Halloween party ideas 2015

Jalan darat di negeri ini memprihatinkan. Di KOMPAS beberapa hari belakangan dilaporkan situasi jalan lintas pulau yang memprihatinkan. Di Papua, ada jalan yang berlumpur. Sulit dijangkau mobil. Bahkan harus bersusah payah untuk melewatinya. Di daerah lain, pada laporan lain juga, diberitakan jalan darat yang keadaanya memprihatinkan. Jalanan itu tidak terurus. Entah ke mana perhatian pemerintah dan pemerhati transportasi darat setempat. Tentu saja masyarakat yang dirugikan.

Lain lagi dengan cerita jalan darat di kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Di sini jalanannya bagus. Kalah jauh dengan kondisi jalan darat di Papua, Sulawesi, Kalimantan, dan daerah lainnya. Tetapi kondisi jalan tidak menjamin amanya berlalu lintas. Justru di kota-kota ini jalanan menjadi tidak nyaman karena kendaraannya banyak. Jalan darat memang sejauh ini belum memuaskan pengguna jalan.

Semalam, saya berangkat dari Yogyakarta ke Jakarta. Naik bis. Melintasi jalan darat, jalur utara-selatan Pulau Jawa. Saya menghitung, kira-kira ada 3 tempat kemacetan. Magelang, Brebes, dan daerah Indramayu. Entah ada juga daerah lainnya, saya tidak tahu. Kebetulan saja, saya sadar ketika kendaraan kami melewati daerah tersebut. Saya memang banyak tidurnya. Maklum, jalan malam hari. Pilihan naik bis menjadi pilihan terakhir karena tiket kereta api penuh, tiket pesawat mahal.

Saya prihatin dengan kondisi jalan ini. Bukan kali ini saja saya melewati jalan ini. Lebih dari dua kali. Dan, saya pun bisa mengira, perbaikan jalan ini berlangsung menjelang musim lebaran. Kesempatan bagi sebagian besar negeri ini mudik, kembali ke kampung halaman mereka. Masyarakat tahu tentang ini. Dan, pemerintah juga tahu. Hanya saja, rakyat bertanya-tanya, mengapa perbaikan jalan selalu setiap tahun dan pada waktu yang sama? Terkesan perbaikan ini hanya tambal sulam saja. Polesan yang tidak bertahan lama. Sebab, tahun depan, menjelang lebaran, akan ada perbaikan lagi. Apakah kualitas pekerja jalan di negeri ini hanya menghasilkan jalan darat yang habis terpakai dalam jangka waktu setahun?

Di daerah Flores Barat, NTT, ada seorang tokoh terkenal yang membangun jalan darat tidak asal-asalan. Dia adalah seorang Pastor dari Swis. Masyarakat Flores Barat biasa memanggilnya Pater Waser, SVD. Konon, ada cerita, sebelum mengerjakan jalan, dia mengerahkan para pekerjanya untuk menggali lubang sedalam 80 cm. Lubang ini akan ditanami batu. Batu ini selanjutnya menjadi fondasi yang kuat untuk pijakan jalan. Di atas batu akan diratakan pasir. Kemudian kerikil, dan terakhir aspal. Saya tidak melihat langsung proses pengerjaan jalan ala pastor ini. Tetapi, saya melihat sebagian dari prosesnya yakni membenamkan batu dalam lubang 80 cm. Dan, bahkan saya pernah melewati jalan buatannya yang hanya terbuat dari susunan batu yang rapi dan rata. Tidak perlu ada aspal di atasnya, jalan sudah bisa digunakan dan nyaman.

Meski pastor ini giat dan terkenal dengan pembangunan jalannya, jatah jalan yang dikerjakannya tidak panjang. Konon, ada sindiran, kalau semuanya diserahkan ke pastor ini, tidak ada lagi proyek jalan di Flores Barat. Saya tidak tahu apakah ini benar. Tetapi benar bahwa pastor ini tidak mendapat banyak jatah untuk pembangunan jalan. Padahal kualitas jalan yang dibangunnya bagus.

KIranya, semua rakyat menginginkan agar kondisi jalan darat di negeri ini dibenahi. Biarkan rakyat merasakan nyamannya berkendara di jalan darat. Tentu semua setuju jika kondisi jalan darat saat ini memprihatinkan. Waktu tempuh Yogya-Jakarta menjadi lebih lama beberapa jam dari waktu normal. Jika jalan darat belum dibenahi, kiranya tak berlebihan jika perbaikan jalan menjadi seperti pemilu. Musiman saja dan teratur. Jalan diperbaiki setiap tahun. Dan, akan memperlambat laju transportasi dan distribusi barang kebutuhan pokok. Dari segi ekonomi ada kerugian. Demikain juga dari efisiensi waktu, kesehatan, dan kenyaman berkendara. Semuanya diragnkum dalam satu kata, memprihatinkan. Masihkah pemerhati rakyat di negeri ini membiarkan warganya prihatin? Kita tunggu pembenahannya.

Jakarta, 3/7/13
Gordi


Post a Comment

Powered by Blogger.