Halloween party ideas 2015

foto iccireland.ie
Cuti panjang. Atau juga liburan panjang. Atau juga cuti bersama yang panjang. Lebih kurang 2-3 hari. Bulan November ini ada cuti panjang. Dari Kamis sampai Minggu. Empat hari yang terdiri atas 3 hari kerja efektif dan 1 hari istirahat akhir pekan. 

Hari Kamis, 15 November merupakan hari raya Tahun Baru Hijriyah. Masyarakat Indonesia merayakan hari tersebut sehingga semua aktivitas diliburkan. Sekolah, kantor, dan perusahaan. Yang menariknya liburan itu bukan hanya pada hari raya saja. Tetapi, 2 hari setelahnya juga dibabat jadi hari libur. Inilah wajah Indonesia.

Tentu ini tidak ada dalam perencanaan rutin atau perencanaan tahunan. Yang tertera dalam kalender hanya hari Kamis saja. Lalu, 2 hari berikutnya dibuat mendadak.
Mendadak karena bisa diputuskan tanpa pikir panjang. Seolah-olah sudah direncanakan. Kalau memang mau seperti itu mengapa dalam kalender nasional tidak dicantumkan saja cuti panjang itu? Atau biar kelihatan bangsa ini rajin bekerja sehingga hari Kamis saja yang libur dan hari Jumat tetap masuk kerja?

Bangsa ini suka mempersingkat segala hal. Tetapi anehnya untuk urusan tertentu suka bertele-tele. Bangsa ini mempersingkat massa produktif. Tentu sebagian besar masyarakat suka libur. Dan karena kebanyakan libur pekerjaan pun tertunda. Tertunda bukan karena tidak sesuai target. Tetapi karena targetnya terganggu. Salah satu pengganggunya adalah kebijakan cuti bersama seperti ini.

Sehari memang boleh jadi tidak berarti tetapi jika digunakan untuk bekerja waktu sehari amat berguna. Tetapi boleh jadi bangsa ini tidak suka bekerja keras. Senangnya bepergian.

Cuti panjang menjadi salah satu kesempatan bepergian. Beberapa sahabat kesulitan mendapat tiket ke kota Yogyakarta dan Denpasar karena semuanya sudah terisi. Di kereta juga pesawat. Belum tahu tiket bis. Boleh jadi sama. Ini gara-gara cuti panjang.

Bangsa ini mau dibawa ke mana? Ke massa cuti panjang atau ke pekerja keras? Jawaban ada pada masyarakat. Yang jelas masyarakat juga setuju atau dipaksa untuk setuju. Dipaksa untuk tunduk pada kebijakan pemangku jabatan yang menentukan cuti dan tidaknya.masyarakat boleh jadi mau cuti panjang tetapi malu-malu untuk mengakui itu secara umum. Kalau mau mengakui itu mengapa tidak dicantumkan saja di kalender nasional?

PA,17/11/12
GA

Post a Comment

Powered by Blogger.