Halloween party ideas 2015

Banyak orang melirik ibu kota, Jakarta, sebagai lahan mencari keuntungan. Memang semua orang tahu Jakarta punya banyak uang. Jakarta sumber uang. Tak dipungkiri sebagian besar orang Indonesia berorientasi ke Jakarta. Dari politikus, artis, pengusaha, pengajar, pekerja kasar, sampai pengemis.

Apakah ini salah? Tidak! Ini realitas. Di Jakarta segala-galanya ada. Asal ada uang kamu bisa hidup di Jakarta. Tidak ada uang jangan harap kamu dapat makanan. Kecuali kalau Anda mau merampas, mencuri, mengancam orang, menjadi preman, dan sebagainya. Singkatnya, Anda berusaha mendapatkan uang tanpa bekerja sebagaimana mestinya. Dengan itu Anda mendapat uang. Dan, Anda dapat jatah makan.

Namanya “mencari” uang dengan cara halal. Gampang! Meski itu melanggar hak orang lain. Bahkan hak untuk hidup dari manusia. Semua ini justru ada di Jakarta. Jakarta punya banyak uang. Tetapi Jakarta juga punya banyak pencopet uang. Jakarta punya banyak pengusaha. Tetapi Jakarta juga punya banyak preman yang setiap saat bisa menjadi raja keicl-kecilan.

Jakarta juga identik dengan BANJIR. Dan, ini yang paling repot. Banjir datang saat Jakarta Hujan. Musim hujan berarti musim banjir. Tetapi Jakarta tak hujan pun, BANJIR itu tetap ada. Ya… Bogor hujan, Jakarta bisa-bisa banjir. Ini yang repot juga. Tak ada hujan kok tiba-tiba banjir. Mau bagaimana lagi. Jakarta kan menerima air dari Bogor. Jakarta juga tidak mempunyai daerah resapan yang luas. Tanah-tanah di Jakarta sebagian besar ditutup semen, besi beton, dan tembok. Air susah masuk dan meresap kalau berhadapan dengan tiga jenis benda ini.

Inisiatif berdatangan dari berbagai kalangan. Pemerintah daerah, pemerhati tata kota, arsitek, kelompok peduli lingkungan, dan tentu saja warga Jakarta untuk memperbaiki wajah Jakarta khususnya masalah banjir. Namun, sampai saat ini belum berjalan maksimal sehingga warga (sebagian) masih mengalami banjir. Mengubah Jakarta dari wajah BANJIR memang bukan pekerjaan mudah. Mesti ada usaha keras semua pihak. Boleh dikatakan yang paling berperan dalam usaha ini semestinya adalah warga Jakarta sendiri. Kalau mau mengubah sitausi semrawut di sekitar sungai Ciliwung dan Pasanggrahan misalnya, warga sendiri yang mestinya terlibat.

Rakyat memang yang paling berperan. Selain jumlahnya besar juga karena rakyat sendiri yang mengalami secara langsung. Kalau banjir rakyat yang terkena dampaknya. Banjir kemarin justru membuat rakyat kecil menderita. Kios warga kebanjiran. Sementara mol besar tidak terkena banjir. Semoga pemerhati Jakarta terus menerus berusaha memoles wajah Jakarta yang banjir. Kelak Jakarta terbebas dari banjir. Ciliwung dan Pasanggrahan kelak jadi sungai yang asri dan bersih.

PA, 24/11/2012
GA

Post a Comment

Powered by Blogger.