Halloween party ideas 2015

foto oleh gpidsacramento
Lampu-lampu kerlap-kerlip menyala di mana-mana, khususnya di gereja-gereja dan rumah-rumah umat Kristiani. Berbagai warna memancarkan kekhasannya, merah, kuning, putih, biru, hijau, dan sebagainya. Inilah keragaman manusia. Hiasan-hiasan indah terpasang di pintu gereja, di sekitar kandang natal di dalam gereja, di sekitar altar gereja. Semuanya ini memperindah dan menciptakan suasana khusus. Memang, umat Kristiani sedang merayakan pesta Natal, pesta kelahiran Yesus Kristus.

Seorang teman bercerita, semasa kecil, perayaan Natal merupakan perayaan besar, ramai, dan khusyuk di kampungnya. Satu keluarga bersama masyarakat ikut bergembira menyemarakkan pesta ini. Saat itu, tak ada hal lain kecuali semua orang bersatu dan bergembira bersama. Tiap orang berjabatan tangan dengan tetangganya sambil mengucapkan “Selamat Pesta Natal”.

Kita lihat di media beberapa hari belakangan, keluarga-keluarga Kristiani menyiapkan kue dan jenis makanan lainnya. Mulai dari yang tradisional sampai kue dan makanan khusus yang dipesan di rumah makan elit. Kantong dikuras untuk membeli semua itu. Entahlah umat memilih sesuai selera dan kebutuhannya. Semoga saja semua itu membantu mereka menemukan kegembiraan.

Semestinya kegembiraan Natal ini tidak berhenti di sini tetapi berlanjut terus untuk kehidupan selanjutnya. Keluarga menciptakan kegembiraan bagi anggotanya. Pemimpin menggembirakan bawahannya. Bos menggembirakan karyawan/wati dan anak buahnya. Mengutip St Kartono (Kompas, 22/12/2011), para guru menggembirakan para muridnya. Namun, kegembiraan itu semestinya tidak melulu terpaku pada hal material-fisik belaka. Ini sebuah tantangan.

Mol-mol dan pusat belanja berlomba menawarkan barang-barang dengan diskon besar menjelang Natal. Umat mungkin tergoda dengan semua itu. Hendaknya, kita ingat bahwa Yesus datang ke dunia untuk semua manusia. Oleh karena itu, kita semestinya mengingat mereka yang belum beruntung alias miskin. Romo Aloys Budi Purnomo, Pr mengatakan perayaan Natal mesti berpihak pada yang miskin (Kompas, 21/12/2011). Sebagian besar dari masyarakat Indonesia masih miskin secara ekonomi. Maka, agak kurang greget jika kita membeli barang mewah semntara saudari/a kita yang lain belum mendapatkan rezeki secukupnya.

Kemiskinan menjadi masalah besar di negeri ini. Kemiskinan ini kiranya masuk dalam kategori daerah “Lorong Gelap dan Panjang” (Romo BS Mardiadmaja, SJ dalam Kompas, 24/12/2011). Mengutip Mardi, lorong itu gelap dan panjang. Penghuninya berusaha sekuat tenaga untuk keluar namun belum berhasil juga. Pesan Natal bersama PGI-KWI tahun ini menyerukan sebuah semangat baru untuk keluar dari lorong gelap itu. Akankah terjadi bahwa “Bangsa yang Berjalan dalam Kegelapan Telah Melihat Terang yang Besar?” Hemat saya, seruan ini merupakan seruan kenabian untuk menyemangati bagsa ini keluar dari silang sengkarut kegelapan itu. Usaha ini bukanlah usaha mudah. Namun, kalau dikerjakan bersama, mulai dari diri sendiri dan mulai dari hal kecil, kiranya harapan itu tercapai.

Melihat persiapan Natal di berbagai gereja yang penuh kreasi dan juga tampaknya memakan biaya tinggi, kita mesti waspada. Paus Benediktus XVI dalam pesannya mengatakan, hendaknya kita tidak berhenti dan terpaku pada pohon Natal, tetapi menembus batas cakrawala untuk sampai pada Allah. Ada bahaya jika kegembiraan seperti diserukan pada awal tadi terletak pada persiapan material-fisik belaka. Pohon Natal dengan kemewahannya jauh dari kesan karut-marut situasi masyarakat. Semoga umat Kristiani menyiapkan hati untuk menyambut kelahiran Yesus.

Saat ini, perayaan Natal sedang dan akan berlangsung. Kita semua mengharapkan agar perayaan ini berlangsung aman hingga besok tanggal 25. Kehadiran aparat keamanan di sejumlah gereja hendaknya memperlancar acara ini. Ada yang berkomentar, kehadiran aparat keamanan justru membuat perayaan tidak nyaman. Kita menghargai upaya aparat keamanan dengan kebijakannya. Namun, semestinya mereka juga tahu umat tidak biasa mengikuti perayaan di gereja dengan kehadiran pihak keamanan. Maka, berhati-hatilah agar tidak terjadi kesalahpahaman antara aparat keamanan dan umat. Semua berjalan sesuai perannya. Selamat Natal untuk umat Kristiani yang merayakannya.

