Halloween party ideas 2015

foto oleh Matt Dearden-Indo Pilot
Sinabung, namamu kini ramai dibicarakan. Sinabung dan korban yang mati. Sinabung dan letusan. Sinabung dan suhu panas. Sinabung dan awan panas. Sinabung dan korban yang selamat. Sinabung dan kru penolong. Sinabung dan tokoh politik. Sinabung dan aparat pemerintah. Sinabung dan kru pemandu pengungsi.

Bukan itu saja. Sinabung juga masuk di koran lokal, nasional, dan internasional. Juga di TV lokal, nasional, dan internasional. Di internet pun ramai, dalam berbagai bahasa. Sinabung jadi sorotan mata para penikmat berita.

Menyebut Sinabung berarti menyebut Sumatera, menyebut Indonesia, Asia. Nama Sinabung melambung, nama Indonesia juga demikian. Tak lupa nama Jakarta, ibu kota negara, yang ditulis dengan berbagai bahasa. Jangan heran jika Jakarta pun kadang-kadang tidak ditulis sesuai aslinya.

Tetapi itu tidak penting. Toh yang jadi pusat perhatian adalah Sinabung. Sinabung bukan saja terkait dengan letusan. Tetapi, Sinabung juga dikaitkan dengan tahun politik, 2014, di Indonesia. Ramai bicara politik, ramai juga bicara SInabung. Melebur dalam satu paket. Yang datang menolong juga datang membawa pengaruh politik.

Namun di mata internasional, Sinabung tetap dikaitkan dengan alam, manusiawi, dan sosial. Lihatlah warga Jepang dengan monitor TV-nya memberitakan secara langsung dari Sinabung. Warga Jepang pun tahu bagaimana situasi terbaru di SInabung. Jepang bukan Indonesia tetapi Jepang memerhatikan Indonesia.

Sinabung, masihkah kamu dikaitkan dengan politik? Harapannya, tidak. Sinabung sekarang mesti dikaitkan dengan Alam, Manusiawi, dan Sosial.

Bagaimana cara bersahabat dengan alam? Itu yang mestinya dikembangkan oleh Indoensia. Ini penting untuk masa depan Indonesia.

Bagaimana cara menyelamatkan manusia secepat dan seakurat mungkin. Mengerahkan bukan saja tenaga manusia tetapi juga teknologi. Teknologi ini yang mestinya dikembangkan Indonesia.

Bagaimana cara melihat sesama sebagai makhluk sosial dan bukan sebagai ladang politik. Membantu atau memberi bantuan tanpa melihat status sosial, agama, suku, dan sebagainya. Ini yang mestinya ditanam di benak warga.

Sinabung namamu dikenang. Sinabung, marilah kita hidup bersama. Bersahabat sebagai sesama ciptaan.

Prm, 3/2/2014
Gordi

*Tulisan ini diambil dari tulisan saya di blog kompasiana

photo by Bree-breeleed
Wednesday, 29 January 2014, we celebrated the anniversary of our teacher. This morning she comes with new spirit. Maybe because today she was older, 36 years. We, all students welcomed him with a big smile and then we sang the happy birth day’s song, Happy Birth Day to You in Italian Language while hug with him. This is an Italian cultural. We usually do it when meet one another in one place or in the public place.

She carried a cake for us at this morning. We ate it when take a break in the bar. We also give him a gift, the Jesus Icon. One of my friends prepared it. I don’t know who is.

I remember one sentence that she said when enter in our class today, I more old today, I don’t like but…..

Really, every anniversary, our old increased, but in other word it means our life must go on. Our skill must also increase, our life must very well, our hope must more really.

I think like this. So, I don’t worry in every my anniversary. On the contrary, my thanks to the Created because I am still alive. He always gives me a new life. How about you?

Gordi 

foto oleh Larry Crause clickclicque
Melihat salju bukanlah hal baru bagi saya. Tapi, melihat salju secara langsung adalah hal baru bagi saya. Selasa, 28 Januari 2014, saya melihat salju. Turun salju untuk pertama kalinya di tahun ini. Sebelumnya diprediksikan akan turun salju tapi nyatanya baru hari ini. Saya yang masuk penduduk baru di Parma-Itali pun menunggu-nunggu saat ini.

Saya tidak begitu kagum pada mulanya. Toh saya sudah melihatnya di foto. Bukan hal baru. Saya tidak terlalu menanggapi dengan serius pertanyaan teman-teman yang seolah-olah menganggap saya baru pertama kali melihat salju. Tapi kemarin setelah beberapa jam Parma diguyur salju, saya jadi kagum. Semuanya jadi putih berkilau.

Pada mulanya saya mengambil beberapa foto. Tetapi belum putih semuanya karena pada permulaan. Saya menjepret salju yang turun dari langit seperti hujan. Di tanah atau atap rumah atau kap mobil belum ada. Selang berapa jam kemudian atap rumah jadi putih. Jalan aspal jadi putih.

foto oleh Mark Griffith
Benar kata guru saya beberapa waktu lalu, “Kota jadi indah jika turun salju.” Putih berkilau. Terang benderang. Sayang sekali bahwa saya tidak mengambil foto untuk pemandangan kedua ini. Kami sedang ada pelajaran. Tidak ada kesempatan untuk menjepret. Saya pikir pemandangan ini bertahan lama. Rupanya jam 1 siang hujan turun. Salju yang putih pun pelan-pelan jadi air, mencair. Dan jam 2 lewat sedikit ada matahari. Lenyap sudah salju putih ini.

Inilah pengalaman pertama melihat langsung salju. Saya siap menjepret jika besok ada salju lagi. Saya kira teman-temanku di Indonesia menunggu foto salju. Salam salju.

Parma, 29/1/2014
Powered by Blogger.