Halloween party ideas 2015
Showing posts sorted by relevance for query PUISI. Sort by date Show all posts

Beriman di Meja Makan

Sr Margareta di tengah


Di tengah berisiknya para tamu
Suaranya menggema, seraya memohon tenang
Lalu, memanjatkan doa pada-Nya
Katanya, mari kita bersyukur atas roti yang dibagikan ini

Dari ujung ruangan ada teriakan
Minta agar volume suara ditinggikan
Memang, dalam berisik tidak ada yang bisa didengarkan
Ketika ada saling pengertian untuk mendengar, di situlah ada suara

Lalu, dia mengulangi doanya
Kali ini semua tenang
Semua bisa mendengarkannya
Di akhir doa, dia bersahut, salamat makan

Kami semua lalu duduk di meja,
Temanku bertanya sebagai awal percakapan
Kok bisa ya, tamu yang datang sebanyak ini
Kataku, ya, inikan kenalannya

Lalu, kami mulai berkenalan lagi dengan tamu berwajah baru
Rupanya mereka juga temannya sang suster neo-profesan
Ah, kita sama donk
Kami juga adalah teman-temannya

Aku lalu berkomentar, rupanya masih ada orang beriman di tengah gersangnya animo masyarakat terhadap gereja
Kata temanku, ya tentu saja
Iman tetap ada dan hidup
Meski iman itu adalah urusanku dengan Tuhan

Iman bukan saja urusanku dan Tuhan lho
Kataku menyanggah pertanyaan temanku
Dia memang menekankan hal ini
Sebab dia orang berintelek

Aku terus menjelaskan padanya
Jika iman itu bukan melulu relasi eksklusif antara aku dan Dia
Bahkan, di meja makan ini, kita bisa beriman lho, kataku

Maksudnya bagaimana, serunya
Kok bisa beriman di meja makan, lanjutnya
Aku lalu mencari kata-kata untuk menjelaskannya
Bahasa yang sulit mesti disederhanakan

Aku lalu mulai dengan gambaran ini
Di ruangan ini, ada banyak tamu
Duduk menurut kelompok mejanya
Kita semua adalah orang beriman

Temanku menganggukkan kepala
sambil memerhatikan penjelasan lanjutan
Kataku lagi, sederhananya beriman itu adalah berelasi
Dengan Dia yang di atas dan dengan sesama

Relasi dengan Dia mustahil tanpa relasi dengan sesama
Relasi dengan sesama tak kuat tanpa relasi dengan Dia
Jadi, beriman adalah berelasi
Di meja ini juga kita bisa beriman

Temanku lalu tersenyum
Ah, rupanya kita bisa beriman dan mendiskusikan iman di meja makan
Hidangan mulai diedarkan
Kami pun mulai menikmatinya dan menanggalkan diskusi kami

*dari percakapan di Verona

**File puisi ini pernah dikirim ke situs sesawi Jakarta tetapi tidak ditindaklanjuti. Penulis berhak memublikasikannya di blog ini.


Sumber gambar di sini
Pagi ini kubangun dengan terharu
Sebab aku masih hidup
Dia masih memberiku napas
Tak ku sangka

Aku pun berterima kasih padanya
Inilah kata yang kuucapkan pertama kali
Kala menyadari hal ini
Sekali lagi terima kasih

Banyak orang yang tak sadar
Mati kaget kala bangun pagi hari
Atau tidur malam lalu tak sadar lagi
Orang lain yang tahu dia tidur selamanya

Tapi aku, aku sadar kala bangun pagi ini
Bahwa aku masih diberi napas
Banyak temanku tak sadar
Bahwa mereka masih diberi napas

Mereka bernapas saat bangun pagi
Tapi sedikit saja yang sadar bahwa dia masih diberi napas
Banyak yang merasa ini hal biasa
Bernapas kok meski disadari

Tetapi bagiku, bernapas mesti disadari
Di balik kesadaran ini
Aku ingin tahu siapa di balik pemberi napas ini
Dan inilah sebabnya AKU BERTERIMA KASIH padanya