CPR, 24/12/2011
Gordi Afri


foto oleh Donald Palansky Photography
Natal kali ini amat istimewa bagi saya. Istimewanya terletak dalam beragamnya ucapan selamat Natal yang dikirim teman-teman saya. Saya termasuk orang yang hobi membandingkan ucapan Natal dari tahun ke tahun. Dari perbandingan ini, saya melihat tahun ini ada peningkatan jumlah dan beragamnya isi ucapan itu. Tentang peningkatan, hal ini dipengaruhi juga oleh meluasnya jaringan pergaulan saya. 

Ada beberapa sahabat Muslim yang memberi ucapan selamat. Ini bukti bahwa, mereka sudah menerima saya sebagai sahabat, dan mereka menghargai saya dengan segala perbedaannya. Kepada beberapa teman Muslim, saya bertanya, katanya ada larangan untuk mengucapkan Selamat Natal. Mereka mengatakan itu kehendak pribadi tanpa dilandasi imng-iming lain. Ini berarti bahwa larangan itu (kalau memang demikian adanya) sebenarnya ditafsirkan macam-macam.

Romo Aloys Budi Purnomo, hari ini di KOMPAS mengatakan, seorang Muslim tidak serta mengimani Yesus dengan ucapan selamat hari Natal kepada umat Kristiani. Jadi, mengucapkan selamat Natal tidak berarti bahwa seseorang mengimani Yesus. Kalau larangan ucapan selamat Natal benar-benar ada dalam ajaran Islam berarti banyak yang melanggar, termasuk Presiden SBY yang mengucapkan selamat Natal kepada umat Kristiani di Indonesia.

Berikut ini saya sertakan beragam ucapan selamat Natal dari sahabat saya. Ucapan ini merupakan ekspresi kegembiraan selama Natal tahun ini. Ada ekspresi lain yang diungkapkan ketika saya bertemu langsung dan berjabatan tangan. Yang ada di sini adalah ucapan yang dikirim lewat media sosial seperti facebook dan surat elektronik.

Ada yang berupa rumusan sederhana dan lazim, “Met Hari Natal ya…” Ada lagi rumusan lain yang lebih panjang. “Tak terasa waktu terus berlalu bagaikan air mengalir yang tak pernah kembali. Hari-hari yang dilalui penuh dengan suka dan suka, itulah seni hidup. Tetapi, ingat satu hal yang pasti, ‘KASIH SETIA TUHAN’ tak pernah berakhir dalam hidup kita. Selamat menantikan detik-detik masa raya adven (masa penantian-dari saya)-Natal Tuhan Yesus Putra. Natal memberkati kita semua….Haleluya..Amin!”

Ucapan ini menekankan tentang KASIH SETIA Tuhan, mudah-mudahan saya juga SETIA.
Ada lagi rumusan pendek. “Selamat Natal ya…Damai dan Kasih-Nya selalu menyertai kita…”

Beda lagi dengan rumusan penuh kreasi berikut ini, “Detik demi detik berlalu. Tanpa kita sadari NATAL sudah hampir tiba, maka marilah kita saling memaafkan, untuk memulai bulan yang penuh berkat tanpa ada DOSA di antara kita!! Dengan setulus hati, kami ucapkan SELAMAT MENJELANG NATAL 2011 dan HAPPY NEW YEAR 2012.”

Ada teman yang mengucapkan dalam 2 bahasa, “JOY BLESSING, LOVE, PEACE, HAPPINES are my wishes for you this Christmas, ‘MERRY CHRISTMAS’ Semoga indahnya damai Natal bisa membuat kita semakin dekat dengan Tuhan dan semakin membuat kita sadar arti kata ‘Mencintai’ dan ‘Mengasihi’ sesama.”

Lain lagi dengan ucapan bernada puitis berikut ini, “Kasih TUHAN YESUS tak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan, karena itu mari kita balas dengan mempersembahkan hidup kepada-Nya. Met Natal, Semoga damai dan kasih-Nya beserta kita semua.”

Ucapan berikut ini menitikberatkan pada bayi Yesus, “Lihatlah di depan pintu hati kita, pasti kita akan menemukan bayi kecil sedang menangis. Ambil dan rawatlah Dia sebab Dia adalah Yesus yang hari ini datang membawa damai abadi. Selamat Natal.”

Ucapan terakhir diawali dengan kesadaran akan Terang Natal. “Lilin Natal telah bersinar, lagu GLORIA berkumandang di mana-mana, namun tiada kata seindah Salam, tiada kasih yang sempurna selain Kasih Tuhan, jika tangan tak sempat berjabatan, semoga hati saling memaafkan dengan mengucapkan ‘MERRY CHRISTMAS’ Semoga Sukacita Natal menjadi kebahagiaan kita semua.”

