Halloween party ideas 2015

foto oleh Bang Ricki VanDirjo Sepur44
Malu Bertanya, Jalan Terus. Begitu komentar seorang mahasiswa baru di kota Yogyakarta. Ini tidak lazim. Orang sudah tahu pepatah, malu bertanya sesat di jalan. Memang demikianlah kenyataannya. Malu bertanya sesat di jalan. Dari mana lagi orang ini menciptakan pepatah baru ini?

Malu bertanya, jalan terus. Ada benarnya juga. Tidak bertanya maka mau tak mau ikuti ssaja jalan yang ada. jadinya berjalan tanpa tujuan yang pasti. Tidak berhenti untuk bertanya. Tidak tahu juga arah yang mau dituju.

Tetapi kalau jalan terus gara-gara malu bertanya jadi aneh. Apakah itu hanya manuver supaya tidak dibilang tersesat? Apakah itu mau menampilkan bahwa dia percaya diri? Dia tahu jalan? Dia tidak perlu bertanya?

Mungkin juga demikian. Tetapi bagaimana pun dia mesti bertanya, mencari tahu kalau tidak tahu. Memang kelihatannya tidak terjadi apa-apa kalau berjalan terus. Tetapi kalau jalan tanpa tujuan yang pasti itu aneh. Kecuali kalau memang dia sekadar berjalan mengenal lingkungan. Itu bisa dilakukan tanpa arah yang pasti. Tetapi kalau jalan dengan membawa tujuan tertentu sebaiknya ikuti arah yang tepat.

Saya tetap yakin dengan pepatah, malu bertanya sesat di jalan. Mungkin saja dia bisa berjalan terus. Tetapi jalannya itu bisa menyimpang dari arah yang mau dicapai.

Ah…ini orang mau lucu. Menciptakan pepatah yang bikin terkeco. Malu bertanya jalan terus. Tetapi itulah yang dibuat oleh sekelompok kawan baru. Dengan berjalan terus mereka banyak tahu daerah baru. Tetapi tetap tidak bisa mengikuti arah yang ditentukan sebelumnya.

PA, 5/9/2012
Gordi Afri

foto oleh Viva Desta
Satu tulisan satu hari. Begitu target saya bulan lalu. Jadi ada 30/31 tulisan dalam sebulan. Senangnya jika ini terjadi. Lepas dari jumlah pembaca yang meningkat, tulisan saya jadi banyak. Setahun bisa ratusan tulisan. Ini target yang harus dicapai.

Banyak menulis berarti banyak mengasah pikiran. Begitu salah satu latar belakangnya. senangnya bisa menulis banyak. Kenyataannya target itu belum 100% terpenuhi. Bulan lalu itu, hanya ada 26 tulisan. Kurang 5 tulisan. Tampaknya gampang, hanya 5 saja. Nyatanya sulit mencapai 5 tulisan itu.

Ada banyak kendala yang saya hadapi. Bukan sok sibuk tetapi melihat kesibukan saya, jumlah tulisan itu memuaskan. Di tengah kesibukan saya masih membuat 26 tulisan. Memang bukan penulis tetapi punya hobi menulis. Menulis demi mengasah otak.

Kendala berikutnya lagi soal koneksi internet dan komputer. Ketika koneksi internet putus, saya tidak bisa menulis lagi. Kadang-kadang juga komputer macet. JAdilah dua alasan yang saling mendukung untuk tidak menulis.

Bulan September ini ada semangat baru. Hari ini tanggal 7 dan baru 3 tulisan yang ada. Ada keinginan untuk mewujudkan target saya. Jadi nanti ada 30 tulisan. Semoga berhasil. Saya mencoba membuat lebih dari satu tulisan dalam sehari. Ini demi mencapai angka 30.

Meski mottonya satu tulisan satu hari, saya mencoba satu hari lebih dari satu tulisan. Kalau sudah genap waktunya, kembali lagi ke moto itu. satu hari satu tulisan.

PA, 6/9/2012
Gordi Afri

foto oleh Pojok Buku
Berkomentar di kompasiana. Inilah yang saya buat ketika tidak ada ide untuk menulis. Daripada membuat tulisan lebih baik membaca tulisan teman dan berkomentar seperlunya. Dengan berkomentar otak saya tetap segar. Segar untuk berpikir memberi komentar pada tulisan teman. 

Sebenarnya bukan hanya pada saat tidak ada ide menulis. Setiap kali membuka kompasiana saya sempatkan diri untuk memberi komentar, meski hanya satu, pada tulisan teman. selesai membaca saya membuat komentar. Namun jika tulisan itu tidak perlu dikomentari maka saya tidak akan membuat komentar.

Berkomentar di kompasiana ternyata mempunyai pengaruh besar. Pengaruhnya adalah mempunyai banyak teman. Teman sesama komentator. Melalui komentar kita bisa akrab, memberi guyon di dunia maya kompasiana. Dari kata-kata yang tertulis serasa seperti sudah bersua. Padahal tinggal di kota yang berjauhan. Melalui komentar itu kita jadi satu hati. Orang bilang satu hati aneka wajah. Di kompasiana ini, satu ladang aneka pekerja.

Gara-gara komentar itulah saya berteman dengan para dosen yang ada di kompasiana ini. Bukan dengan mereka saja, juga dengan teman-teman mahasiswa. Meski sudah tamat, saya masih merasa seperti mahasiswa. Hanya saja tuntutan membuat makalahnya sekarang tidak ada. Diganti dengan membuat tulisan di kompasiana. Dengan berkomentar, saya berteman dengan pakar ekonomi, pakar olahraga, pakar kesehatan, pakar sosial, pakar psikologi, pakar LSM, motivator, dan sebagainya.

Kompasiana ini menjadi ladang berbagai profesi. Disatukan dengan minat menulis. Menulis dengan berbagai tema termasuk menulis tentang dunia foto.

Lagi-lagi dengan berkomentar saya jadi tahu banyak hal. Setiap hal mungkin hanya tahu sebagian atau seperempatnya saja. tetapi paling tidak saya tahu sedikit dalam banyak hal.
Makanya, saya tak henti-hentinya memberi komentar di kompasiana ini. Komentar yang sopan dan sesuai kaidah. Sebab, kalau komentar saya membuat orang lain tidak nyaman, bisa dihapus. Dan bukan saja dihapus saya menjadi biang perusak relasi di dunia maya ini.
Selamat berkomentar….

PA, 8/7/2012
Gordi Afri

Powered by Blogger.