Halloween party ideas 2015

 MINTALAH HATI YANG BIJAKSANA

Sabtu PEKAN BIASA IV; 1Raj 3:4-13; Mrk 6: 30-34




Jika Tuhan mengizinkan kita untuk meminta pada-Nya, pasti kita akan minta kekayaan, uang banyak untuk jalan-jalan, dan kesempatan untuk bersenang-senang. Hati kita biasanya senang memiliki semuanya itu meskipun kita tahu semuanya itu sulit kita dapatkan dari-Nya.


Seperti kita, Salomo juga diberi kesempatann untuk meminta langsung pada Tuhan, apa yang dia inginkan. Bukan kekayaan, harta yang banyak, atau kuasa, tapi Salomo hanya meminta HATI YANG BIJAKSANA. Sebagai raja, Salomo tentunya menginginkan kekayaan melimpah dan kekuasaan yang tanpa batas. Tapi, dari keinginan hatinya yang disampaikan pada Tuhan, Salomo rupanya bukan raja yang kita bayangkan. Ia tidak menginginkan semua yang kita inginkan.


Salomo memilih yang terbaik yang ia butuhkan yakni HATI YANG BIJAKSANA. Memang Salomo membutuhkan HATI agar bisa memilih dan memilah kebijakan yang berguna bagi rakyatnya. Sungguh di sini, Salomo mengajarkan yang penting bagi kita di zaman ini. Kita semua membutuhkan HATI YANG BIJAKSANA. Karena dari HATI akan muncul kejernihan untuk melihat dan mendengar dengan baik. 


Hanya HATI yang peka yang bisa menangkap maksud hati orang lain. Hanya HATI yang bijaksana yang pandai membaca tanda-tanda zaman. Dengan semangat HATI YANG BIJAKSANA inilah, Yesus mengutus para murid untuk mewartakan Injil. Dan harapannya, dengan HATI yang bijaksana juga para murid mewartakan Injil.


Yesus memang tidak hanya mengutus, tapi Dia juga menunjukkan HATI YANG BIJAKSANA itu ketika melayani orang banyak yang kelaparan dan sakit. Hati itulah yang membebaskan mereka dari belenggu hidup.


Akhirnya, kita pun butuh HATI YANG BIJAKSANA itu. Terima kasih Salomo, engkau mengajar kami untuk meminta apa yang benar-benar kami butuhkan. Bukan meminta kebutuhan yang kami benarkan meski sebenarnya tidak benar-benar kami butuhkan.

 KALA PENANTIAN SIMEON BERAKHIR

Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah; Mal 3:1-4; Luk 2: 22-40



Simeon boleh senang sekarang. Penantiannya berakhir. Ibarat pohon, ia sudah bisa memetik buahnya. Tapi, yang perlu dipelajari kiranya adalah kesabaran Simeon selama masa penantian yang tak bisa diprediksi ini. Apalagi, ia menanti sambil usianya bertambah tua. Bagaimana mungkin itu terjadi?

Simeon memang bukan orang yang mudah putus asa. Ibarat seorang pekerja, Simeon adalah orang yang selalu mengevaluasi hasil kerjanya. Ia kiranya bukan tipe orang yang selesai bekerja seharian lalu istirahat tanpa melihat kembali hasil kerjanya. Simeon mungkin seperti kita, pernah kecewa dan putus asa dalam hidup hariannya, tapi ia tetap bertahan menunggu sampai mimpinya menjadi nyata.

Yesus itu akan hadir di dunia dan Simeon melihatnya dalam persembahan di Bait Allah. Itulah keyakinan Simeon yang ia pegang sampai ia melihatnya sendiri. Dan, betapa senang hatinya kala penantian panjang itu menjadi nyata di hadapannya. Baginya, segala-galanya sudah selesai. Perjuangannya sudah selesai. Ia kini boleh pergi ke tempat tujuan akhir hidupnya.

Sebagai orang beriman, kita kiranya bisa belajar dari Simeon. Seperti Maria, Simeon sabar menunggu. Seperti Maria, ia mungkin tidak memahami sepenuhnya arti kata-kata Roh Kudus yang datang menampakkan diri kepadanya, tapi ia tetap bertahan sampai itu menjadi nyata. 

Kita kadang bukan tipe Simeon. Putus asa sekali, sulit sekali untuk bangun. Apalagi kalau putus asanya berkali-kali. Mari kita belajar dari Simeon yang selalu setia mendengarkan bisikan Roh Kudus dalam hatinya. 

Hari ini, tepat 40 hari setelah Natal, Yesus dipersembahkan di Bait Allah. Kita berdoa untuk para ibu yang sedang menyiapkan kelahiran. Semoga bayi yang akan hadir menjadi persembahan yang istimewa pada Tuhan. 

 WEJANGAN IMAN SEBELUM BERMISI

Kamis PEKAN BIASA IV; 1Raj 2:1-4,10-12; Mrk 6: 7-13

 


Wejangan iman betapapun sepele kedengarannya, amat berguna bagi kehidupan sang penerima wejangan. Seperti dituturkan seorang anak dari ibu yang meninggal beberapa hari lalu.

 

“Romo, saya mengikuti ajakan bapak untuk melayani Gereja,” katanya sesaat sebelum Misa Requiem ibunya dimulai. Entah apa yang dirasakannya saat itu, yang jelas, semalam dia amat bahagia. Lebih-lebih karena bisa memenuhi keinginan almarhum bapak dan ibunya. Dia bahagia menjadi pengajar Kitab Suci dan membantu di Keuskupan.

 

Kadang-kadang memang tidak sesuai dengan keinginan pribadi, tetapi biasanya dalam wejangan itu, pasti orang tua menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya. Daud mengingatkan Salomo, anaknya, untuk tetap menaati Hukum Tuhan saat kelak ayahnya akan mati. Hukum Tuhan memang harus terus ditaati baik saat Daud berkuasa, maupun saat giliran anaknya Salomo memerintah.

 

Hukum Tuhan adalah urat nadi kehidupan beragama orang Israel. Itulah sebabnya, para murid Yesus pun diutus berdua-dua untuk mewartakan pertobatan. Bertobat terutama karena mereka tidak menaati Hukum Tuhan. 

 

Menarik bahwa, pertobatan ini mesti dimulai dari sang pembawa misi. Para murid diminta untuk taat hukum dalam pewartaan ini. Misalnya tidak membawa bekal yang banyak, tidak berbelok tujuan, dan sebagainya. Semuanya ini dibuat agar mereka hanya mempunyai satu tujuan yakni pewartaan. 

 

Injil ini mengundang kita untuk mengingat-ingat wejangan orang tua kita. Di dalamnya terkandung suara Allah yang menginginkan keselamatan bagi umat-Nya. Jika sadar bahwa kita melenceng jauh dari wejangan itu, baik kiranya kita berubah. Atau bertobat dalam bahasa rohaninya. 

 

Tuhan Yesus, bukalah hati kami yang kadang keras, untuk mendengarkan wejangan iman-Mu yang melembutkan hati kami.

 

Powered by Blogger.