Halloween party ideas 2015

foto oleh Viva Desta
Kompasiana sudah kaya dengan uraian tentang menulis. Saking kayanya, tulisan muncul silih berganti. Dalam sepuluh menit sudah terdapat 1o tulisan. Jadi setiap menit satu tulisan, katakanlah demikian. Kompasiana memang gudangnya tulisan.

Saya juga termasuk penyumbang tulisan di blog ini meski hanya beberapa saja dibanding teman-teman yang lebih dulu bergabung. Tetapi tidak apa-apa asal saja bisa menulis dan ada tulisan yang dihasilkan. Toh banyak sedikitnya tergantung kemampuan orang menulis dan banyaknya waktu untuk menulis.

Saya saat ini memikirkan bagaimana menulis pendek tetapi bermanfaat. Saya menelusuri tulisan di kompasiana ini. Ada orang yang menulis pendek tetapi pesannya jelas. Tulisan seperti ini bermanfaat, menurut hemat saya. Bukan karena saya benci tulisan panjang tetapi tulisan pendek bisa hemat waktu dalam membacanya. Saya suka menulis pendek tetapi sampai sekarang belum berhasil. Masih sering menulis panjang. Tetapi kalau tidak ada ide yang perlu dikembangkan cepat-cepat disimpan tanda titik dan tulisan pun berakhir.

Harapan ke depannya semoga saya bisa menulis pendek tetapi pesannya jelas. Juga isinya padat. Tulisan pendek tanpa isi atau pesan juga kurang bagus. Tulisan panjang disertai pesan yang jelas juga baik tetapi butuh banyak waktu untuk membacanya. Bayangkan tulisan 8-10 paragraf harus dibaca selama 2-3 menit. Memang ada trik membaca cepat tetapi tetap saja kurang menarik ketimbang membaca tulsian pendek tetapi padat isinya.
____________________
*Unek-unek sore akhir pekan

PA, 4/8/2012
Gordi Afri

foto oleh Dahlan Iskan Picture
Dua nama di atas saya sebut bukan karena mereka berseteru. Tetapi keduanya adalah tokoh favorit saya. Keduanya adalah wartawan di harian yang berbeda. Dahlan Iskan dulunya di TEMPO lalu menjadi bos di Jawa Pos. Abun Sanda tetap menjadi wartawan di harian KOMPAS. Saya tidak tahu mungkin Abun sebelum di KOMPAS bergabung dengan koran kecil-kecilan. Mungkin saja, hanya dia yang tahu. Dahlan Iskan kini menjadi menteri BUMN dan sebelumnya menjadi orang nomor satu di PLN. 

Keduanya menjadi ‘sahabat’ saya pada setiap Senin pagi. Kami berkomunikasi bukan dalam dunia nyata tetapi melalui media. Tulisan Abun Sanda selalu muncul di KOMPAS bagian ekonomi. Saya biasanya membaca tulisan dia sebelum tulisan lain. Saya hafal betul sejak beberapa bulan lalu, tulisannya muncul dan tetap di hari Senin pagi. Saya tidak terlalu akrab dengan namanya waktu itu. Tetapi begitu saya perhatikan 2 minggu berturut-turut namanya muncul di halaman pertama KOMPAS-ekonomi, saya pun tertarik membaca ulasannya. Ulasannya menarik bagi saya.

Dia mengangkat hal kecil yang berguna bagi orang besar di negeri ini. Tak jemu-jemunya dia mendorong pengusaha-pengusaha di Indonesia untuk berbisnis yang baik. Bukan berarti pengusaha itu selama ini berbisnis buruk. Tetapi, lebih dari sekadar untung, bisnis itu hendaknya mempunyai manfaat bagi rakyat banyak. Dia mengajak pengusaha properti untuk membangun sarana publik yang bisa dinikmati semua warga dan memudahkan akses bagi masyarakat luas. Ini salah satu model ulasannya.

Model ulasan lainnya misalnya membandingkan pengusaha Indonesia dengan pengusaha di negara-negara maju. Menurut saya, ulasan seperti ini menarik dan bagus. Paling tidak demi perkembangan pengusaha Indonesia ke arah yang lebih baik. Hal itu ditunjukkan misalnya mengajak pengusaha-pengusaha kita untuk membangun properti yang berbasis lingkungan. Bangunan megah, tinggi menjulang, tetapi tidak merusak lingkungan.

