Halloween party ideas 2015

Scuola Italiana 4

la foto a Mantova
Oggi, 14 gennaio 2014, in scuola italiana abbiamo fatto 3 cose. Prima, abbiamo fatto i compiti. Seconda, abbiamo letto una storia. Terzo, abbiamo giocato.

Nella prima cosa, abbiamo fatto durante un’ora. C’erano 3 compiti. Ogni uno di noi abbiamo sentito la spiegazione dell’insegnante. Ci sono gli errori che dobbiamo correggere. Anche nella seconda cosa non è troppo lungo. Era solo 30 minuti. Ogni uno di noi abbiamo letto una parte della storia. C’erano 4 pagine. Quindi, ogni uno ha letto una pagina.

In terza cose abbiamo fatto durante più di un’ora. In questo gioco abbiamo fatto qualche frase. Ogni parte c’era un verbo. Abbiamo fatto una frase con questo verbo. Eravamo contenti di fare questo gioco.***

Gordi

Hari Bersejarah (2)

foto oleh kaupffup2013
Saya tak jemu-jemunya mengatakan sejarah itu penting. Bukan karena tanpa sejarah sebuah bangsa akan mati. Sejarah bisa menjadi sebuah ranting kehidupan sebuah bangsa. Jika ranting itu patah tak ada lagi pohonnya. Saya tahu banyak anak-anak SD dan SMP bahkan SMA yang tidak suka sejarah. Saya tetap akan mengatakan cintailah sejarah bangsa.
Seperti postingan saya sebelumnya di blogspot menyinggung soal sejarah. Kali ini juga akan saya singgung hari bersejarah lainnya. Konteksnya masih sama yakni menjelang akhir masa kuliah di STF Driyarkara. Saya langsung saja menyebut tanggalnya yakni 25 Mei 2012 (hari Jumat).

Pada hari ini saya kembali diuji oleh 3 dosen dalam ujian penentu. Ujian itu setara dengan skripsi yang juga diuji oleh lebih dari satu dosen. Memang ada perbedaan bobotnya. Ujian skripsi berbobot 6 SKS (Satuan Kredit Semester) sedangkan ujian yang ini hanya 3 SKS.
Ujian ini dikenal dengan sebutan Ujian Komprehensif. Komprehensif berarti secara keseluruhan. Ujian ini mencakup bahan kuliah dari semester 1 sampai 8. Bukan berarti semua mata kuliah. Lebih kurang ada 9 mata kuliah. Bahan-bahannya diringkas dalam 36 tesis.

Tesis di sini jangan dicampuradukkan dengan tesis sebagai tugas akhir mahasiswa S2 atau master. Tesis merupakan sebuah pernyataan yang mesti dijelaskan penjabarannya. Dalam ilmu filsafat dikenal istilah tesis-antitesis-sintesis. Nah, sintesis itulah yang merupakan pernyataan yang sudah dijelaskan penjabarannya secara detail. Tesis merupakan sebuah pernyataan yang masih perlu dijelaskan isinya.

Tesis-tesis inilah yang akan diuji saat ujian komprehensif. Mahasiswa akan menjawab 3 tesis yang dipilih secara acak oleh 3 dosen penguji. Seorang dosen akan bertanya setelah mahasiswa menjelaskan tesis yang dipilih. Dalam kesempatan inilah dosen akan menguji kemampuan berpikir mahasiswa. Biasanya mahasiswa berpikir logis setelah mengikuti kuliah 4 tahun. Untuk mengujinya, salah satunya, dengan ujian ini. Tiap dosen menggunakan metode ini. Jadi, seorang mahasiswa itu betul-betul diuji kemampuannya dalam menjelaskan sesuatu.

Ujian ini biasanya menuntut keseriusan dalam mempersiapkan bahan. Juga kesiapan mental. Ada beberapa teman yang karena rasa gugup menguasainya, dia tidak bisa menjawab satu kata pun dalam ujian. Sadis bukan? Maka, persiapkanlah mental dengan baik. Beberapa teman lagi gagal karena belum mampu menjelaskan dengan baik dan detail tesis yang diuji.

Peristiwa ini menjadi sejarah dalam hidup saya. Dengan persiapan yang belum terlalu matang, saya memberanikan diri menghadap ketiga dosen penguji. Saya baru saja keluar dari rumah sakit sehingga persiapannya juga agak kurang. Tiap hari hanya ada waktu sekitar 1-2 jam untuk persiapan tesis. Selebihnya saya istirahat karena masih lemas.

Tetapi saya berterima kasih kepada pihak sekretariat kampus karena memberi saya waktu belajar secukupnya. Jadwal ujian saya ditunda dari jadwal semula yakni Senin, 21/5/2012. Penundaan ini karena kondisi kesehatan saya tidak memungkinkan untuk ujian hari itu. Hari Kamis minggu sebelumnya saya baru keluar dari rumah sakit.

Saya tetap berusaha mempersiapkan diri dengan baik juga disesuaikan dengan trik-trik menghadapi dosen penguji. Tesis-tesis diuraikan dengan bahasa sendiri. Trik menghadapi dosen penguji juga sudah disiapkan. Betapa kagetnya saya ketika semua ini sia-sia. Dosen penguji diganti pada hari ujian. Untungnya pagi hari saya ke kampus melihat ulang jadwal. Terkejut sekaligus kecewa karena dua dosen diganti. Mulai saat itu saya meyakinkan diri saya bahwa ujian ini tidak tergantung pada dosen penguji tetapi tergantung pada persiapan diri. Usaha meyakinkan diri ini berhasil. Saya tidak gugup berhadapan dengan dua dosen yang diganti. Saya bersyukur karena saya bisa menjelaskan tesis yang diuji dengan baik.

