Hari Minggu dikenal sebagai kesempatan untuk
foya-foya. Karena hari ini banyak orang menikmati akhir pekan, liburan akhir
pekan. Manusia memang suka foya-foya. Manusia ingin menikmati kesenangannya.
Meski foya-foya manusia juga ingin menggunakan hari Minggu untuk bersujud pada
Yang Mahakuasa. Itu karena hari Minggu dikhususkan untuk Tuhan bagi orang
Katolik dan Kristen Protestan.
Hari Senin biasanya dikenal sebagai hari huru hara.
Itu karena Senin menjadi awal pekan. Biasanya awal selalu menjadi sulit.
Memulai apa pun pasti mengalami kesulitan pada awalnya. Manusia hampir
mengalami ini setiap kali mengawali pekerjaannya. Itulah sebabnya awal pekan
juga menjadi berat.
Kesulitan juga biasanya menjadi awal untuk berjuang.
Manusia memang melewati masa sulit tetapi kemudian ia menikmati buahnya. Dia
sukses. Banyak orang sukses yang diawali dengan perjuangan yang sulit. Kiranya
semua setuju, kesulitan pada awal akan menjadi kebahagiaan pada akhir. Asal
saja dengan tekun mengikuti proses yang ada.
Antara hari Minggu dan hari Senin ada malam Senin.
Malam ini menjadi penengah antara dua hari yang kontras. Malam ini malam untuk
mengakhiri foya-foya dan mengawali huru-hara dengan persiapan. Yang sudah siap
akan menghadapi hari Senin dengan santai-santai. Dengan itu, Senin bukan lagi
huru-hara. Manusia memang suka huru-hara bila berebut hadiah. Hadiahnya tidak
seberapa tetapi gara-gara huru-haranya yang lain bisa terinjak.
Betapa pun buruknya huru-hara, sikap ini juga bisa
menjadi positif. Huru-hara menjadi tanda perjuangan. Tetapi ini bukan huru-hara
biasa. Huru-hara ini merupakan sikap terlatih. Dibiasakan atau dilatih untuk
bersikap huru-hara ketika ada situasi darurat. Huru-hara ini kiranya tidak
membahayakan yang lain. Sebaliknya ini justru untuk menyelamatkan yang lain.
Salam huru-hara.
Jakarta, 16/6/13
Gordi
Gordi
Post a Comment