Halloween party ideas 2015


Peristiwa LP Cebongan yang menakutkan itu mengubah persepsi masyarakat Indonesia dan dunia terhadap kota Yogyakarta. Ketakutan ini memunculkan gelar baru untuk kota Yogyakarta yakni sebagai “Kota Menakutkan”.

Selama ini, Yogyakarta mempunyai gelar yang khas karena uniknya di antara berbagai kota di negeri ini. Ada gelar “Kota Mahasiswa” karena memang Yogyakarta mempunyai banyak universitas, sekolah tinggi, akademi, SMA, SMP, SD, hingga TK.

Penduduk provinsi Yogyakarta sebagiannya terdiri atas mahasiswa/pelajar. Menurut data Kompas, 27/3/13, hlm. 22, mahasiswa asal Sumatera Utara di Yogyakarta berjumlah 18.000 sedangkan Riau 15. 000 dan NTT 13.000. Kalau dijumlahkan mahasiswa dari 3 daerah ini menjadi 36.000 orang. Bayangkan 1 kota saja jumlah mahasiswanya seperti itu. Belum dihitung dari daerah lain termasuk dari Yogya sendiri. Maka, Yogyakarta layak disebut “Kota Mahasiswa”.

Sebutan atau gelar lain adalah “Kota Pendidikan”. Ini masih ada kaitan dengan sebutan kota mahasiswa tadi. Hanya saja dalam hal ini, sebutan ini muncul karena Yogyakarta menjadi pusat pendidikan. Tidak saja menyangkut jumlah mahasiswa tetapi menyangkut banyaknya pilihan pendidikan yang dikembangkan di kota ini.

Gelar yang ketiga adalah “Kota Budaya”. Sebutan ini berkaitan dengan budaya. Budaya berkaitan erat dengan budayawan. Yakni, mereka yang berkecimpung dalam bidang budaya. Mereka yang mengembangkan seni budaya. Budaya berkembang karena kota Yogyakarta memberi tempat yang berharga untuk para budayawan. Jangan ehran jika banyak budaya, seni tari/lukis/batik, dans ebagainya berkembang pesat di kota ini. Meski perkembangannya juga akdang-kadang berbentur dengan gempuran budaya modern-hedonis-konsumtif sekarang ini. Tetapi, kota Yogyakarta masih memberi porsi terbesar pada budaya tradisional.

Di balik semua gelar di atas, ada juga gelar baru yang entah sampai kapan bertahan yakni “Kota Menakutkan”. Gelar ini muncul terkait terbunuhnya 4 tahanan yang nota bene menjadi tanggung jawab pemerintah di LP Cebongan. Ada yang emnduga pembunuhnya/penyerangnya adalah kelompok khusus nan elit. Jika dugaan ini benar, segeralah pihak polisi dan jajarannya mengungkapkan pelakunya.

Jika tidak, gelar keempat ini semakin menjadi-jadi. Sekarang saja, beberapa warga NTT di Yogyakarta mulai mengungsi. Kalau tahun 2010 warga Yogya mengungsi karena takut abhaya Merapi. Sekarang warga mengungsi karena tidak adanya perlindungan pemerintah. Warga uyang dalam perlindungan pemerintah saja diserang dan mati, apalagi warga biasa yang hidup tenang tetapi tidak ada perlindungan resmi, kapan-kapan bisa diserang juga.

Jauh dari kesan “Kota Menakutkan” ini, pemerintah sebaiknya segera mengungkap pelaku dan mulai menjamin keamanan warganya. Jika tidak, bukan saja kota Yogyakarta yang bertambah gelarnya, citra negara Indonesia di mata internasional juga akan hancur. Indonesia akan dinilai sebagai negara pelanggar HAM. Tentunya pemerintah dan rakyat tidak mau dicap demikian. Pemerintah dan rakyat ingin hidup damai dan tenang. Namun, melihat gelagatnya, pemerintah rupanya belum bisa mengungkap cepat-tepat pelaku penyerangan. Ini menambah ketakutan warga di Yogyakarta dan juga semakin memperpanjang gelar “Kota Menakutkan” bagi kota Yogyakarta.

Semoga pemerintah mau dan mampu mengungkap pelaku penyerangan dan memberi jaminan keamanan bagi warga Yogyakarta khususnya warga NTT yang sedang dalam trauma-menakutkan.

PA, 27/3/13

Gordi

Post a Comment

Powered by Blogger.