Tak ku bayar se sen pun
Tak kukorbankan sedikit tenaga
Tak kukorbankan sedikit waktu
Sedikit pun dari milikku tidak

Dia juga tidak meminta bayaran
Sedikit pun tidak, apalagi banyak
Aku memang hidup dari zat di luar diriku
Dari sang PEmberi

Dia memberiku napas
Aku pun bernapas dan dengan napas ini pula
Aku ingin berterima kasih padanya
Aku juga mengajak yang lainnya untuk berterima kasih

Prm, 1/3/2014
Gordi

* Puisi ini dimuat juga di blog kompasiana kolom FIKSI

foto, shutterstock

Salju oh salju
Putih bening nan bersih
Tak ada kotor
Bersihhhh

Salju oh salju
Dinginnya menyengatkan
Enak disentuh
Tapi sakit dirasakan

Salju oh salju
Kulitku mengigil
Kepalaku dingin
Tanganku bergetar

Salju oh salju
Melihatmu hatiku berbunga-bunga
Kuimpikan pemandangan puith seperti dirimu
Terang benderang

Salju oh salju
Beratmu tidak seberapa
Memang kamu ringan
Bak tak ada beban
Kurindukan dunia tanpa beban

Salju oh salju
Warnamu memancarkan kebersihan
Mataku tenang melihatmu
Kurindukan dunia yang bersih

Bersih dari korupsi
Dari tangan-tangan kotor yang mencuri
Dari pikiran kotor yang selalu mencari kesalahan lawan
Dari kekuatan-kekuatan kaku yang memaksa kehendak semau gue

Salju oh salju
Sayang sebentar lagi kamu mencair
Matahari membuatmu menjadi air
Kala malam tiba dirimu tetap bersih
Malam membuatmu beku

Salju oh salju
Salam salju bening putih bersih
Puisi asal tulis
Salam salju

PRM, 11/2/15
Gordi

FOTO, ilsecoloxix.it
Pak sopir terima kasih
Kubuatkan puisi ini untukmu
Bukan sekadar rasa terima kasih
Tapi karenamu kami bisa kembali ke rumah

Dari pagi sampai malam
Seharian bersamamu
Dan kamu bersama kami
Rasanya seperti satu keluarga

Mungkin keluarga di rumah menunggumu
Keluarga kami juga menunggu
Tapi karena kita berkeluarga
Jadilah kita bawa keluarga itu dalam perjalanan indah ini

Keluargamu akan tersenyum menyambutmu
Keluarga kami juga demikian
Senyuman dari keluarga ke keluarga
Senyuman yang menjadi tanda damai

Tak ada yang mengkhawatir dalam perjalanan hari ini
Semuanya berjalan baik-baik saja
Dari hujan tadi pagi saat pergi
Sampai cerah tadi siang dan sore bahkan malam waktu pulang

Semua anugerah Dia di atas
Anugerah yang diberikan pada kita
Dia tahu kita mengadakan perjalanan panjang
Dia pun memberikan apa yang kita butuhkan

Mungkin kita khawatir dalam perjalanan pergi
Karena hujan yang tidak saja membuat dingin
Tapi juga menciptakan suasana cemberut
Betapa hujan biasanya menghadang semua aktivitas

Tapi semuanya berjalan lain
Hujan itu berubah jadi mentari yang cerah
Suasana cemberut itu berubah jadi wajah senyum
Kekhwatiran pun diubah jadi pengharapan

Hidup memang mesti disertai harapan
Dengan harapan pula perjalanan hari ini jadi lancar
Kami berharap pada pak sopir
Dan Pak sopir berharap pada kami

Semua saling berharap
Dan lebih dari itu semua
Dia yang di atas sebenarnya sudah tahu
Kita berharap, Dia yang memenuhinya

PRM, 16/5/15
Gordi

Dari jauh kuimpikanmu
Impian yang entah kapan jadi nyata
Memang impian hanyalah khayalan
Tetapi impian punya kekuatan

