Halloween party ideas 2015

picture from internet
At this time, I want to tell about the silent places. I don’t plan to tell it. This idea turns up when I attend the retreat. Today, 5 November 2013, myself and the other member of our community in Parma celebrated the Feast of Saint Guido Maria Conforti. The Feast finished at lunch. After that, we went to the other city Ravena to follow the retreat.

This retreat, for me, was this much. During this year, I have followed the retreat in Indonesia. Every did retreat I always attract with the silence. Therefor I write about the silence.

First night, in this place, I entered the prayer room, the chapel. I feel the silent situation. I want to pray in this room. First, because my interest in this situation. Second, because I want to enjoy this situation. After praying, I remember the other places where I did retreat. Almost all that place have the silent places. Every retreat I feel this situation.

There are many things in silence. Physically we are silent but psychologically, or intelligently, we are not silent. We think many things. Remember one moment, one situation, one activity, and so on. I think these things were important.

Therefor I suggest in order to we create one moment for silent. We can seek one place where we can fill the silence.

Gordi

foto oleh Dismolanza
Jangan bilang sulit memulai menulis. Yang sulit adalah kemauan untuk menulis. Kalau kemauan ada, menulis jadi gampang. Ada kemauan ada jalan.

Saya punya satu tips untuk memulai menulis yakni melihat komentar atau berkomentar tentang satu tulisan. Saya yakin kalau kita sering berkomentar tentang tulisan teman, kita jadi terangsang untuk membuat tulisan.

Coba saja iseng-iseng membuat beberapa komentar pasti kita akan biasa menulis. Komentar itu sendiri termasuk tulisan. Tinggal saja mengembangkan komentar itu, jadilah tulisan yang siap ditayangkan. Jadi, mulailah dengan komentar.

Ini hanya salah satu tips. Ada banyak tips lainnya yang bisa membantu. Intinya jangan pernah mengeluh dengan membuat tulisan.

Komentar sekalipun itu sangat jorok, tetap ada manfaatnya. Bisa saja kita melihat pelajaran di balik komentar jorok itu. Nah, kalau yang jorok saja bisa diubah jadi yang baik apalagi komentar yang baik mungkin sekali dibuat lebih baik lagi.

Jadi, tunggu apalagi, mulailah menulis sekarang juga.
Selamat pagi semuanya,….

CPR, 23/3/2012
Gordi Afri

foto oleh wahyou_jp
Gubernur sebagai pemimpin masyarakat hendaknya tidak tinggal diam di kantor tetapi turun ke lapangan merasakan kehidupan rakyat kecil.

Terkait dengan pilkada Jakarta, ada beberapa hal yang mesti dirasakan juga oleh gubernur nanti. Masyarakat mengharapkan agar gubernur dan rakyat sama-sama merasakan hal itu. Bukan sekadar merasakan tetapi bagaimana mencari solusinya.

Masalah banjir misalnya. Semua warga sudah tahu kapan banjir itu menghantui mereka. Dan pada saat itu rakyat menjadi korban. Kantor-kantor pemerintah sampai istana juga terkena imbasnya. Tetapi masyarakat seolah-olah tinggal sendiri. Solusi yang diajukan pemerintah bersifat reaksif. Bantuan sementara untuk masyarakat biasanya hanya dengan memberi sembako dan peralatan transportasi lainnya. Nah, sampai kapan hal ini menjadi sandaran? Bukankah kalau ada solusi permanen, masyarakat Jakarta tidak sibuk lagi dengan masalah klasik ini?

Karena banjir merupakan masalah besar di Jakarta maka penanganannya mesti melibatkan semua warga Jakarta. Beberapa ahli tata kota baik dari dalam maupun luar negeri pernah mengatakan penanganan banjir mesti ada keterlibatan warga. Hanya dengan itu masalah banjir bisa diatasi.

Sebagai langkah awal, warga sebaiknya dilibatkan untuk menjaga pemukiman mereka agar tetap bersih. Pemandangan yang tidak asing kiranya ketika di mana-mana ada sampah berserakan. Lebih parah lagi ketika sampah itu menghambat perputaran air di setiap selokan. Kunci utama masalah banjir adalah masalah kelancaran saluran air.

Oleh karena itu, mesti ada gerakan dari atas yang didukung oleh gerakan dari bawah untuk menuntaskan masalah sampah yang menjadi biang keladi masalah banjir. Gerakan ini bukanlah gerakan sekali jadi tetapi membutuhkan proses. Tidak gampang menggerakkan warga Jakarta yang sudah sedemikian kehilangan kepekaan akan masalah sampah untuk berubah sikap. Tetapi seperti kata pepatah, tak ada yang sulit selain memulai mengerjakannya.

Tulisan ini terkesan ideal belaka namun saya yakin kalau masalah sampah diatasi, kehidupan warga Jakarta akan berubah. Oleh karena itu, kepada para calon gubernur dan wakil gubernur, harapan kami ini disampaikan. Kami akan mendukung dengan banyak bekerja (bukan banyak berkata-kata) jika bapak-bapak sekalian memulainya. Kami orang kecil kadang-kadang membutuhkan dukungan dari bapak-bapak yang mempunyai pengaruh besar bagi kehidupan bersama.

CPR, 25/3/2012
Gordi Afri

Powered by Blogger.