan barang-barang kebutuhan pokok seperti ini. Rakyat hanya tahu, barang itu ada di pasar, dibeli, dan dikonsumsi. Betapa pusingnya pemerintah/penguasa memenuhi kewajibannya mengatur barang ini.

Ya itu tugas yang diembankan kepada mereka. Sebelum menjadi penguasa di bidangnya, orangnya pasti tahu tugasnya. Nah, kalau sampai harga melambung seperti ini, tentu rakyat seluruhnya merasa gerah. Bagaimana mungkin, harganya langsung naik begitu saja. Perlu kajian mendalam akan kejadian ini. Kajian inilah yang hendaknya terus diupayakan. Jangan sampai ada keluhan baru dikaji. Kalau begini, apa saja kerjanya penguasa itu?

Rakyat merindukan makanan wajibnya. Jika pemerintah berbaik hati, biarkan kami menimati makanan kesukaan kami itu. Kami tahu mungkin sulit mengaturnya. Tetapi, kalian punya kuasa untuk mengatur. Aturlah sedemikian rupa sehingga kami bisa membeli makanan itu sesuai kemampuan ekonomi kami. Kami hanya menikmati sebagian kecil dari kekayaan negeri ini. Tolonglah kami wahaia penguasa.

PA, 21/3/13

Gordi

Post a Comment

Powered by Blogger.