Halloween party ideas 2015

foto oleh Suparka
Seorang sahabat sedang bingung memikirkan keahliannya. Apa ya keahlian saya? Katanya. Susah ya memikirkan keahlian. Ya…kalau belum ada memang susah.

Keahlian menurut saya merupakan hasil dari karya. Buah dari karya kita adalah keahlian. Seorang dosen menjadi ahli kimia karena dia tekun mengajar kimia, membuat praktikum laboratorium dengan bahan kimia. ketekunannya setiap hari membuahkan hasil, dia menjadi ahli dalam bidang kimia.

Demikian juga petani yang ahli menanam padi. Keahliannya didapat setelah dia tekun dari tahun ke tahun menanam benih, mencari musim tanam yang cocok, mengatasi hama tanaman dengan berbagai cara, memberi pupuk yang pas, dan sebagainya.

Jadi, sahabat, kamu bekerja dulu baru dapat keahlian. Rajinlah bekerja, tekunlah berusaha, suatu saat kelak kamu dapat keahlian dalam bidang yang kamu geluti. Menjadi ahli berarti berani melewati usaha keras tanpa pantang mundur menekuni bidang tertentu.

PA, 28/8/2012
Gordi Afri

foto oleh Didi Sadli
Spanduk-spanduk kampanye. Spanduk bertebaran di kawasan ibu kota. Isinya berupa ajakan untuk memilih calon gubernur dan wakilnya. Di situ ada gambar/foto keduanya. Meski hanya ada 2 kandidat, spanduknya banyak dan bermacam-macam.

Memang demikianlah caranya supaya bisa terkenal. Media publik seperti spanduk bisa dilihat oleh banyak orang. Siapa yang memajang fotonya di spanduk seperti spanduk kampanye ini, siap menjadi orang terkenal. Demikianlah yang dibuat oleh tim sukses pemilihan kepala daerah ibu kota.

KAndidatnya ingin menjadi orang yang terkenal. Minimal dikenal oleh lapisan masyarakat. Kalau sudah kenal boleh jadi memilih dia menjadi kepala daerah. Inilah harapan dari calon kandidat.

Hari ini spanduk-spanduk itu dibersihkan, diturunkan dari pajangan. Luar biasa banyaknya. Padahal bukan masa kampanye. Beginilah manusia ingin mencari lebih. Lebih banyak waktu dari masa kampanye yang diberikan. Tujuannya tidak lain yakni agar lebih dikenal. Kalau dikenal karena prestasinya baiknya pasti akan dipilih. KAlau terkenal karena kurang prestasinya pasti akan diabaikan.

Tetapi siapa yang tahu prestasi sebenarnya kalau masyarakat hanya melihat spanduknya saja. DI spanduk tampak yang baik-baik, ganteng, menjanjikan, juga janji-janji kampanye. tetapi ini tidak mewakili keselruhan kepribadian sang kandidat. itu hanya yang terlihat. Yang tidak terlihatnya tidak ada yang tahu.

Manusia kadang terpesona dengan apa yang dilihat, yang tampak. Padahal yang tidak terlihat, boleh jadi, jauh lebih baik dari yang dilihat. Sayangnya manusia hanya ingin melihat yang tampak saja. Memang yang tidak kelihatan hanya bisa dilihat oleh mata hati, bukan mata indra.

Spanduk-spanduk itu memang bisa diturunkan. Biarkan masyarakat mencari yang tidak kelihatan dari sang kandidat. Biarkan pemandangan publik tidak diramaikan oleh spanduk-spanduk itu.

PA, 29/8/2012
Gordi Afri

foto oleh Power Fulking 1
Agama. Itulah institusi sosial yang mengikat manusia. Ada yang mengatakan agama bukan institusi sosial tetapi institusi religius. Okelah terlalu ribut untuk mempersoalkan hal ini. Tentu semuanya mempunyai argumen mengapa dikatakan institusi religius dan mengapa institusi sosial. Yang jelas para sosiolog agama akan mengatakan agama merupakan sebuah institusi sosial dalam masyarakat.

Sekarang ini peran agama sangat menentukan. Agama menjadi salah satu tanda yang diperhatikan oleh banyak orang. Agamamu apa? Agama dia apa? Agama mereka apa?
Kalau pertanyaan ini muncul boleh jadi orang ini sedang mempersoalkan asal-usul agama. Tentu kalau hanya sekadar ingin tahu tidak apa-apa. Ya supaya mudah diingat saja, si A dari agama A, si B dari agama B.

Tetapi kadang-kadang pertanyaan seperti itu muncul untuk membuat perbedaan. Kamu dan Kami. Kamu tidak boleh masuk dalam dunia kami. Kami tidak akan masuk dalam duniamu.
Jika seperti ini agama menjadi pemisah, pengurung, penjara. Dari sini juga akan mucul pemisahan dan pengelompokan. Jangan mau kalau diajak si A dari agama A, jangan memilih kalau si A dari agama A menjadi calon ketua kelas. Kalau seperti ini sebuah kelompok tidak akan maju. Semua anggota kelompok akan menjaga jarak dan memilih kelompok yang sesuai dengan baju agamanya, sukunya, dan sebagainya.

Bayangkan jika Indonesia ini seperti ini. Indonesia tidak akan seperti sekarang ini. Orang Indonesia akan terpencar dan membentuk kelompok sesuai agama, suku, daerah asal, dan sebagainya. Akan jadi repot misalnya orang Sumatera disatukan karena pulau. Tetapi mereka dipisahkan lagi oleh agama. Lalu dipisahkan lagi oleh bahasa. Maka tidak akan ada persatuan.

Maka, jika rakyat Indonesia ingin tetap mempertahankan bhineka tunggal ika, sebaiknya, jauhkan dari segala pengelompokan dengan berbagai kategorinya. Bolehlah pengelompokan itu ada, hanya sebagai pengetahuan saja. Jangan jadikan itu sebagai tolok ukur untuk memilih pemimpin yang tugasnya adalah MENYATUKAN dan MENYEJAHTERAKAN rakyat.

PA, 29/8/2012
Gordi Afri

Powered by Blogger.