Dari impian lahir usaha
Usaha untuk bertemu kamu
Andai aku bisa terbang
Aku akan ke sana malam ini juga

Aku tak bisa terbang
Tetapi aku bisa pergi ke sana
Dengan pesawat
Beterbang bagai kupu-kupu

Aku yakin
Kamu juga bermimpi
Bertemu aku
Bermimpi ingin bersua denganku

Kita sama-sama bermimpi
Maka, lahirlah imajinasi liar
Di mana aku dan kamu saling sapa
Saling bertatap dari dekat

Cintaku, terbanglah kemari
Begitu impian kita
Kita sama-sama yakin
Ini akan jadi kenyataan

Meski tak ada yang tahu
Kapan terjadinya
Asal tahu saja
Aku dan kamu sama-sama bermimpi

Puisi asal jadi
Namanya dunia sastra
Dunia di mana imajinasi bergerak
Sesukaku sesukamu

PA, 25/4/13
Gordi


Daun kemuning
Dulunya hijau
Dasarnya juga hijau
Memang daun tetaplah hijau

Daun hijau
Jadi sumber energi
Bagi batang pohon
Yang bias menampung sinar mentari

Memasoknya dalam tubuh pohon
Juga menyangga air hujan
Agar batang pohon tetap basah
Daun hijau juga jadi rerimbunan pohon

Kini daun hijau jadi daun kuning
Semua daun jadi kuning
Pohon menjadi lain kala daunnya kuning
Tetapi mau bagaimana lagi daun jadi kuning

Daun berbubah bukan sekadar berubah
Daun memang menjadi aset berharga bagi batang pohon
Dan saking berharganya dia rela mati demi bagian pohon yang lain
Rela gugur demi adaptasi dengan alam

Daun hijau kini jadi kuning
Lalu selanjutnya akan hilang
Daun gugur demi batang seluruhnya
Daun pada dasarnya hijau
Namun kala musim gugur
Berubah jadi kuning
Lalu gugur demi menyelamatkan pohon

Puisi di musim gugur


Prm, 27/10/13
Gordi

Gambar dari google, www.tempo.co
Kalian dipercayakan menjadi wakil kami
Kami rakyat kecil
Semula kami bingung
Untuk apa? Mengapa?
Kalian datang membawa janji pengharapan

Kalian akan sejahtera
Kalian akan menikmati biaya pendidikan
Kalian akan mendapat sumbangan
Jalan-jalan desa diaspal
Kelak kalian akan menjual hasil tanam ke kota

Demikian sebagian janji kalian
Kami ingat janji itu
Kami mengharapkan janji itu
Kami berpikir memang itu akan jadi nyata

Sekian lama kami menunggu
Janji itu tidak ada hasilnya
Kalian ternyata mengajari kami mengobral janji
Kalian bilang kami akan bekerja untuk kalian
Nyatanya kalian selalu bepergian ke luar kota dan keluar negeri

Kami kadang-kadang kesal dengan perilaku kalian
Mentang-mentang sudah ada jaminan gajinya
Seenaknya saja bepergian ke mana-mana
Kami terpaksa melabeli kalian pengisap uang rakyat
Menghabiskan uang rakyat

Kami rakyat bekerja sampai berkeringat
Lalu kami diberi formulir pengisian pajak
Kami membayar pajak
Kami taat pada peraturan negara
Kami tidak mengisap uang negara
Tetapi mengapa kalian menghabiskan uang untuk bepergian ke mana-mana?

Kami tetap bekerja di kebun sewaktu liburan
Kalian entah mengerjakan apa
Jangan-jangan bepergian ke mana-mana
Membawa mobil dan menabrak orang

Yang jelas kami tahu
Kalian bisa menambah jadwal liburan
Hari pertama seuasai libur kalian tidak ada

Jangan mengajari kami untuk mengorupsi waktu

PA, 4/1/13
Gordi

Powered by Blogger.