Halloween party ideas 2015

Orang Jakarta suka naik bis. Ada yang suka benaran. Suka naik bis ke mana-mana. Ada yang terpaksa suka. Karena tidak ada pilihan lain. Tidak punya kendaraan sendiri.

Ada juga yang sesekali saja naik bis. Ada pula yang naik bis dengan maksud tertentu. Untuk penelitian tugas kampus, dan sebagainya. Untuk mengetahui situasi dalam bis dan sebagainya.

Jakarta juga terkenal dengan bis-nya. Metro mini dan angkutan kecil yang lain menjadi sarana yang sering digunakan masyarakat kelas bawah Jakarta. Pengguna terbesar dua moda ini adalah mereka yang penghasilannya pas-pasan. Ada juga kaum elit yang naik bis ini tetapi jumlahnya tidak sebeberapa. Sebagian besar kaum elit naik mobil sendiri.

Pengguna lain dari moda transportasi bis adalah mahasiswa dan kalangan muda-remaja. Mereka ini yang sering menumpang pada pagi dan siang hari saat keluar sekolah. Tak jarang bis selalu penuh pada pagi, siang, dan sore hari. 

Ada pilihan lain untuk mengatasi padatnya bis ini. Pemerintah DKI menyiapkan bis transjakarta. Selain itu ada kereta api. Dengan dua jenis moda ini, seharusnya tidak ada lagi kekurangan transportasi umum. Tetapi ya namanya Jakarta selalu berjubel penumpangnya.

Jubelan penumpang inilah yang membuat kereta dan bis trans juga bus patas selalu sesak. Suasana dalam bis tidak kondusif. Esek-esek selalu menjadi pilihan. Setiap orang mau cepat sampai tujuan. Semua mau merebut dapat jatah dalam bis. Entah duduk atau berdiri. Asal dalam bis saja, kan sampai tujuannya. Tak peduli dengan esek-esek ini.

Esek-esek atau tepatnya saling gesek ini sulit dihindarkan. Warga Jakarta pun kiranya sudah maklum dengan situasi ini. Ada yang protes tentu saja. Tetapi mau bagaimana lagi. Kalau tak siap gesek-gesek ya jangan naik bis. Tetapi ini tentu saja tidak berarti setiap orang harus saling menggesek ketika dalam bis. Sama sekali tidak.

Hanya saja jika penumpang penuh, saling gesek tak terhindarkan. Dalam trnasjakarta misalnya. Ada penumpang duduk dan berdiri. Yang berdiri ini yang tidak teratur. Aturannya hanya memegang tali yang terpasang di atas kepala. Tali ini menjadi penyangga ketika bis oleng ke samping atau ketika berhenti mendadak. Tali ini menjadi pengikat keseimbangan. Tali ini memang berperanan penting. Hanya saja tentu tidak cukup untuk menampung beban seluruh tubuh.

Tangan boleh memegang kuat pada tali tetapi tubuh pasti miring ke samping, depan atau belakang. Nah, saat inilah saling gesek tak terhindarkan. Siapa pun pasti maklum ini murni gesekan alam. Sebab, tidak disengaja. Kalau ada yang disengaja itu tentu saja melanggar etika namanya. Hanya saja dalam bis ini saling gesek yang hanya sekejap saja ini sulit dideteksi motifnya. Apakah gesek alami ataukah gesek yang dibuat-buat.

Saling gesek ini menjadi ritme dalam bis Jakarta. boleh dibilang ini ciri khas naik bis di Jakarta. Tidak ada yang mengelak jika ditanya tentang suasana dalam bis di kota Jakarta. Semua penumpang juga maklum jika ada gesekan seperti ini.

Orang Jakarta pun punya keunikan dalam naik bis yakni saling gesek atau saya bahasakan esek-esek. Meski saling gesek ini terkesan kurang manusiawi, orang Jakarta tidak terlalu memusingkan hal ini. Mereka seolah-olah sudah menerima ini sebagai bagian dari keseharian mereka dalam bis. Jadi, tak perlu dipersoalkan.

Tentu bagi mereka yang suka naik mobil pribadi, boleh jadi ada pandangan lain. Mereka bisa saja merasa jijik dengan suasana seperti ini. Gesek-gesek itu merusak pandangan. Mengotori pakaian teman. Menimbulkan prasangka yang kurang enak. Bahkan bagi orang tertentu bisa menjadi perangsang seksual. Bau keringat pada siang hari jjuga menjadi hal yang mesti dihindari. Tetapi kalau sudah masuk dalam suasana esek-esek, hal ini mau tak mau dialami. Tetapi jika bisa dihindari ya sebisa mungkin dihindari.

Itulah sebabnya kelompok tertentu mungkin merasa jijik melihat suasana saling gesek ini dalam bis umum. Bagi yang tidak naik bis umum boleh saja jijik. Tetapi bagi pengguna bis umum, hal ini menjadi bagian dari keseharian mereka. Inilah gaya orang Jakarta saat naik bis.

CPR, 19/5/13

Gordi

Post a Comment

Powered by Blogger.