Halloween party ideas 2015

Asap. Tak bosan-bosannya aku bicara soal asap. Asap dan aku bagaikan hidup dan mati. Kok aneh ya. Bandingan yang tidak sepadan. Apa sih asap itu sehingga disandingkan dengan aku yang adalah manusia? Bukankah manusia bisa membuat asap sedangkan asap tidak bisa membuat manusia?

Memang aku dan asap tidak bisa disandingkan. Tetapi, bukan berarti aku dan asap tidak boleh disandingkan. Aku dan asap, seperti aku katakan, bagaikan hidup dan mati. Aku besar karena asap. Aku hidup karena asap. Aku bertumbuh dan berjuang karena asap.

Asap bagiku adalh sumber hidup. Sejak kecil aku bergumul dengan asap. Di rumah asap itu menyelimuti rumah-dapur kami. Dari luar tampak membubung asap dari bubungan ijuk dapur kami. Di dalamnya ada api. Ada api berarti ada yang dimasak. Dimasak berarti ada yang akan dimakan, disantap. Dan begitulah ritual kami di pagi hari. Kalau tidak ada asap berarti tidak ada yang dimasak. Dan itu berarti kami tidak makan. Tidak ada bahan makanan untuk sarapan.

Asap adalah napas hidup. Tanpa asap, hidup tak berarti lagi. Dari asap kami memperoleh kehangatan. Kehangatan di awal hari yang memacu daya juang. Kami hidup dari asap. Makanan kami dimasak dengan api dengan balutan asap. Asap itu pertanda kami berjaung di dapur. Memanaskan makanan, menanak nasi, memanaskan air, menggoreng ikan/daging, dan sebagainya. Asap itu juga yang menyertai api yang akan kami gunakan untuk memasak pakan hewan peliharaan kami. Jadi, asap itu tidak saja napas hidup bagi kami tapi juga bagi hewan peliharaan kami.

Asap itu juga pertanda kesuburan. Asap bagi kami adalah sahabat dalam membuka ladang. Ada asap berarti ada sesuatu yang kami kerjakan di ladang. Asap itu ternyata selalu beserta kami baik di rumah maupun di ladang. Itulah sebabnya asap itu menjadi napas yang menghidupkan daya juang kami.

Sebagai napas hidup, asap itu tak jarang membuat kami tambah semangat. Kami sama sekali tak takut asap. Bagi sebagian orang, asap itu membutakan mata. Mata kami, seperti mata mereka, akan buta jika terkena asap. Tapi, kami bisa menghindar dari sengatan asap. Asap itu akan tetap ada dan akan tetap membutakan mata kami. Tetapi kami akan selalu berjuang untuk menyalakan api dan menghindari kepulan asap itu. Itulah sebabnya kami makin kreatif menghindari asap.

Kalau orang modern menghindari dan memusuhi asap, boleh jadi wajar karena mereka tidak pernah bergaul dengan asap. Hidung mereka mungkin mudah sesak karena kepulan asap. Mata mereka juga tidak kuat menahan kepulan asap. Tidak demikian dengan kami. Kami merasa asap itu adalah parfum. Parfum, sebagaimana kita tahu, sifatnya memberi keharuman. Dan, asap itu justru memberi keharuman pada tubuh kami, pakaian kami. Jangan heran jika badan kami berbau asap. Baunya yang mungkin menjijikkan untuk hidung orang modern. Tidak bagi kami. Orang ebrbau asap bagi kami adalah orang yang berjuang. Baik itu di dapur, atau di ladang.

Kami tidak menghindari dari asap karena asap menyertai perjalanan dan perjuangan hidup kami. Asap memang membuat udara jadi kotor. Dan kami sudah tercemar dengan udara kotor berasap. Tetapi kami tetap sehat dan bisa berjuang. Asap kami mungkin beda dengan asap pembakaran hutan zaman modern. Asap kami murni asap alami, hasil pembakaran bahan alam. Asap sekarang mungkin asap berbau politis dan hasil pembakaran zat kimia. Kongkalingkong pejabat yang suka parfum modern. Hasilnya adalah parfum asap yang menyengat hidung dan membuat sesak napas manusia di 3 negara.

PA, 27/6/13
Gordi

Post a Comment

Powered by Blogger.