Cinta saya pun bersemi lagi. Bukan cinta dengan seorang cewek, seorang manusia. Meski cinta itu sering dipasangkan dengan lawan jenis. Cinta saya pada kota Yogyakarta. Inilah cinta pertama saya dengan kota di Pulau Jawa. Kota Pendidikan dan Budaya, begitu kata kakak-kakak kelas saya waktu itu.
Tujuh tahun lalu, 2005, saya jatuh cinta dengan kota ini. Bukan karena ada pertemuan sebelumnya tetapi karena saya mengenyam pendidikan tinggi (setelah tamat SMA) di kota ini. Saya pun mulai akrab dan lama-lama jatuh cinta dengan kota ini. Yogyakarta kala itu ibarat seorang gadis manis yang siap dipinang.
Kini, 10 Juli 2012, cinta saya bersemi lagi. Lima tahun berpisah tidak membuat kami lupa satu sama lain. 10 Agustus yang akan datang, 4 hari lagi, saya sudah memasuki 1 bulan tinggal kedua kalinya di kota ini. Saya mencintai kota ini.
Dulu, saya belajar naik sepeda, mengendarai sepeda di jalan besar dan kecil serta lorong di kota ini. Saya belajar dan duduk di ruang kelas kuliah di kota ini. Saya belajar menjadi mahasiswa di kota ini. Belajar mengajar dan mendampingi anak-anak bina iman di kota ini. Belajar budaya Jawa, belajar budaya lain dari berbagai daerah di Indonesia ini. Di sinilah hati saya jatuh cinta dengan kota ini. Kota ini memberi saya kesempatan untuk mengenal lebih banyak orang, lebih banyak budaya, baik lokal Indonesia maupun manca negara, lebih banyak bahasa, lebih banyak karakter orang, lebih banyak jenis makanan.
Kini saya berada di kota ini bukan untuk belajar sepeda lagi tetapi belajar yang lain. Saya sudah bisa bersepeda, bersepeda motor bahkan menyetir mobil, bahkan mendapat pendidikan tinggi yang cukup. Kini di kota ini saya belajar menjadi manusia yang rendah hati, menerapkan semua ilmu yang didapat, belajar menjadi diri sendiri, menerima diri apa adanya di tengah berbagai situasi. Kata orang CINTA itu membutuhkan KERENDAHAN HATI. Maka, saya belajar untuk rendah hati di kota ini.
Hampir sebulan cinta lama bersemi kembali. Saya masih aman-aman saja, belum menghadapi situasi baru yang mirip saya alami dulu. Sebentar lagi, akhir Agustus saya mengalami situasi baru. Anggap saja keberadaan saya selama ini, Juli sampai Agustus sebagai persiapan juga adaptasi. Semoga semua indah pada waktunya. Dia yang di atas selalu menyertai saya kapan dan di mana saja. Maka, jangan takut.
Cinta lama bersemi kembali, kenangan lama diingat kembali, rencana baru terpampang di depan mata. Mari melangkah ke hari berikutnya.
PA, 6/8/2012
Gordi Afri
Post a Comment