Negeri
ini selalu dilanda gempa. Memang tidak selalu di daerah yang sama. Daerah yang berbeda-beda
dilanda gempa. Dan, kalau dihitung-hitung boleh disimpulkan bahwa negeri ini
selalu dilanda gempa. Mungkin karena daerahnya luas. Kalau di Papua ada gempa,
orang luar negeri selalu mendengar berita Indonesia dilanda gempa. Demikian
juga ketika Yogya dilanda gempa, koran luar negeri juga memberitakan tentang
gempa di Indonesia. Tak ketinggalan jika gempa itu terjadi di Mentawai atau
Padang atau Aceh. Dan, rasa-rasanya Aceh selalu saja dilanda gempa bumi. Ilmu
alam seperti Fisika dan turunannya sudah memberi jawaban ilmiah. Itu terjadi
karena Aceh masuk dalam lingkaran patahan. Maksudnya daerah di bawah wilayah
Aceh masuk dalam lingkaran yang tanahnya selalu akan bergerak karena patahan
itu. Dan Aceh tidak sendiri. Padang juga terindikasi masuk lingkaran ini.
Jangan heran jika di sana selalu terjadi gempa entah besar atau kecil.
Saya
tidak mempersoalkan mengapa terjadi gempa. Gempa, bagi saya, merupakan gejala
alam. Sebagaimana matahari terbit dan terbenam, demikianlah gempa. Gempa
terjadi sesuai aturannya sendiri. Manusia dengan ilmu yang digelutinya bisa
menerka kekuatan gempa, titik pusat gempa, sedikit perkiraan waktu terjadinya,
tetapi tidak bisa memastikan berapa besar kerugian yang ditimbulkannya. Dan,
memang itu menjadi kewenangan pihak luar manusia. Manusia kiranya tidak bisa
memastikan atau menerka berapa kerugian gempa. Setelah gempa pun manusia tetap
tidak bisa menerka dengan pasti berapa kerugian. Paling-paling menjumlahkan
atau membuat perhitungan sementara lalu disimpulkan sekian.
Karena
gempa menjadi gejala alam, sebaiknya manusia juga belajar dari alam. Alam
memang mempunyai peraturannya sendiri yang kadang-kadang tidak bisa dipelajari.
Lihat saja sekarang, sedang hujan. Ilmu manusia memperkirakan bulan Juni-Juli
di Indonesia akan terjadi kemarau. Tetapi nyatanya sekarang hujan. Ini berarti
alam memang sulit ditebak. Gempa juga sulit ditebak karena menjadi gejala
alami. Setiap gempa selalu menuntut korban. Baik manusia maupun material
lainnya. Itu yang pasti dari gempa bumi. Korban itu bukanlah keinginan manusia
tetapi menjadi konsekuensi dari gejala alam itu. Jadi, tidak ada kaitan dengan
iman dan keyakinan manusia. Tidak bisa kiranya mengatakan karena kamu masuk
keyakinan A atau B, maka kamu menjadi korban gempa, maka gempa ini datang, maka
di sini selalu ada gempa hebat, dan maka-maka lainnya. Penyebab gempa bukanlah
keyakinan tetapi gejala alam. Itulah sebabnya tidak elok kiranya mengaitkan
gempa dengan keyakinan tertentu.
Manusia
kiranya bisa berusaha untuk menghindari jatuhnya banyak korban gempa. Dalam hal
ini, rakyat Indonesia kiranya perlu belajar dari rakyat Jepang. Jepang juga
termasuk negeri yang sering dilanda gempa. Tetapi di sana korban manusianya
tidak terlalu banyak seperti ketika terjadi gempa di Indonesia. Bukan untuk membandingkan.
Tetapi untuk mengatakan bahwa rakyat Jepang sudah siap menghindari gempa. Gempa
tidak bisa ditolak tetapi bisa dihindari. Dengan kata lain, gempa yang menjadi
gejala alam tetap terjadi dan tidak ditolak karena memang tidak bisa ditolak,
tetapi manusia menghindarinya. Manusia bisa menyelamatkan dirinya dari korban
gempa. Itulah yang selalu menjadi pelajaran turunan bagi rakyat Jepang. Alhasil
mereka tidak panik ketika terjadi gempa, dan tidak banyak yang menjadi korban
gempa.
Saya
kira pelajaran tentang bagaimana menghindari gempa amat relevan untuk rakyat
Indonesia terutama di daerah yang rawan gempa seperti Aceh dan Padang. Juga
Yogyakarta atau Kepulauan Mentawai. Dengan pelajaran itu, rakyat sudah siap dan
tidak huru-hara ketika terjadi gempa. Gempa tetap terjadi tetapi rakyat bisa
menyiasatinya agar tidak menjadi korban alias selamat. Tentu ini hanya omongan
belaka. Tetapi baik kalau omongan ini diteruskan ke telinga rakyat sehingga
rakyat kiranya banyak yang penasaran. Dari penasaran, mereka bertanya, dan
mereka akan berusaha mencari pengetahuan tentang bagaimana menyiasati gempa
ini. Dan, mungkin memang mudah diucapkan. Memang mengucapkan itu mudah.
Menerapkannya dalam hidup harian susah. Tetapi bukan berarti tidak bisa. Kalau
rakyat Jepang bisa pasti rakyat Indonesia juga bisa. Bukan sekadar mau meniru
rakyat Jepang tetapi demi keselamatan rakyat Indonesia yang juga sering
mengalami gempa.
Jadi,
pertanyaan mengapa Aceh selalu dilanda gempa, bukan saja dijawab dengan ilmu
alam, tetapi mestinya juga disertai dengan pertanyaan, bagaimana menyiasati
gempa yang selalu terjadi di Aceh? Itu yang kiranya relevan. Bagaimana menjadi
korban yang tidak dikorbankan dalam gempa? Bagaimana menjadi orang yang selamat
dalam gempa? Dan pertanyaan lainnya. Ini obrolan pagi setelah menyaksikan
berita-berita seputar gempa Aceh beberapa hari belakangan.
Jakarta,
6/7/13
Gordi
Post a Comment