Inilah bagian dari sejarah hidup saya. Sejarah ini menjadi tonggak bagi saya untuk melangkah ke dunia selanjutnya yang sama sekali lain. Dunia yang tidak lagi antara menjelaskan dan mendengar. Tetapi, dunia yang kadang-kadang membutuhkan pertanggungjawaban yang rasional dan logis. Dunia yang hanya bekerja saja tanpa berdiskusi. Terima kasih untuk Sang Empunya yang membolehkan saya mengalami masa sejarah ini.

CPR 3/6/2012
Gordi Afri

foto oleh news_pd
Nama artis-politikus Theresia Pardede (Tere) tenar beberapa hari belakangan. Keputusannya untuk mundur dari politisi DPR dan demokrat sungguh mengagetkan. Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso pun kaget atas keputusan Tere. Saya yang tidak terlalu akrab dengan berita politik yang membosankan itu tidak kaget. Saya tidak mengenal Tere. Saya mengenal Tere ketika media memberitakannya akhir-akhir ini.

Tentu tak penting saya kenal atau tidak. Toh, saya juga bukan orang penting. Tetapi saya senang dengan berita seperti ini. Saya tertarik melihat gerak langkah orang yang mundur dari sebuah jabatan. Artinya bukan orang lain yang menurunkan dia dari jabatan tetapi atas inisiatifnya sendiri.

Lepas dari alasan yang dibeberkan media, saya salut dengan langkah mundur Tere. Orang lain yang memilih dia menjadi anggota DPR tetapi dia yang memilih untuk mundur dari jabatan itu. Ini tandanya Tere mempunyai pegangan hidup yang kuat. Orang yang mempunyai pegangan hidup biasanya tidak diombang-ambingkan oleh rayuan sesaat dari orang-orang di sekitarnya.

Boleh jadi Tere merasa tidak nyaman dengan pekerjaannya sebagai politisi. Tetapi ini hanya rekaan saja akrena hal ini tidak dibeberkan media dan tidak diungkapkan Tere. Hanya saja, kalau itu terjadi, Tere sudah mengambil jalan yang benar yakni menghindar dari ketidaknyamanan itu dan sebisa mungkin tidak tercebur ke dalamnya.

Mungkin ada yang menilai langkah Tere keliru. Apa yang kurang jadi anggota DPR, gaji banyak, mau keluar negeri untuk studi banding sambil jalan-jalan bisa, mau keliling daerah di Indonesia bisa, mau punya sekretaris pribadi dan staf ahli bisa. (Saya tidak tahu bagaimana peraturan tentang sekretaris pribadi dan staf ahli ini. Tetapi saya pernah membaca ada anggota DPR yang mempunyai staf ahli selain sekretaris). Tetapi Tere memilih untuk keluar dari kenyamanan dan kemewahan ini.

Apakah Tere bosan dengan semua ini? Kan bisa buat variasi biar tidak bosan. Apakah Tere mau mengabdi kepada rakyat yang menderita dengan jalan meninggalkan kemewahan ini? Hanya Tere yang bisa menjawab. Selagi dia belum mengatakan alasan ini maka hanya dugaan yang bisa dilontarkan. Alasan yang ia ungkapkan di media hanya mau merawat keluarganya.

Saya melihat langkah Tere ini sebagai langkah yang benar dan rendah hati. Tere bisa saja merasa tidak mampu mengemban tugas di DPR maka dia memilih untuk mundur. Jika demikian Tere sudah mengakui kemampuan dirinya. Tere tidak termasuk orang yang gila kekuasaan sehingga memaksa diri duduk di bangku parlemen meski dia tidak mempunyai sumbangsih bagi rakyat. Ini berarti bahwa Tere bukan penakut. Dia memilih mundur karena berani mengakui keadaan dirinya (kemampuan-kelemahan kinerjanya).

Langkah Tere ini boleh dibilang langka dalam ranah politik di Indonesia. Orang seperti Tere bisa dihitung dengan jari. Kalangan media dan lembaga survei yang mempunyai penelitian dan pengembangan (litbang) mungkin bisa membeberkan siapa-siapa saja politikus yang memilih mundur karena kemauan sendiri. Kita menunggu Tere-tere yang lain.

Mungkin terlalu berat meninggalkan rumah rakyat yang penuh kemewahan itu. Tetapi orang seperti Tere mampu melampaui kemewahan yang ada. Mungkin ada politisi yang belum puas dengan keinginan manusiawinya sehingga enggan meninggalkan ruang itu meski berbagai tuduhan/dugaan negatif (korupsi, selingkuh, penyelewengan lain) dilontarkan kepadanya. Sulit memang mencari Tere-tere yang lain. Tetapi saya yakin masih ada orang yang mau mendengar jeritan hati kecilnya. “Kalau memang tidak sanggup lebih baik mundur. Kalau memang salah lebih baik mengakui. Kalau memang keliru lebih baik diklarifikasi.”

Salam salut untuk Tere.

CPR, 4/6/2012
Gordi Afri

Powered by Blogger.