Baru
saja tiba dari Jakarta. Yogyakarta sedang terlelap saat saya tiba. Maklum masih
pukul 4.30 pagi. Suasana di sekitar terminal Jombor, Sleman, masih sepi. Yang
ada hanya tukang ojek, sopir taksi, dan sopir bis yang membawa penumpang dari
Jakarta.
Perjalanan
selama 12 jam dari Jakarta tak terasa. Saya hanya ingat pukul 16.30, kami
keluar dari terminal Rawamangun. Saya masih bisa menikmati pemandangan di
sekitar jalan tol sampai ujungnya di daerah Bekasi. Setelah itu, saya tertidur.
Tidak ingat lagi suasananya.
Saya
sadar lagi pas makan malam di daerah Pamanukan. Waktu menunjukkan pukul 19.35.
Kami keluar dari bis dan menuju warung makan. Saat itu juga saya sempat buang
air kecil. Biar aman tidur dalam bis. Daripada berdiri-duduk ke kamar kecil di
bis. Kami memberikan kupon makan yang disertakan dalam tiket, lalu mengambil
makanan.
Tak
lama di sini. Ya namanya makan dalam perjalanan, tak perlu berlama-lama. Begitu
selesai, langsung kembali ke bis. Dan, kru bis juga melihat, kalau sudah masuk
semua, bis jalan lagi. Di sini memang bukan makan untuk kenyang atau makan
untuk bersantai. Makanannya sedikit atau pas untuk menu jalanan. Variasi
lauknya juga sedikit. Meski demikian penumpang tidak punya pilihan lain kalau
mau gratis. Kalau mau keluarkan duit tambahan dari uang saku dan membeli menu
yang lain boleh juga.
Saya
mengambil menu yang disediakan. Jadi, tak perlu biaya tambahan. Kalau penumpang
lain mengambil yang itu ya berarti menu ini memang cocok juga untuk saya.
itulah sebabnya saya tidak mengambil yang lain.
Setelah
semua penumpang dalam bis, kami berangkat lagi. Saya masih terjaga selama lebih
kurang 1,5 jam setelah makan. Masih bisa melihat kendaraan lain di samping
kiri-kanan kendaraan kami. Ada sesama bis penumpang, ada mobil barang, ada truk
barang, truk alat berat, dan sebagainya.
Malam
makin larut dan saya pun tertidur. Tak terasa lagi, posisi kami sekarang. Saya
hanya ingat suasana dalam bis. Suhu makin dingin. Para penumpang mengenakan
selimut. Tidak banyak yang bersuara. TV dalam bis yang dari tadi menyala kini dimatikan.
Hanya
ada suara seorang anak balita yang merengek. Dia meminta bapaknya tidak duduk
di kursi. Sehingga dia bisa tidur. Tentu tidak bisa. Akhirnya sang bapak
mengalah, dia hanya memakai sebagian kecil dari kursi itu untuk menyangga
pantat. Selebihnya digunakan sang anak.
Menjadi
bapak atau ibu memang harus bisa berkorban. Terutama demi anggota keluarga. Ini
yang sering tidak mudah. Ada juga orang tua yang menghindari pengorbanan
seperti ini. Lantas, saat bepergian, mereka meninggalkan anak yang seharusnya
tidak boleh ditinggalkan. Mereka lebih asyik sendiri tanpa direpotkan sang
anak. Anak dibiarkan diasuh sang baby sitter. Padahal sang anak semestinta
merasakan kasih sayang, ciuman, pelukan, dan kehangatan dari orang tuanya.
Saya
merasa kami semua tertidur karena saya tidak mengingat lagi, tak merasakan
lagi, tak emndengar lagi. Semuanya mati total. Kami tertidur tetapi masih ada
yang tidak tidur. Pak sopir tidak tidur. Dialah satu-satunya manusia yang
menjaga kami, membiarkan kami terlelap dalam bis ini. Saya yakin selain dia,
ada juga Tuhan yang menyertai perjalanan kami. Entah bagaimana peran Tuhan
dalam perjalanan ini. Tidak bisa dibuktikan secara indrawi. Tetapi saya yakin
Dia hadir dan membantu sopir mengarahkan perjalanan kami.
Ini
keyakinan saya. Tuhan tidak tidur. Tentu dengan gampang orang yang tidak
meyakini Tuhan mengatakan bukan Tuhan yang mengarahkan sopir dalam perjalanan
ini. Boleh-boleh saja. Toh sopir juga sudah terbiasa, terlatih, untuk membawa
penumpang sampai tujuan. Tanpa Tuhan pun sopir bisa mengendalikan bis ini.
Lalu
mengapa saya tetap yakin Tuhan tidak tidur? Karena saya yakin bahwa Tuhan
menyertai kami dalam perjalanan ini. Keyakinan ini yang menguatkan saya untuk
membiarkan sang sopir bekerja tanpa kami tahu. Kami tertidur tetapi dia tidak
tidur. Kalau dia tidur tentu bis tidak jalan. Tetapi, menurut saya, sopir tidak
sendiri. Ada Tuhan yang menemani dia. Saya pun percaya diri untuk tidur, tidak
berjaga, seperti sopir. Saya memilih untuk tidur karena Tuhan menyertai kami.
Saya yakin selamat sampai tujuan.
Dan,
pukul 4.30, kami tiba di terminal Jombor, Sleman, Yogyakarta. Di sinilah saya
sadar lagi. Setelah keluar dari bis, saya tunduk sebentar mengucapkan terima
kasih pada Dia yang menyertai kami dalam perjalanan ini. Setelah menunggu
sekitar 10 menit, datang tukang ojek dan menawarkan diri mengantar saya.
setelah harga disepakati kami keluar dari terminal dan menuju rumah saya. terima
kasih Tuhan untuk lindungan-Mu.
PA,
21/5/2013
Gordi
Post a Comment