Halloween party ideas 2015



Manusia adalah makhluk perantara. Bukan seperti perantara antara manusia dan Tuhan yakni Yesus. Tetapi, makhluk perantara yang artinya berada di antara. Manusia bukan saja Kaisar yang berkuasa tetapi juga Tuhan yang juga berkuasa. Manusia memang berkuasa seperti Tuhan dan Kaisar tetapi manusia juga bisa berada di antar kuasa.

Manusia perantara inilah yang kini marak di dunia modern. Kata-kata sang guru, berikan pada kaisar yang menjadi hak kaisar. Sebaliknya, berikan pada Tuhan yang menjadi hak Tuhan. Manusia dihadapkan dengan dua pilihan ini. Seperti pertanyaan sang penjebak, manakah yang diperbolehkan? Pertanyaan ini betul-betul menjebak. Dan, manusia pun sering terjebak. Pilih kaisar atau Tuhan?

Pilih kaisar berarti lupa akan Tuhan. Dia menyembah kaisar dan tidak menyembah Tuhan. Tokoh agama kalah pamor dengan tokoh kaisar. Penguasa duniawi lebih berkuasa daripada penguasa surgawi. Pilih Tuhan berari lupa kaisar. Padahal kekuasaan kaisar nyata di dunia ini.

Karena pertanyaan menjebak, manusia juga ikut terjebak. Ada yang terjebak dalam kuasa Tuhan sampai lupa sesama. Ada juga yang terjebak dalam kuasa kaisar sampai lupa Tuhan yang mencintai dan mencipta. Manusia kini berada dalam jebakan itu. Jebakan itu membuat manusia tidak menyembah Tuhan dan tidak menyembah kaisar. Manusia berada di antara. Antara Tuhan dan kaisar.

Jawabn bijak kiranya menjadi pegangan. Dan siapa yang berpegang di sini tidak akan berat sebelah. Jawaban itu membawa manusia pada rasa nyaman. Manusia nyaman memerhatikan yang manusiawi (kaisar) dan nyaman pula memerhatikan yang surgawi (Tuhan). Manusia mencintai sesama dan Tuhan.

Inilah manusia ideal yang bisa menghadapi pertanyaan sang penjebak. Manusia terjebak tetapi bisa menjebak penjebak. Manusia punya kuasa seperti pertanyaan penjebak yang menggiring manusia pada pilihan menyembah dua penguasa.

Pilih mana kita sekarang? Kita berada di antara. Saat tertentu kita memang mesti memilih Tuhan dan saat lainnya kita memilih kaisar. Bukan menyembah keduanya. Lebih baik menyembah Tuhan saja. Tetapi jangan lupa memerhatikan yang duniawi di mana kita hidup. Itulah persembahan untuk kaisar. Untuk Tuhan kita menyembah, untuk kaisar kita memerhatikan.***

PA, 4/6/13
Gordi

semua gambar dari google

ilustrasi di sini
Semua orang ingin hidup enak. Makanan terjamin, pakaian tersedia, pekerjaan tetap terjamin. Keenakan ini pun menjadi tujuan hidup setiap orang. Semua ingin mencapai itu. Sayangnya tidak semua berusaha mencapainya dengan jalan yang baik.

Ada yang dengan jalan pintas. Hidup enak di atas penderitaan orang lain. Hidup enak di atas usaha orang lain. Hidup enak itu tampak tidak enak lagi karena cara mencapainya. Tetapi yang merasakannya seolah-olah buta dengan usaha orang lain.

Kecenderungan untuk hidup enak dengan jalan pintas bermunculan. Korupsi, adalah satu di antara sekian jalan pintas itu. Korupsi membuat seseorang menikmati hidup enak. Dia bisa menikmati hidup enak dalam berbagai bentuk. Hiburan yang berlebihan, pakaian mewah semerbak, makanan enak, bahkan layanan seksual untuk melampiaskan nafsu seksnya, dan bentuk lainnya. Di balik itu, ada sekian orang yang menderita.
Mereka menderita karena jatahnya diambil untuk foya-foya si pengambil jalan pintas ini.

Sudah banyak yang mengecam hidup serba enak seperti ini. Bukan karena iri hati. Hidup enak itu tidak solider dengan orang lain yang tidak bisa menikmati hidup serupa. Jadi, masih nyamankah kamu hidup di atas rumah mewah sementara yang lain hidup di atas gubuk derita? Demikian jeritan sebagian orang. Tetapi, namanya menjerit, hanya bisa didengar. Sebagian membiarkan jeritan itu menjerit, tak peduli. Siapa peduli dengan hidup menderita? Semua ingin hidup mewah.

Ironisnya manusia di sini. Hidup enak seolah-olah menjadi capaian yang harus diraih. Padahal hidup pas-pasan juga tidak apa-apa. Asal tidak menderita sampai merasa sakit. Kalau cukup untuk makanan, pakaian, dan rumah, itu sudah cukup. Kalau bisa lebih dengan berusaha, itu lebih bagus lagi. Hidup seperti ini lebih pas dibanding hidup mewah yang diperoleh dengan jalan pintas. Jalan pintas yang penuh trik-tipu daya.

Kiranya semua setuju, hidup enak tidak menjamin hidup bahagia. Kebahagaiaan hidup tampak juga dalam hidup sederhana. Hidup sederhana tidak menghalangi manusia untuk merasakan kebahagaian hidup. Justru dalam kesederhanaan ada kebahagiaan.

PA, 1/6/13
Gordi








Santo Yustinus Martir lahir tahun 103 M dan mati tahun 165 M. Ia adalah seorang santo yang bertobat karena membaca Injil. Baginya, Injil menjadi filsafat. Dia memang suka belajar filsafat. Karena sukanya, ia mengajar filsafat. Dia menemukan kebenaran sejati dalam Injil. Kebenaran yang sama pernah ia temukan dalam pelajaran filsafat. Tetapi, dalam Injil, ia menemukan kebenaran yang sejati.

Banyak kesaksian bahwa orang pintar akan menjauh dari agama. Tak jarang orang pintar malah mencoba mengobrak-abrik ajaran agama. Dari beriman menjadi tidak beriman. Dari ber-Tuhan menjadi berateis. Tentu perlu juga mencoba mengkritisi ajaran agama yang kadang terkesan kaku. Dengan itu, ajaran agama tidak diterima begitu saja tetapi diuji keilmiahannya sehingga bisa diterima akal.

Tetapi, meneliti ajaran agama tidak sama dengan melepaskan status keberimanan, keber-Tuhanan. Percaya pada Kehendak Tuhan adalah bagian dari iman. Sedangkan meneliti ajaran tentang Tuhan adalah bagian dari kerja ilmiah, olah pikir manusiawi. Keduanya mesti dibedakan dan tentu salaing mendukung.

Santo Yustinus yang kita peringati hari ini, 1 Juni kiranya menjadi teladan bagi kita. Ia tekun membaca Taurat dan Injil. Seharusnya kita pun meneladan dia, jatuh cinta pada Injil. Injil menjadi kekasih yang selalu dikenang, diingat, dan juga dihayati dalam hidup. Yustinus cerdik dari sisi otak, dan cerdik pula dalam hal beriman. Dengan mencintai ilmu yang kita pelajari, kita juga mencintai Injil yang kita hayati.


PA, 1/6/13
Gordi

Powered by Blogger.