Halloween party ideas 2015

Gempa bumi tak terpisahkan dari kehidupan kami. Kami, tidak seperti teman kami di daerah lain, dibesarkan dalam suasana gempa. Saat aku kecil, daerah kami dilanda gempa. Dan saat aku remaja, gempa itu datang lagi. Aku ingat, betapa orang-orang di kampung kami lari berhamburan ke luar rumah saat gempa. Dan keadaan serupa datang lagi, kini.

Aku tak asing dengan gempa. Tetapi setiap kali gempa selalu menyisakan trauma berat bagiku. Aku takut jika membayangkan berulang kali, detik-detik yang mendebarkan itu. Aku pun bisa menilai, jangan-jangan ke depannya, daerah kami akan terus dilanda gempa. Kata orang pintar, daerah kami masuk jalur gempa. Jadi, kapan pun, daerah kami selalu menjadi tempat gempa. Dan, kami akan mengalami keadaan yang selalu mendebarkan karena gempa itu.

Aku sudah tanya pada keluarga kami, kapan akan pindah. Jawabnnya selalu sama, kita tidak mungkin pindah dari daerah ini. Ini kampung kami, daerah kami, rumah kami, tempat kami dibesarkan, tempat kami mencari nafkah. Tak mungkin semuanya ini ditinggalkan. Kami memang sudah melekat dan menyatu dengan tanah leluhur kami. Memindahkan kami sama saja dengan memindahkan gunung. Mustahil kami akan pindah. Pertanyaan terus dilontarkan pada keluarga yang lain. Jawabnnya sama juga. Kami tidak akan pindah.

Kami tidak puas dengan jawaban orang tentang gempa yang melanda daerah kami. Mereka datang sesaat setelah gempa. Sambil memberi bantuan, mereka mengamati kami, membuat penelitian tentang gempa ini. Mereka juga memberi penjelasan panjang lebar tentang seluk beluk gempa itu. Kami terus bertanya. Dan kami mendapat banyak jawaban. Tetapi, dari semua jawaban itu, tidak ada yang memuaskan pikiran kami. Jadi, mengapa kami dilanda gempa? Atau tepatnya mengapa daerah kami selalu menjadi langganan gempa?

Kami bosan dengan penjelasan manusia. Jawabnnya bertele-tele. Apalagi kami orang kampung yang tidak pernah belajar tentang ilmu alam. Ilmu yang menuntut keseriusan cara berpikir. Kami tidak paham istilah yang mereka jelaskan. Kami pun akhirnya berani bertanya pada Tuhan. Tuhan, mengapa kami dilanda gempa? Apa salah kami? Apakah Tuhan ingin kami pindah dari tempat ini? Bukankah ini tanah leluhur kami? Ataukah Tuhan mau supaya kami tercabut dari leluhur kami?

Tuhan, kami tak bosan bertanya padamu. Kami merasa puas ketika bertanya padamu. Kami tahu kami tidak mendapat jawaban langsung darimu. Tetapi kami puas jika kami bertanya. Hanya dengan itu kami terhibur. Kami tahu, jika kami bertanya pada manusia, Kami tidak puas. Malah, kami tambah pusing dengan penjelasan yang rumit tentang kegempaan.

Tuhan, hanya kepadamu kami bertanya. Meski tak ada jawaban, kami tetap ingin bertanya. Mungkin memang kami hanya mampu bertanya dan tak mampu menjawab. Bagi kami, persoalan gempa ini, menjadi jelas ketika kami bertanya pada Tuhan. Tak ada yang lebih dari itu. Itulah sebabnya kami mohon, dengarkan kami yang selalu bertanya ini. Mungkin tidak ada jawabn yang kami dapat. Tetapi kami puas setelah kami bertanya.

PA, 7/7/13
Gordi

Post a Comment

Powered by Blogger.