Selain tulisan Abun Sanda, saya juga akrab dengan tulisan Dahlan Iskan. Dari sinilah saya mengikuti perkembangan karya Dahlan Iskan. Tulisannya muncul di koran Jawa Pos setiap hari Senin. Saya hanya sekali membeli koran Jawa Pos. saya lebih sering membaca tulisannya melalui website yang khusus mengumpulkan tulisannya. Sesekali saya mengunjungi langsung tulisannya di koran Jawa Pos online.

Tulisannya menarik untuk dibaca. Dia menceritakan pengalaman perjalanan juga pengalamannya selama menjabat di PLN dan BUMN. Dia juga tak segan-segan menulis pengalamannya berkaitan dengan kesehatannya, berobat ke luar negeri, dan sebagainya. Tulisannya seperti cerita. Dan memang dia pernah mengatakan bahwa tulisan yang bagus adalah tulisan yang muncul dari cerita. Maksudnya, kalau orang bisa bercerita maka dia bisa menulis. Dia mestinya menulis sesuai tuturannya. Di sinilajh letak kekuatan tulisan Dahlan Iskan.

Tulisan kedua tokoh ini menjadi menu bacaan pada Senin pagi. Sampai sekarang saya masih mengikuti perjalanan tulisan keduanya. Dari mereka saya belajar bagaimana menulis yang baik dan bermanfaat. Belajar dari orang-orang yang sudah mahir dalam hal tulis menulis. Akhirnya semoga sharing saya ini menjadi inspirasi bagi warga kompasiana agar menulis lebih baik dan lebih menarik lagi bagi banyak orang terutama pembacanya.
Selamat malam

PA, 6/8/2012
Gordi Afri


foto oleh A Sekar Ningsih 2002
Bingung atau bengong mau menulis tema apa. Seharian ada aktivitas tetapi tak ada yang bisa diulas. Mungkin memang bisa diulas tetapi tidak menarik untuk dinilai oleh saya sendiri. Lantas, saya pun tak jadi menulisnya.

Dari tiada menjadi ada. Demikianlah yang bisa saya katakan. Bukan karang-mengarang tetapi faktanya demikian. Tidak ada ide atau topik yang mau diulas. Makanya situasinya TIDAK ADA ide. Nah daripada sibuk-sibuk memeras otak mencari ide lebih baik situasi TIDAK ADA itu dijadikan ide tulisan. Maka, dari TIDAK ADA menjadi ADA.

Menarik menulis tentang ide TIDAK ADA. Karena yang ADA itu menjadi berarti ketika mengalami dan menyadari yang TIDAK ADA. Betapa berharganya (ada) IDE ketika mengalami situasi tidak ada IDE. Tidak ada ide seperti kosong-melompong, tak ada yang bisa dimaknai. Tetapi dalam waktu bersamaan yang tidak ada itu justru bisa menjadi sesuatu yang berharga. Berharga karena bisa menjadi sumber tulisan. Di sinilah yang TIDAK ADA itu menjadi ADA.

Ini bukan tulisan main-main. HAnya mau mengatakan bahwa sering kali kita mengalami situasi TIDAK ADA ide untuk menulis. BAhkan sulit sekali menemukannya. Tentu saja tidak semua orang mengalami hal seperti ini. Ada yang dengan gampang menemukan ide tulisan. Entah mengapa hari ini saya tidak menemukan ide tulisan seperti hari-hari sebelumnya. Untunglah saaya menemukan ide untuk menulis tetang TIDAK ADA ide.

Yang TIDAK ADA itu menjadi sesuatu yang pasti karena sering kali dialami. Maka tak salah jika disimpulkan bahwa yang ADA itu adalah yang TIDAK ADA. Boleh juga dibalik yang TIDAK ADA itu adalah yang ADA. Ah…membosankan atau mungkin juga membingungkan membuat kesimpulan seperti ini. JAngan-jangan ada kompasioner nanti yang menilai ini SESAT PIKIR. Biarlah dia menilainya demikian nanti jika itu terjadi. Itu memang haknya dia. Tetapi saya menulis ini dengan sadar dan dengan ide yang runut.

Sekian saja daripada panjang-panjang jadi tidak enak dibaca.

PA, 8/8/2012
Gordi Afri

Powered by Blogger.