Halloween party ideas 2015

foto oleh Harrison Cable
Sulit mengaku salah apalagi kalah. Ini penyakit alami manusia. Mau mengaku menang, mau menang terus. Tak mau kalah apalagi mengakui kesalahan. Jika ini bisa sembuh, manusia akan bebas. Bebas untuk mengatakan, saya bersalah, saya mohon maaf. Dengan demikian perkara selesai. Tak ada debat panjang mencari siapa yang salah. Tetapi semudah itu kah perkara ini?

Tunggu dulu. Manusia biasanya sulit mengakui kesalahan. Memang ada segelintir yang mau mengakui. Untuk menjadi seperti segelintir ini butuh perjuangan keras. Perjuangan melawan kecenderungan alami manusia. Siapa yang mau kalah? Apalagi siapa yang mau disalahkan? Sebagian besar tidak mau. Tetapi mau bilang apa jika memang ada kesalahan. Pasti ada penyebabnya.

Kalau mau maju, beranilah mengakui kesalahan dan mengaku salah. Mudah sebenarnya tetapi sulit mengakuinya. Salah itu biasa, kata orang. Mengakui kesalahan itu baru luar biasa. Sebab banyak yang ingin menyembunyikan kesalahannya. Maunya tampil sempurna, perfectionis. Padahal jika mengakui kesalahan dia akan menjadi sempurna juga. Sempurna karena ada kesalahan dan ada pengakuan akan kesalahan itu. Sempurna karena dia memang pernah berbuat baik dan banyak berbuat baik tetapi pernah berbuat salah juga. Jadi dia mengakui tutur langkah yang benar dan salah.
———————————————————–
*Obrolan malam menjelang terlelap di alam mimpi.

PA, 17/9/2012
Gordi Afri

foto oleh Iannis Japiot
Menang. Satu kata. Kata yang diburu banyak orang. Terutama mereka yang mengikuti perlombaan. Entah olahraga atau permainan rekreasi lainnya. Selalu menang dan ingin meraih kemenangan. Kata ini saja yang ada dalam kamus mereka.

Ini bukan tentang para atlet di PON Riau. Ini tentang saya dan tim saya. Kami selalu menang dalam beberapa pertandingan belakangan ini. Pertandingan voli dan sepak bola. Bukan pertandingan besar. Tetapi, bagi kami, pertandingan ini amat seru dan menarik.

Bermain di lapangan kecil. Lapangan untuk bola voli. Sewaktu-waktu dialihfungsikan jadi lapangan sepak bola atau futsal. Digunakan sesuai kebutuhan. Kami memang tidak sedang berlomba. Tetapi sebagai kata kunci untuk semangat, kami ingin menang dan tidak mau kalah. Kalau pun kalah, kami tetap senang. Karena kami sudah berjuang keras sampai mencucurkan keringat.

Inilah yang kami cari yakni olahraga. Fisik diolah sehingga tetap bugar. Bukan dengan membelahnya menjadi serpiihan daging. Tetapi dengan menggerakkannya sehingga semuanya dalam kondisi baik. Tidak keropos seperti besi berkarat.

Kami hanya ingin belajar bekerja sama, belajar berjuang, belajar mengakui kesalhan dan mau belajar dari yang lain, belajar untuk disiplin, belajar menghargai orang lain. Demikianlah kami membuat olahraga dengan judul besar menacari keringat.

Kami menjadi pemenang dalam beberapa hari terakhir. Kami tak mau menjadi pemenang terus.  Nanti kami sombong. Seolah-olah mereka yang lain tidak mampu mengalahkan kami. Seolah-olah merka tidak ada apa-apanya dengan kami. Anggota tim pun diubah. Dan, kami pun kalah. Kami bersyukur kami tidak jadi jatuh dalam  dunia kesombongan. kami jatuh kembali dalam dunia rendah hati, penuh perjuangan, dan mengakui kelemahan.

Tidak bagus dan nggak seru kalau menjadi pemenang terus. Hidup mesti bervariasi, ada memang ada kalah, ada suka ada duka.
————————————
*Obrolan dini hari

PA, 18/9/2012
Gordi Afri


foto dari sini
Kursi Gubernur juga bupati atau walikota. Kursi dambaan setiap calon pemimpin. Inilah yang sedang ramai diperebutkan oleh beberapa pasangan kepala daerah. Tidak hanya di Jakarta. Di daerah lain juga ada perebutan. Perebutan melalui pemilihan umum.

**

Mengapa mesti diperebutkan? Kalau mau memimpin bukankah ada banyak wadah untuk memimpin? dari kepala keluarga, pemimpin di kelas, pemimpin di RT, RW, Kecamatan, organisasi dan perkumpulan?

Mengapa diperebutkan? Mengapa mesti merebut dengan cara mencari kelemahan lawan? Kalau mau memimpin, mulailah dengan tindakan real.

**

Mengapa mesti membeberkan janji-janji? Janji memang menjadi utang. Utang mesti dibayar. Tetapi dalam politik, apakah janji adalah utang juga? Jika ini berlaku berapa banyak utang yang belum dibayar oleh calon pemimpin di negeri ini?

Jika janji adalah utang, masyarakat kita akan mendapat banyak harta dari pembayaran utang itu. Janji tetap janji. Utang tetap utang.

Rakyat hanya menunggu dan boleh jadi berpasrah. Tak sedikit yang sudah apatis dengan janji. Toh tak ada gunanya berharap pada janji kampanye.

**

Lebih baik bekerja, berusaha, berjuang sendiri. Tak ada janji yang muluk-muluk. Tak ada yang menghujat, mengejek, mencela, dan mencibir. Semuanya tergantung pada usaha sendiri.

Mau berhasil berjuanglah. Mau hidup (makanan) enak, bekerjalah. Bukan berjanji, berjanji, dan berjanji hingga akhirnya janji tinggal janji.

PA, 18/9/2012

Gordi Afri

Powered by Blogger.