Demikianlah beberapa keunikan ucapan Selamat Natal tahun 2011. Ucapan ini mencerminkan betapa kayanya makna Natal tahun ini. Terima kasih dan semoga kita semua hidup dalam Damai.

CPR, 26/12/2011
Gordi Afri

foto oleh Kait Seidel
Mengawali tahun baru 2012, saya dan ketiga teman berangkat ke daerah Puncak. Pukul 6 pagi, kami mulai menyusuri tol yang cukup lenggang. Mobil yang melaju dengan arah yang sama bisa dihitung dengan jari. Arah sebaliknya lebih banyak. Empat puluh lima menit berlalu, kami tiba di ujung tol. Selanjutnya menuju daerah Megamendung. Laju kendaraan berkurang sedikit karena ada angkot yang sering berhenti. Arah Ciawi-Puncak baru saja dibuka pukul 6 pagi. Arah sebaliknya justru semakin padat. Entah mengapa, semua meninggalkan puncak ketika tahun baru mulai. Mungkin takut macet pada siang dan sore harinya.

Pukul 7.30, kami tiba di Megamendung. Penduduk di sana masih istirahat. Menurut seorang kenalan, semalam suasana di Megamendung agak ramai. Penduduk melewatkan tahun 2011 dengan senang. Banyak yang tidur larut malam. Jangan heran jika pagi ini, mereka seperti ‘bangsawan’ alias bangun kesiangan.  Kami bercanda dan menikmati segarnya udara pagi di sekitar Gereja Katolik Santo Yakobus, Megamendung. Gereja ini letaknya agak ke dalam dari jalan raya. Suasananya hening dan damai ketika kami tiba di situ.

Meski penduduk di sekitar masih terlelap, sebagian penduduk Jakarta yang menghabiskan malam tahun baru di daerah Megamendung rela datang ke gereja mengikuti ibadat pagi ini. Pukul 8, umat mulai berdatangan. Halaman gereja mulai dipadati warga. Saya terkesan dengan pemandangan ini. Lebih terkesan lagi dengan khotbah pastor dengan tiga kata mujarab-nya. Misa yang dimulai pukul 9 ini mampu membangkitkan semangat umat. Saya merangkum khotbah itu dengan kata-kata mujarab itu, Impian, Harapan, dan Usaha.

Inilah awal tahun baru. Kalau Anda tidak mempunyai impian, Anda akan melewatkan tahun ini tanpa makna. Begitu kira-kira kata-kata pastor itu. Selanjutnya dia menjelaskan demikian. Namun, impian saja tidak cukup. Saya kira belum ada orang yang hidup hanya dengan bermimpi. Anda mesti menaruh harapan akan impian itu. Mimpi itu mesti menjadi kenyataan. Di sinilah butuh harapan. Mimpi dan harapan menjadi lengkap ketika Anda berusaha. Usaha dengan diawali impian dan harapan akan mengantar Anda pada pemaknaan hidup di tahun baru ini.

Beginilah kami mengawali tahun baru ini. Saya dan beberapa teman mengamini khotbah pastor itu. Tiga kata itu kiranya menjadi pesan universal. Pesan yang sebaiknya digenggam oleh semua orang. Andai rakyat Indonesia meyakini hal ini maka kekecewaan di tahun 2011 akan menjadi titik pijak untuk belajar membarui diri. Bersama gerimis yang turun tak henti, kami melangkah ke tempat berikutnya. Kami mengunjungi  kenalan kami di perumahan Megamendung Indah. Daerah yang cukup dingin, bersih, dan segar. Pagi hingga siang ini, suhunya cukup dingin. Kami yang datang dari Jakarta merasakan suhu itu cukup dingin ketimbang warga yang biasa dengan suhu itu.

Lewat tengah hari, kami turun. Sempat macet beberapa saat di sekitar Megamendung sebelum datang mobil polisi membawa kabar gembira. Sistem satu arah mulai berlaku. Mobil yang mau naik berhenti di ujung tol. Dari atas melaju lancar. Kami singgah sebentar di Puri Avia Cipayung. Bersalaman dengan beberapa kenalan. Ada cerita dan kisah baru yang tebersit dari pertemuan ini. Ada pula kisah lama yang didengarkan kembali. Ya..semua orang ingin mengenangkan masa lalunya.

Pukul 14.00, kami turun dan melaju dengan cukup lancar. Arah Puncak-Ciawi dipadati kendaraan. Namun, perjalanan tetap mengasyikkan karena tidak ada hambatan. Beruntung tidak ada kecelakaan di jalan tol. Kami tiba kembali di Jakarta pukul 15.30. Meski di Jakarta kami menikmati udara kotor, kami puas dengan tiga kata mujarab yang didengar pagi ini. Inilah awal tahun baru 2012. Tahun kiamat menurut ramalan. Bagi saya, tahun ini tahun penuh semangat. Semangat yang dibangun di atas tiga kata mujarab. Selamat tahun baru 2012.

CPR, 2/1/2012
Gordi Afri


Powered by Blogger.