Halloween party ideas 2015



Malam Paskah tahun ini agak unik. Suasananya unik. Siang harinya, saya memohon pada Tuhan agar cuacanya cerah. Bukan asal mohon. Kalau cerah banyak umat yang datang. Sebaliknya kalau hujan, banyak umat enggan datang. Lebih baik tinggal di rumah dariapda repot ikut misa malam paskah. Meski malam Paskah menjadi kesempatan emas buat kelompok Katolik napas. Natal dan Paskah.

Permohonan saya semula menjadi nyata. Saya ikut misa malam Paskah di Gereja Katolik St Yohanes Rasul, Pringwulung pada pukul 17.00. Suasananya cerah. Banyak umat yang datang. Gereja penuh. Tenda di luar juga penuh. Saya pun senang. Saya tiba lebih dulu di gereja, pukul 16.30.

Sauasana ini berlangsung hingga menjelang acara komuni. Sekitar pukul 20.00. Setelah misa suasana berubah. Hujan lebat turun. Saya pun kaget. Banyak umat seperti saya, kaget.

Kami tidak bisa langsung pulang. Kami lupa membawa mantel. Teman-teman saya yang naik sepeda onthel juga lupa membawa mantel. Hemmm mungkin tepatnya enggan bawa mantel. Gengsi tinggi. Tidak mau repot. Toh suasana sorenya cerah. Tak menyangka kalau akan hujan juga.

Saya menunggu selama 45 menit. Hujan tidak reda juga. Saya duduk di lantai dasar, tempat banyak anak muda duduk-duduk. Hujan tak reda juga. Saya naik ke lantai atas. Di depan gereja banyak umat berkumpul. Menunggu jemputan, menunggu hujan reda, dan sebagainya. Ada yang sekadar cerita juga.

Saya menuju tempat parki motor. Percuma tunggu lama, toh hujannya tak reda juga. Saya ambil motor dan pulang.

Hujan lebat speanjang perjalanan. Menggigil. Untung saja kepala ditutup helm. Tetapi baju dan celana basah. Ini yang bikin dingin.

Ah malam Paskah tahun 2013 ini merepotkan saja. Menjelang kelar misa baru hujan. Saya tidak tahu bagaimana dengan umat yang ikut misa berikutnya pukul 21.00. Mungkin berkurang atau entah tak takut hujan.

Mungkin hujan ini seperti hujan kemarin sore. Tuhan mau menguji umat. Apakah berani menerobos hujan atau ambil enaknya saja, tidur-tiduran di rumah. Bersyukurlah mereka yang punya mobil dan bisa dipakai untuk antar-jemput ke gereja. Saya yang naik motor juga bersyukur. Tuhan mengizinkan saya mengikuti misa dengan senang hati. Sebelum turun hujan. Kalau hujan sebelum misa, mungkin saya tidak ikut misa di paroki. Terima kasih tuhan. Selamat Paskah 2013.

PA, 4/4/13
Gordi



Rencana mengikuti ibadat Jumat Agung sore ini gagal. Hujan turun menjelang perayaan ibadat. Saya terpaksa menunda ikut perayaan.

Rencana semula ikut yang jam 3 sore. Rupanya harus ditunda. Untunglah badan saya capek dan mau tidur. Saya istirahat. Lumayan 1 jam. Tambah tenaga.

Pukul 16.30 saya mandi. Pukul 17. 00 berangkat ke Gereja Pringwulung. Sekitar 5 menit duduk di gereja hujan turun. Memang saat masuk parkiran tadi mulai gerimis. Untunglah hujan besar turun saat saya di dalam gereja.

Hujan menjadi ujian. Kadang-kadang gara-gara hujan, tidak jadi ikut ibadat. Untung saya hanya tunda. Teman-teman atau orang Katolik lainnya mungkin sama sekali tidak bisa datang karena hujan. Namun di sinilah ujiannya.

Ini juga yang ditegaskan romo dalam homili singkat tadi. Meski perayaan ibadat ini lama karena bacaan Injilnya dinyanyikan dan panjang, tampaknya tetap menarik. Empat orang solis yang menyanyikan injil cukup menarik. Suara mereka merdu, menarik perhatian umat yang datang. Yah beginilah pengalaman singkat pada Ibadat Jumat Agung tahun 2013.


PA, 29/3/13
Gordi





Misa Kamis Putih tahun 2013 cukup unik. Beda dengan tahun sebelumnya waktu saya di Jakarta. Di Yogyakarta kami merayakannya dengan sederhana. umat yang hadir 3 orang selain kami, 14 orang ditambah 1 pastor.

Karena sedikit, sebagian besar dari kami menjadi para rasul, saling basuh kaki. Pastor membasuh kaki saya, saya membasuh kaki seorang anak binaan kami, ketua kelas, dan dia membasuh kaki teman di sebelahnya. Tiga orang di urutan terakhir adalah umat. Mereka saling basuh kaki juga.

Saya tidak memerhatikan khotbah pastor saat misa. Toh, intinya adalah perayaan perjamuan terakhir antara Yesus dan para murid. Bukannya saya meremehkan khotbah itu. Tetapi, saya tidak bisa menangkap kata-kata sang pastor. Suaranya tidak begitu jelas. Ketidakjelasan ini memacu saya untuk memerhatikan sekosentrasi mungkin. Namun, rupanya gagal. Saya memilih diam dan tidak memerhatikan.

Inilah uniknya perayaan Kamis Putih 2013 ini.


Setelah misa, kami membuat perarakan. Mengantar Yesus dalam sakramen mahakudus ke tabernakel (tempat simpan hosti-tubuh Yesus) yang terletak di kapel kecil, di lantai 2 rumah kami.

Setelahnya, setiap kelompok berdoa di sana. Kelompok pertama berdoa setelah misa. Kami yang lain makan malam. Selanjutnya bergiliran sehingga tidak kosong. Yesus tidak sendirian dalam kapel itu.

Saya mendapat giliran terakhir. Pukul 11 malam. Saya berdoa sendiri dalam suasana hening. Saya meminta satu permohonan pada Yesus. Saya merasa begitu dekat sehingga saya seolah-olah bicara langsung dengan Yesus.

Pukul 11.30 saya istirahat. Rasa kantuk muncul. Langsung terkapar saat masuk kamar.
 



PA, 29/3/13
Gordi
Powered by Blogger.